Saturday, May 18, 2024
Hal tersebut disampaikan Pelaksana tugas (Plt.) Sekretaris Ditjen Diktiristek, Tjitjik Srie Tjahjandarie, saat menggelar jumpa pers di Gedung D, Kantor Kemendikbudristek, di Jakarta, Rabu (15/5/2024).
Pada kesempatan tersebut, Tjitjik menjelaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan tinggi bersifat inklusif, artinya dapat diakses oleh berbagai lapisan masyarakat yang memiliki kemampuan akademis tinggi. Untuk itu dalam penetapan besaran UKT, pemerintah mewajibkan ada dua kelompok UKT yaitu UKT 1 dengan besaran lima ratus ribu rupiah dan UKT 2 dengan besaran satu juta rupiah. Proporsi UKT 1 dan UKT 2 sebesar minum dua puluh persen. Hal ini untuk menjamin masyarakat tidak mampu namun memiliki kemampuan akademik tinggi dapat mengakses pendidikan tinggi (tertiary education) yang berkualitas.
“Dalam penetapan UKT, wajib ada kelompok UKT 1 dan UKT 2 dengan proporsi minimum dua puluh persen. Ini untuk menjamin akses pendidikan tinggi berkualitas bagi masyarakat yang kurang mampu,” jelas Tjitjik.
Lebih lanjut, Tjitjik menjelaskan bahwa perguruan tinggi memiliki kewenangan otonom untuk menetapkan UKT kelompok 3 dan seterusnya. Namun, Tjitjik mengingatkan bahwa penetapan besaran UKT tetap ada batasannya yaitu untuk UKT kelompok paling tinggi maksimal sama dengan besaran Biaya Kuliah Tunggal (BKT).
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang pendidikan Tinggi mengamanatkan bahwa pemerintah perlu menetapkan Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi (SSBOPT). SSBOPT merupakan acuan biaya penyelenggaraan pendidikan tinggi yang secara periodik diriviu dengan mempertimbangkan capaian Standar Nasional Pendidikan Tinggi, jenis program studi, dan indeks kemahalan wilayah. SSBOPT menjadi dasar pengalokasian Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) dan penetapan BKT. BKT merupakan dasar penetapan UKT untuk setiap program studi diploma dan sarjana.
Tjitjik menjelaskan, saat ini intervensi pemerintah melalui BOPTN baru bisa menutup sekitar tiga puluh persen biaya penyelenggaraan pendidikan tinggi. Untuk itu, perlu peran serta masyarakat bergotong royong melalui mekanisme pendanaan UKT dan Iuran Pengembangan Institusi (IPI). Selain itu, Tjitjik juga mendorong perguruan tinggi mengoptimalkan pengelolaan aset untuk menambah pendapatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) non-UKT dan IPI.
Tjitjik tegaskan bahwa saat ini Ditjen Diktiristek terus berkoordinasi dengan para pimpinan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) agar penyesuaian UKT tidak melebihi batas standar pembiayaan yang telah ditentukan, harus sesuai aturan yang berlaku. Ia juga mengimbau PTN untuk terus melakukan sosialisasi terkait UKT kepada para pemangku kepentingan masing-masing. (Rls.Asep GP)***
Tatarjabar.com
May 18, 2024
CB Blogger
IndonesiaKemendikbudristek Dorong Perguruan Tinggi Tetapkan Uang Kuliah Tunggal dengan Bijak dan Berkeadilan
Hal tersebut disampaikan Pelaksana tugas (Plt.) Sekretaris Ditjen Diktiristek, Tjitjik Srie Tjahjandarie, saat menggelar jumpa pers di Gedun...
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Balai Pembiayaan Pendidikan Tinggi (BPPT), Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan kembali membuka Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Tahun 2024.
Program ini merupakan kolaborasi Kemendikbudristek dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik, pendidik (dosen ber-NIDN dan guru), serta insan budaya untuk menempuh pendidikan gelar dan non-gelar, baik di dalam maupun di luar negeri.
Program BPI menjadi salah satu komitmen Kemendikbudristek untuk terus memperkuat kualitas pendidikan dan sumber daya manusia di Indonesia. "Ini adalah kesempatan bagi para pendidik dan insan budaya untuk meningkatkan kapasitas mereka dan pada gilirannya menginspirasi generasi mendatang,” ucap Sekretaris Jenderal, Suharti, dalam sambutannya di Jakarta, Kamis (2/5/2024).
Sejak tahun 2021, untuk beasiswa bergelar BPI, Kemendikbudristek telah memberikan beasiswa kepada 9.951 orang, yang terdiri dari 2.015 penerima beasiswa S1, 1.804 penerima beasiswa S2, dan 6.132 penerima beasiswa S3. Dari jumlah tersebut, alokasi beasiswa dalam negeri berjumlah 8.644 orang (86,87%), sementara untuk tujuan luar negeri berjumlah 1.307 orang (13,13%).
Lebih lanjut, Kemendikbudristek juga memberikan beasiswa non-gelar Darmasiswa, yang mulai tahun 2023 menjadi bagian dari BPI. Penerima beasiswa ini adalah para mahasiswa asing yang belajar budaya dan bahasa Indonesia serta disebar untuk belajar bersama mahasiswa Indonesia di universitas-universitas dalam negeri selama 10 sampai 12 bulan. Pada tahun 2023 lalu, penerima Darmasiswa berjumlah 282 (2,83%) dari total skema BPI.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Abdul Haris, menyampaikan bahwa daftar perguruan tinggi tujuan untuk program beasiswa ini telah semakin berkembang. Menurutnya, hal tersebut adalah hasil koordinasi yang baik antara Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi dengan Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan, dalam menaungi institusi-institusi yang telah dan bersedia bekerja sama untuk menjadi tempat studi tujuan.
Selain itu, pada tahun 2024 program BPI pun telah diperluas, khususnya untuk skema calon dosen. Dirjen Abdul mengatakan, ”Di tahun sebelumnya calon dosen masih terbatas untuk jenjang S2, namun di tahun ini, skema tersebut diperluas dengan adanya calon dosen program percepatan gelar (fast track) S2 dan S3, khususnya untuk studi di luar negeri".
”Untuk itu, kami mengajak Bapak dan Ibu dosen di seluruh Indonesia yang ingin melanjutkan studi untuk mendaftar beasiswa ini, mengikuti seleksi sesuai ketentuan yang berlaku, dan semoga sukses memperoleh Beasiswa Pendidikan Indonesia,” pungkas Dirjen Abdul.
Kepala Balai Pembiayaan Pendidikan Tinggi, Anton Rahmadi, memaparkan bahwa Beasiswa Pendidikan Indonesia terdiri dari beberapa komponen pembiayaan, yaitu dana pendidikan, dana pendukung, dan biaya pendukung untuk penyandang disabilitas. Adapun jadwal pendaftaran BPI tujuan perguruan tinggi luar negeri berlangsung pada 2 s.d. 31 Mei 2024, sedangkan untuk tujuan perguruan tinggi dalam negeri berlangsung pada 2 Mei s.d. 30 Juni 2024.
Semua proses pendaftaran dilakukan melalui laman www.beasiswa.kemdikbud.go.id. ”Para pendaftar akan diminta untuk membuat atau memperbarui akunnya, kemudian melengkapi formulir pendaftaran dan registrasi, kemudian mengikuti alur untuk memilih program beasiswanya sesuai dengan ketentuan yang tertera di laman,” jelas Anton.
Terdapat sepuluh program BPI bergelar, yaitu Beasiswa Calon Guru SMK (S1), Beasiswa Asrama Mahasiswa Nusantara (S1), Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1), Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (S1), Beasiswa Indonesia Maju (S1), Beasiswa Pelaku Budaya (S1 - S3), Beasiswa Perguruan Tinggi Akademik (S2 - S3), Beasiswa Perguruan Tinggi Vokasi (S2 - S3), Beasiswa Pendidik dan Tenaga Kependidikan (S2), Beasiswa Dosen LPTK dan Profesi Guru (S3).
Anton menambahkan bahwa daftar perguruan tinggi tujuan untuk program ini dirumuskan berdasarkan tiga kriteria, yaitu 1) ranking perguruan tinggi di seluruh dunia, 2) kerja sama yang sudah berjalan antara Kemendikbudristek dengan mitra di luar negeri, dan 3) masukan langsung dari pemerintah negara tujuan.
Untuk informasi lebih lanjut, calon penerima beasiswa dapat menghubungi pengelola melalui surel ke helpdesk-beasiswa@kemdikbud.go.id, media sosial @awardee_bpi, serta laman resmi www.beasiswa.kemdikbud.go.id. (Rls/Asep GP)***
Tatarjabar.com
May 18, 2024
CB Blogger
IndonesiaBeasiswa Pendidikan Indonesia Tahun 2024 Resmi Dibuka
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Balai Pembiayaan Pendidikan Tinggi (BPPT), Pusat Layana...
Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan Pusat, Franka Makarim, sekaligus sebagai Bunda Bahasa Ibu, mengatakan banyak sekali manfaat positif yang dirasakan anak-anak dan keluarga dengan membiasakan penggunaan bahasa daerah di rumah.
Penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa anak-anak yang fasih berbahasa ibu menunjukkan perkembangan kognitif dan peningkatan intelektual yang lebih cepat. Selain itu, kecakapan berbahasa daerah juga erat kaitannya dengan perkembangan kemampuan literasi dan keterampilan berkomunikasi.
“Keduanya merupakan kemampuan fondasi yang perlu ditumbuhkan sejak usia dini. Pada saat yang sama, berkomunikasi dalam bahasa daerah juga dapat menguatkan ikatan kekeluargaan dan kebersamaan di lingkungan rumah,” hal itu dikatakan Franka Makarim dalam pembukaan Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN) Tahun 2024 di Jakarta, Kamis (2/5/2024).
Di tengah era globalisasi dan perkembangan teknologi yang makin cepat, bahasa daerah makin kehilangan tempatnya karena bahasa asing sering dianggap lebih penting dan lebih tinggi derajatnya. Perspektif seperti ini yang perlu diubah. Bahasa daerah perlu terus lestari dan dikembangkan karena merupakan bagian penting dari identitas budaya yang kita miliki.
Sebab, jika bahasa daerah tidak digunakan lagi, berarti warisan pengetahuan lokal telah hilang. Padahal, pengetahuan lokal menyimpan gagasan-gagasan yang relevan dengan kehidupan saat ini, seperti bergotong royong sesama manusia, atau hidup berdampingan secara harmonis dengan alam sekitar.
“Adik-adik para penutur bahasa daerah muda ini adalah harapan Indonesia untuk terus menjadi bangsa yang besar karena warisan budayanya karena kearifan lokalnya yang beragam,” tuturnya.
Melalui kesempatan ini, Franka Makarim mengajak semua pihak untuk mengupayakan pelestarian bahasa daerah melalui peran keluarga, misalnya (1) membiasakan penggunaan bahasa daerah di rumah, (2) mengajarkan bahasa daerah melalui permainan atau lagu, (3) melibatkan anak-anak pada peringatan hari besar atau acara budaya, (4) mengajarkan pengetahuan lokal melalui cerita rakyat, (5) memanfaatkan berbagai media untuk penguatan bahasa daerah, (6) mendorong anak-anak mengekspresikan diri menggunakan bahasa daerah misalnya dengan menulis puisi, cerita pendek, atau karya-karya lain, (7) melibatkan anak dalam kegiatan komunitas penggerak bahasa daerah, serta (8) menjalin kolaborasi dengan sekolah terkait pengajaran bahasa daerah.
Selain itu, ia juga mengajak agar semua orang tua dapat terus bersinergi dalam menumbuhkan tunas-tunas bahasa ibu, harapan masa depan Indonesia. “Dan untuk para peserta FTBIN, saya ucapkan selamat atas keberhasilan adik-adik semua untuk bisa menampilkan karya-karya terbaiknya di tingkat nasional. Teruslah bersemangat untuk melestarikan bahasa daerah dan mencintai budaya Indonesia,” pungkasnya.
Peserta FTBI, Asilla Agustina dari SDN 007, Provinsi Kalimantan Timur mengaku bangga bisa hadir di Jakarta pertama kalinya. Ia tak menyangka rutinitas berbahasa daerah di rumah dan sekolah bisa membawanya tampil di acara puncak FTBI. “Sungguh, senang sekali karena tidak menyangka. Saya sendiri berpikir kesenangan berbahasa daerah membuat saya terikat dan merasa dekat dengan daerah asal saya,” ungkapnya.
Sebagai putra daerah, Asilla merasa bangga karena rutinitasnya berbahasa daerah secara langsung merupakan wujud nyata pelestarian bahasa daerah. “Meskipun ini mungkin hanya langkah kecil dari saya, tapi semua bahasa daerah harus terus dilestarikan,” harap Asilla yang tampil memukau bernyanyi dalam sebuah kelompok lagu medley di puncak acara FTBI.
Pengalaman yang sama turut dirasakan oleh Navika Rivalna yang berasal dari SD Haurpanggung 1 Garut, Jawa Barat. Berawal dari kesenangannya bermain borangan, tak disangka kemahirannya tersebut bisa membawa Navika ke Jakarta untuk menyaksikan kemeriahan puncak FTBI. “Senang sekali bisa ikut di sini. Ini pertama kalinya saya ke Jakarta. Tidak sabar untuk jalan-jalan ke Monas (Monumen Nasional),” tutur Navika antusias.
Ia berharap, anak-anak makin tertarik untuk mengenal seni budaya daerahnya karena banyak sekali aktivitas berbahasa daerah yang seru untuk dimainkan. “Borangan, dongeng, menari, dan lain-lain. Yuk, kita bangkitkan kejayaan bahasa daerah di wilayah masing-masing,” ajaknya. (Rls/Asep GP)***
Tatarjabar.com
May 18, 2024
CB Blogger
IndonesiaPeran Ibu Sangat Penting Dalam Pelestarian Bahasa Daerah
Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan Pusat, Franka Makarim, sekaligus sebagai Bunda Bahasa Ibu, mengatakan banyak sekali manfaat positif yang ...
Friday, May 10, 2024
Yoyon Darsono (memegang suling), bersama Komstrad ketika manggung di wisuda STEI ITB (foto istimewa) |
Mendengar dan menyaksikan kesenian kecapi suling di acara syukuran wisuda di kampus negeri atau swasta di Bandung dan Jawa Barat, mungkin sudah biasa. Tapi kalau menyaksikan Kecapi Suling atau Tembang Sunda di Institut teknologi Bandung (ITB) mah, rada-rada unik juga.
Hal itu mengingat ITB walau ada di Bandung, tapi sudah jadi milik Nasional. Banyak mahasiswa dan dosennya orang-orang luar Jawa Barat, dari seluruh Nusantara.
Ya itulah Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, sudah 4 tahun ini dalam setiap syukuran wisudanya selalu menampilkan kesenian-kesenian Sunda dan mendapatkan respon serta apresiasi yang baik dari para wisudawan dan keluarganya.
Yang diundang manggungnya juga bukan perkumpulan seni Sunda ecek-ecek, tapi dari grup Komstrad (Komara Seni Tradisi) pimpinan Yoyon Darsono S.Kar., M.Sn.
Sebagaimana kita tahu Yoyon Darsono adalah Seniman Sunda serba bisa, kelas dunia, karena dia sudah sering diundang manggung ke seantero dunia. Yoyon juga dikenal sebagai anggota grup band Krakatau, Dosen ISBI Bandung, dan Ketua Paguyuban Seniman dan Budayawan (Paseban) Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Yoyon yang masih kerabat Ridwan Kamil (mantan Guberbur Jabar) dari keluarga besar IKOTW (Ikatan Obor Tatali Wargi) Limbangan-Garut ini, kini tengah rajin-rajinnya mengelola Saung Budaya Yoyon (SBY) di Kompleks GCI RW 17, Desa Cinunuk, Cileunyi Kabupaten Bandung.
Dekan STEI ITB, Tutun Juhana, sebagai orang Sunda berusaha ikut melestarikan seni-budaya Sunda (foto istimewa) |
Kebetulan dalam syukuran wisuda STEI ITB yang berlangsung tanggal 25 April 2024 di Aula Timur ITB, wartawan bertemu Yoyon dan grup keseniannya tengah asyik menghibur para wisudawan dengan Tembang Sunda/Kecapi Suling nan indah itu.
Usai manggung Yoyon bercerita, grup keseniannya, Komstrad, memang sudah sering diundang manggung di acara syukuran STEI ITB oleh Pak Dekan.
“Alhamdulilah saya atas nama Komstrad Bandung-Jawa Barat, sangat berterima kasih pada pak dekan yang sudah sering mengundang saya dan temen-temen untuk meramaikan acara syukuran Wisuda STEI ITB. Saya sangat bangga dan salut karena pak dekan trah Sumedang itu sangat mengedepankan kesenian Sunda,“ katanya haru.
Kata Yoyon, pak dekan memang selalu ingin menghibur para wisudawannya dengan kesenian Sunda. Selain itu seni Sunda yang adiluhung ini juga bisa diparesiasi dan jadi kenangan yang tak terlupakan buat para alumni yang berasal dari Aceh, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan dari seluruh Nusantara itu.
Yoyon bersama Dekan STEI ITB, di acara syukuran wisuda (foto istimewa) |
Senada dengan hal itu, Dekan STEI ITB, Dr. Tutun Juhana, S.T., M.T., mengatakan, tujuan menampilkan kesenian Sunda di acara syukuran STEI ITB yang sudah dirintisnya sejak taun 2020 itu adalah intinya untuk ikut melestarikan seni budaya Sunda.
“Kan ITB ada di Bandung–Jawa Barat, serta kampus STEI ada di tiga tempat, di Bandung, Jatinangor dan di Cirebon, di Tanah Sunda. Jadi selaku orang Sunda, warga Jawa Barat, wajib ngamumule (melestarikan) seni-budaya Sunda,“ kata pak dekan serius. Alhamdulillah kata pak dekan, mahasiswa dan para alumninya sangat interes dan mengapresiasi kesenian Sunda. Dan katanya memang jadi hal yang unik dan menarik menampilkan kesenian Sunda di syukuran wisuda ITB. “Ya maksudnya untuk ikut melestarikan seni-budaya Sunda aja sekemampuan saya,“ demikian kata dekan alumni SMA 5 Bandung yang piawai menggebuk beduk Inggris (drum) dan dari kecil sudah belajar tari Sunda “Kandagan” ke Mang Oskar penyiar Radio Paksi Bandung. (Aep GP)***
Tatarjabar.com
May 10, 2024
CB Blogger
IndonesiaKecapi Suling di Syukuran Wisuda STEI ITB, Usaha Melestarikan Kesenian Sunda
Y oyon Darsono (memegang suling), bersama Komstrad ketika manggung di wisuda STEI ITB (foto istimewa) Mendengar dan menyaksikan kesenian ke...
Wednesday, May 1, 2024
Para Lion Baru siap mengabdi pada masyarakat (Foto Asep GP) |
Acara tersebut digelar oleh Lions Club Jawa Barat (Distrik 307 B2 Wilayah 1), di Grand Hotel Preanger Jl. Asia-Afrika No. 81, Kota Bandung, Kamis (29/4/2024). Kegiatan diikuti 18 Lions Club, dan para Lion baru itu dilantik langsung oleh District Governor 307 B2 F.X., Teguh Kiranto.
Worldwide Induction Day (WWID) ini adalah hari pelantikan dan awal simbolis dari pengabdian anggota sebagai Lion, dilaksanakan di seluruh dunia, setiap tahun di bulan April.
Selain itu ada acara kampanye, kandidat FVDG Lianawati Tjokrohartono dari Surabaya dan kandidat SVDG C.A. Tersierra Rosa dari Yogyakarta, yang akan mengikuti pemilihan pemimpin distrik 307 B2 periode 2024-2025 dalam konvensi yang akan diadakan di Jakarta pada tanggal 2-4 Mei 2024.
Acara pamungkasnya, ramah tamah keakraban diantara 270 Lions yang datang dari Bandung, Cirebon, Yogyakarta, dan Surabaya. Dan dihibur oleh sajian musik Mandarin dari Len’s Band , Kang Toto dan Frans saparakanca.
Teguh Kinarto, yang saat itu didampingi Hendro Susilo (Ketua Panitia Pres), Rukita Surjaudaja (Ketua Wilayah 1 Lions Club District 307 B2 ), dan Toni Suparman (IPDG), secara khusus mengatakan pada wartawan, Lions Club Internasional, merupakan organisasi Pengabdian Kemanusiaan terkemuka di dunia yang sudah berdiri tahun 1917 dengan jumlah anggota lebih dari 1,4 juta yang tersebar di 220 negara (di Indonesia 14 ribu orang dan Bandung 828 orang) dan sudah terdaftar di PBB.
Lions Club ini bergerak berdasarkan pilar-pilar pelayananan kemanusiaan seperti: Pengentasan Kelaparan/Pangan (Relieving the Hunger), Diabetes, Kanker Anak (Childhood Cancer), Penglihatan (Vision), Lingkungan Hidup (Environment), Kemanusiaan (Humanitarian), Gerakan Anak (Youth), dan Bantuan Bencana Alam (Disasters Relieve).
DG Teguh Kinanto (baju hijau) didampingi Rukita Surjaudaja(Ketua Wilayah 1), IPDG Toni Suparman (pakai Jas), dan Hendro Susilo (Batik) |
Di Indonesia, intinya ada 5 gol yang diutamakan: Lingkungan Hidup, Diabetes, Kanker Anak, Penglihatan (vision), dan Pengentasan Kelaparan (hunger).
Untuk Pengentasan Kelaparan Lions Club sudah banyak membagikan makanan siang gratis 5 hari (Senin s/d Jumat) dalam 1 minggu untuk 150 orang. Termasuk kepada mahasiswa, masyarakat, bahkan ada para pensiunan yang berharap seminggu sekali bisa makan gratis di sana. Menunya juga setara dengan menu restoran seharga lebih dari 30 ribu/porsinya, dan itu dimasak sendiri oleh relawan. Tapi untuk ketertiban dan kenyamanan, memang harus daftar dulu, karena kalau tidak bisa melebihi kapasitas, dan tidak kebagian.
Teguh Kinanto usai melantik para Lion Baru |
“Sebetulnya kalau bicara UUD 45 kesejahteraan rakyat itu tanggung jawab pemerintah, tetapi sebagai masyarakat yang diberi rejeki lebih bisa menyisihkan sebagain dari penghasilannya, kita terpanggil untuk ikut menangambil bagian dalam pemerataan. Hal ini juga sesuai dengan sila ke-5 Pancasila, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Makanya dalam salah satu program presiden yang baru terpilih akan memberi makanan gratis untuk rakyat. Karena tingkat kemiskinan rakayat Indonesia ini masih tinggi, banyak rakyat yang mesti harus dibantu,” kata Teguh Kinarto.
Demikian juga perhatian Lions Club terhadap anak-anak berpenyakit Kanker. Kata Teguh yang di Surabaya membawahi 131 club yang membantu anak-anak penderita kanker, salah satu clubnya bisa menyumbang 100 juta/bulan kepada orang tua yang anaknya terserang kanker. Dalam satu tahun bisa membantu 24 anak korban kanker yang kebetulan orang tuanya kurang mampu. Jadi mengurangi beban orang tua untuk biaya pengobatan anak-anak penderita kanker.
Kampanye |
“Sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga Negara yang baik kita ingin ikut ambil bagian dalam sebagian tanggung jawab Negara dan sebagai umat manusia, sebagai umat Tuhan, sebaik-sebaik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang yang membutuhkan,“ kata Teguh tulus.
Orang-orang yang masuk Lions Club, sebetulnya prinsipnya diundang. Jadi kalau melihat ada teman yang berperilaku baik, yang punya niat baik, yang mau menyisihkan waktu tenaga, pikiran, keiklasan, dan sebagian dari rezekinya, ibarat satu bulan itu minimal 50 -100 ribu itu pun kalau ada. Kalau gak ada pun asal mau menyumbang tenaga dan pikiran, dana (duit) bisa disubsidi oleh yang lebih mampu. Tapi kalau Lions Club Internasioan prinsipnya orang masuk Lion itu harus bayar iuran. Besarnya kurang lebih per bulan 100 ribu. Iuran ini untuk kumpul-kumpul, rencana, dan untuk membantu. Karena setiap gerakan membantu untuk gerakan yang kecil minimal butuh 500 ribu, itupun gabungan 5 club 500 rb x 5=2,5 jt. Tapi kalau untuk gerakan besar bisa ratusan juta.
Suasana keakraban |
Jadi Lions Club kata Teguh, bukan berarti hanya untuk orang yang mampu, golongan menengah ke atas atau yang kaya, tapi orang yang punya penghasilan 6 juta pun bisa membantu dengan menyisihkan uangnya 100 ribu.
Intinya, kata Teguh, orang- orang tertarik mau masuk Lions Club ini karena mau menjadi orang baik, mau jadi orang yang bermanfaat bagi orang yang membutuhkan. Dan melalui Lion kita punya ibarat second family – kita punya saudara yang punya idealis sama – yang mau menyisihkan sebagian rezekinya untuk keperluan orang lain. Rezeki itu bukan hanya uang tapi bisa perhatian, waktu, atau kemampuan.
DG Teguh Kinanto bersama istri |
“Jadi di situ ada kebersamaan – di situ ada kasih seperti yang diajarkan oleh berbagai agama karena dermawan tanpa kasih itu adalah hal yang sia-sia. Iklas itu termasuk kasih, kata Teguh. Yang punya dana bisa menyumbangkan sebagian dari dananya untuk membantu sesama. Tidak usah menyisihkan 10 persen atau puluhan persen, satu persen atau 0,1 persen saja sudah cukup. Misalnya orang yang berpenghasilan menengah kebawah 10 juta/bulan kalau bisa menyisihkan 100 ribu aja sudah okey. Kalau yang penghasilannnya 30 juta/bulan mungkin merelakan 1 juta untuk yang membutuhkan, okey sekali. Ini kan untuk kebersamaan,“ tandasnya.
Sajian musik Len's Band menambah akrab suasana |
We learn together (kita belajar bersama-sama), we grow together (kita tumbuh bersama), dan together we can, karena kita bersama-sama kita lebih bisa menyelesaikan segala urusan. ”Jadi kita terus belajar bertumbuh dan bermanfaat,” pungkas Teguh Kiranto. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
May 01, 2024
CB Blogger
IndonesiaSebanyak 70 Lion Baru Dilantik di Acara Worldwide Induction Day
Para Lion Baru siap mengabdi pada masyarakat (Foto Asep GP) Acara tersebut digelar oleh Lions Club Jawa Barat (Distrik 307 B2 Wilayah 1), di...
Monday, April 29, 2024
Sejumlah karya dari Komunitas 22 Ibu, karya mahasiswa Universitas Kristen Maranatha, dan karya dari sejumlah Perempuan Perupa dari berbagai kota serta hasil karya para siswa SMP Negeri Cimahi, digelar di SuJiVa Art Space, Jalan Sumur Bandung No. 6 Bandung. Pameran Seni Rupa bertajuk “Mata Perempuan” ini dibuka oleh Heni Smith selaku pemerhati budaya dan pengusaha dalam bidang pariwisata serta café dan resto, Minggu (28/4/2024).
Pembukaan pameran diisi oleh pembacaan puisi oleh Dr. Nuning Damayanti, yang menyuarakan tentang perempuan, dan langsung mendapat sambutan yang meriah dari pengunjung pameran.
Heni Smith (berkebaya pink), sedang membuka pameran (Foto Istimewa) |
Menurut Kurator Pameran Arleti Mochtar Apin, pameran ini diselenggarakan dalam rangka hari Kartini dengan mengusung sejumlah 25 perupa. Perupa memiliki persepsi yang terbentuk oleh faktor latar belakang yang bervariasi. Kegiatan, lingkungan, pengetahuan termasuk wawasan merupakan hal yang paling menentukan seseorang membangun sudut pandangnya. Pengalaman atas beragam kegiatan kadang mendatangkan dampak pada perasaan dan sudah pasti akan menyisakan rasa. Lebih lanjut Arleti mengatakan, bahwa tubuh perempuan sebagai wujud makhluk dengan tugas alami tak lepas dari rasa sebagai dampak dari pengalaman dalam hidupnya, fisik maupun secara mental.
Sejumlah tugas tubuh perempuan menjalankan fitrahnya adalah suatu kondisi yang tak dapat ditolak maupun diinginkan. Alam telah mengatur itu dalam suatu keberaturan mutlak dengan hukumnya. Takdir alam memilih tubuh wanita melakukan tugas mengandung, melahirkan hingga menyusui anak. Dalam tubuh itu juga dianugerahi dorongan melindungi, menjaga, membela wilayah beserta isinya dengan segenap kemampuannya.Hingga wajar perempuan dikaitkan dengan urusan domestik. Amat erat kaitannya dengan pengertian istilah matriarki. Kondisi ini akan lebih menjelaskan latar belakang istilah tersebut, senyatanya demikianlah watak alami perempuan.
Dr. Nuning Damayanti, membaca puisi dalam acara pembukaan pameran mata perempuan (Foto Istimewa) |
“Jadi wajar bila impresi dari mata perempuan bisa berbeda, karena rasa dari kejadian yang dialaminya juga tidak sama. Tubuh perempuan memang didominasi oleh rasa karena naturalnya memang dibutuhkan demikian. Ruang eksplorasi yang luas tanpa batas dan tidak akan pernah selesai. Perempuan melihat, merespon, meneriakkan pesan dari sisi pribadi mereka. Ruang luas tanpa batas terpampang untuk menyuarakan tiap rasa,” demikian papar kurator.
Kali ini, dalam pameran Mata Perempuan, terlihat sekali minat yang bervariasi dari tiap perempuan memandang kejadian serta bereaksi. Karakter individu dalam berekspresi tertuang selaras dalam karyanya. Suatu objek bisa menjadi karya yang berbeda sekali. Ada perupa mengekspresikan alam dengan sudut pandang keceriaan, kelembutan menuangkan flora dengan pilihan warna merah lembut tetapi ada spirit di dalamnya. Berbeda dengan yang memilih memvisualkan pokok pohon kerontang condong rantingnya kurus tak berdaun di atas tanah tanpa rumput lengkap dengan bayang redup. Sedangkan objek lain yang cukup populer dalam karya perupa adalah objek perempuan dalam berupa variasi ; paras, tubuh, maupun dengan gabungan objek lain. Menampilkan detil wajah yang kontras antara ‘teriak’ dan karakter lembut flora.
Arleti Mochtar Apin, Kurator Pameran Mata Perempuan di SuJiVa Art Space (Foto Istimewa) |
Karya lain yang dibuat oleh Cecilia, Ziyi, Margaretha, Eunike, Natasha, dan Tanti, yang bertema figur perempuan dapat ditemui dalam sebuah ruangan, karya yang didisplay dengan rapi menyuguhkan visualisasi torso perempuan berbusana adat dan aksesorisnya. Goresan warna, yang memperlihatkan tahap dalam kehidupannya sangat jujur tersaji. Karya lainnya yang dapat diapresiasi dengan pilihan unik berupa komposisi kolase kertas yang menunjukkan serangkaian karya objek manusia, kucing dan misteri alam semesta, polos tapi menyiratkan pesan yang penuh.
Beberapa perupa menyuguhkan goresan pena dan tinta yang apik dan renik. Gaya ungkap serupa disuguhkan juga berupa sisi wajah perempuan dipadu dengan garis dan flora. Sangat terasa nafas feminin pada karyanya. Sejumlah perupa lain seperti Rina Mariana, Sri Rahayu Saptawati, Sri Nuraeni, Nita Dewi, Luki Lutvia menuangkan penggalan cerita yang digagas dari cerita legenda, cerita binatang, cerita rakyat sebagai gagasan karya dengan ciri khas masing-masing. Sejumlah perupa memilih untuk visualisasi legenda yang dahulu lebih sering disampaikan secara tutur, satu pendekatan lain dari kepedulian perempuan dalam literasi cerita legenda. Menarik sekali sisi upaya perempuan untuk membangun minat dan pengetahuan warisan para leluhur dengan pendekatan yang inovatif. Sedangkan Niken Apriani dan Ariesa lebih memilih tema flora fauna. Para perupa dari Komunitas 22 Ibu ini menggunakan material tamarind yang dimanfaatkan sebagai perintang. Perupa lainnya adalah Mia Syarief yang mengusung tema-tema perempuan yang divisualisasikan dengan berbagai wajah tanpa detail rupa wajah, selain itu juga ada karya dari Belinda Sukapura Dewi yang menampilkan karya drawingnya.
Para perupa mahasiswa dari Universitas Kristen Maranatha bersama karya-karyanya (Foto Istimewa) |
Rangkaian karya para perupa ini tentu akan memberikan ruang memahami keresahan, minat, gairah maupun kepekaan terpendam dibalik tubuh perempuan. Pada saat dialog dalam ini dituangkan berupa karya, barulah terungkap gejolak rasa. Pesan tanpa kata ini berbicara lebih banyak bagi orang yang dapat mencerap secara teliti. Para perempuan ini adalah pejuang tanpa keluh kesah ataupun pamrih dalam bentuk apapun, seutuhnya menuangkan kecamuk dialog tanpa butuh lawan. Besar harapan bagi pemirsa dapat menikmati serta mengapresiasi karya perupa untuk mendapatkan pengalaman berharga tentang manusia dan kehidupan. Pameran ini berlangsung selama satu bulan dan dapat diapresiasi ke SuJiVa Artspace Jl. Sumur Bandung No .6, Lb. Siliwangi, Kec. Coblong, Kota Bandung. (Rls/AGP) ***
Tatarjabar.com
April 29, 2024
CB Blogger
IndonesiaMata Perempuan Kartini Bersama Komunitas 22 Ibu Hadir di SuJiVa Art Space
Sejumlah karya dari Komunitas 22 Ibu, karya mahasiswa Universitas Kristen Maranatha, dan karya dari sejumlah Perempuan Perupa dari berbagai ...
Saturday, April 27, 2024
Warli Haryana (kiri ) bersama Wakil Rektor UPI Prof. Bunyamin Maftuh (Foto Asep GP) |
Karya-karya terbaik para perupa lintas generasi ini bisa kita lihat dan apresiasi dari mulai tanggal 25 hingga 29 April 2024. Lukisan-lukisan tersebut dipajang dari mulai pintu lobby hotel hingga pintu masuk ke tempat renang (swimming pool). Hingga suasana Hotel yang berlokasi di Jl. Pelajar Pejuang 45 No. 121 Turangga, Kec. Lengkong, Kota Bandung ini pun, menjadi lebih artistik.
Yang menarik para seniman yang tergabung dalam komunitas 3 Generasi Pelukis Bandung ini ternyata dari berbagai disiplin ilmu dan latar belakang berbeda, seperti Irjen Pol. Prof. Dr. Chryshnanda Dwilaksana, M.Si., seorang Jenderal, Pelukis dan Guru Polri, sekaligus sebagai Kasespim Lemdiklat Polri. Kemudian Warli Haryana, S.Sn, M.Sn, seorang praktisi seni dan pendidik seni yang saat ini sebagai Ketua Prodi Seni Rupa FPSD UPI, terus ada Dr. Supriatna, S.Sn,. M.Sn, praktisi seni yang juga menjabat Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Sistem Informasi dan Kerjasama ISBI Bandung, dan juga seniman lintas generasi yang diprakarsai Trisna Batara (pegiat seni Baksil Artspace) dan kawan-kawan seperti; Basuki Bawono (maestro seni lukis Bandung), Drs. Heri Heriyana, MM (pelukis figuratif), Deden Imanudin, S.Sn, Jatnika Darajatun, S.Sn (pelukis senior), Nina Sarinah (Singers), Rendra Santana (pelukis naturalis), Saeful Bachri, Sri Setyawati Mulyani (Cipuk) pelukis senior, Yandi Manusia Emas, Den Bagoes, Epi Gunawan, S.Sn, Erwin Budi Hartanto, Edos, Hani Pribadi, Ir. Setiyono, Gikno Slamet, Aspur, dan Susentono. Acara juga dimeriahkan oleh penampilan musik dan monolog “Air, Burung dan Nenek Moyang,“ Iman Soleh.
Warli Haryana, Pelukis 3 Generasi Bandung menyemarakan Bandung, Jabar & Indonesia lebih berseni lagi (Foto Dok Pribadi) |
Pameran lukisan yang dibuka oleh Kapolrestabes Bandung Kombes Pol. Dr. Budi Sartono, S.I.K., M.Si., M.Han, didampingi Wakapolres Bandung AKBP Dwi Handono Prasanto, S.I.K, mewakili Kapolda Jabar Irjen Pol. Dr. Akhmad Wiyagus, S.I.K., M.Si., M.M, ini pun mendapat apresiasi dan dukungan dari Ir. Rachmat Taufik Garsadi, M.Si., - Ketua Koperasi dan Usaha Kecil (KUK) Provinsi Jawa Barat, juga Wakil Rektor Bidang Riset, Usaha dan Kerjasama UPI Bandung, Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M.Pd., M.A., yang sengaja sama-sama hadir pada acara tersebut, dan tentu saja dari pihak Hotel Horison Bandung, Yudi PWR, St., MBA (GM).
Oleh-oleh dari seniman untuk Kapolrestabes Bandung yang berkenan membuka acara pameran (Foto Istimewa) |
Kurator sekaligus peserta Pameran Warli Haryana, dalam sambutannya mengatakan, Pameran seni rupa "EID MUBARAK " - Harmoni Ramadhan, Eid artinya hari Raya dan Mubarak artinya "diberkahi, selamat, atau ucapan berbahagia", melalui karya-karya seni lukis yang digelar menyuguhkan inspirasi dan pengalaman imaji para seniman menyambut bulan suci.
Sehingga pameran ini menjadi momentum penting dalam rangka menyambut bulan Suci Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri 1445 H, yaitu bertemunya seni dalam suasana yang penuh berkah.
Basuki Bawono dan karyanya, Maestro Lukis Bandung (Foto Asep GP) |
Penyelenggaraannya pun kata Warli, mendapat sambutan yang istimewa, bertempat di Hotel Horison Bandung berlokasi di Jalan Pelajar Pejuang 45, tempat di mana karya-karya para seniman dapat dipajang dari tanggal 25 April sd 29 April 2024. Karya seni yang dipajang terdapat lukisan kaligrafi yang terpancar mewakili tema pada pameran “Eid Mubarak - Ramadhan Harmoni”. Sementara tema karya seni lainnya menjadi bagian dari narasi yang menggambarkan nilai-nilai kehidupan, kebersamaan, dan keindahan yang tercipta melalui ekspresi artistik.
“Tujuan utama pameran ini adalah untuk menjalin silaturahmi antara para seniman dan komunitas seni serta publik dalam suasana ramadhan. Melalui karya-karya seni lukis yang dipamerkan, sepertinya para seniman berbagi inspirasi, dan makna yang melampaui batas-batas kata. Adakah upaya para seniman dalam karya-karyanya di pameran ini telah menggugah perasaan dan pikiran, sehingga menjadi titik temu seni, budaya, dan spiritualitas dalam sebuah persembahan yang penuh makna. Seperti dalam tajuk pamerannya "Eid Mubarak - Harmoni Ramadhan". Siapakah yang mampu menjawabnya? Tentu ada yaitu melalui kehadiran publik, kita pun turut mampu menjawabnya. Salam karya dan budaya, maju terus seni dan budaya bangsaku,” kata seniman dan akademisi yang diundang KJRI berpameran di New York- Amerika Serikat, antara bulan September/November tahun ini.
Ajang Silaturahmi para peserta pameran (Foto Asep GP) |
Warli pun secara khusus mengatakan pada wartawan, selaku peserta dan kurator, melihat ada sesuatu yang menarik di pameran ini, yaitu pesertanya diikuti oleh para kalangan akademisi dan praktisi bahkan diantaranya ada seorang jenderal polisi, Irjen Pol. Prof. Dr. Chryshnanda Dwilaksana, M.Si. “Ini menurut saya menarik, kalau polisi memiliki jiwa seni semoga memberi aura bagus bagi kesenian. Karena selama ini seni sulit dan tertutup, padahal siapa pun bisa jadi seniman minimal untuk diri sendiri. Contohnya saya memakai baju dan itu pasti dari warna dan coraknya harus sesuai kesukaan saya, nah itu kan apresiasi seni. Tidak jadi seniman sesungguhnya pun, ya paling tidak jadi apresiator yang baik, dan tentu saja secara kekaryaan pun akan berbeda hasilnya. Tapi justru ini akan memperkaya keragaman dan yang lebih utama lagi nilai silaturahminya,” tegas Warli.
Memang kata Warli, pameran ini diawali untuk ajang silaturahmi jangan sampai di bulan puasa kemarin kegiatan para seniman vakum. makanya temanya Ied Mubarak, hari raya yang harus membawa berkah- harus membawa kekeluargaan ditambah didukung Hotel Bintang 5 Horison ini luar biasa. “Semoga ini membawa hoki, karena Horison kan cakrawala - menuju cakrawala dunia. Semoga barometer Pelukis 3 Generasi Bandung ini ikut menyemarakan kesenian dan ikut mengembangkan, memajukan Bandung, Jawa Barat, dan Indonesia menjadi lebih berseni,” harapnya.
Peserta pameran (Foto Asep GP) |
Warli pun tak lupa menghaturkan terima kasih kepada semua pihak, juga kepada Wakil Rektor Bidang Riset, Usaha dan Kerjasama UPI Bandung, Prof. Dr. Bunyamin Maftuh. Bagi saya seorang pimpinan ikut mendukung itu luar biasa padahal tadinya beliau ada 2 kegiatan tapi lebih memilih kesini.
“Ini semoga menjadi peluang bagi kami Fakultas Pendidikan Seni dan Desain ( FPSD) UPI Bandung. Kami berharap besar semoga bisa bangkit. Kita sekarang mulai merangkak mensosialisasikan dan juga berharap memiliki kontribusi yang baik untuk kebudayaan terutama dalam bidang seni di Bandung, Jawa Barat dan di Indonesia, hingga ke Mancanagara,“ pungkasnya.
Iman Soleh...Jaleuleu..Ja... !! (Foto Asep GP) |
Sementara itu Warek Bidang Riset, Usaha dan Kerjasama UPI Bunyamin Maftuh, yang sengaja datang mewakili rektor UPI Bandung mengatakan, sangat menyambut baik acara visual art exhibition ini karena salah satu dosennya yang juga seorang seniman (Warli Haryana) ikut berpameran. “Jadi kami mewakili perguruan tinggi ikut berpartisipasi dalam kegiatan pameran ini. Ini sangat bagus, lagi pula di UPI itu kan ada Fakultas Pendidikan Seni dan Desain yang di dalamnya ada beberapa prodi/jurusan seperti Seni Rupa, Tari, Musik, baik yang berlatarkan pendidikan seni maupun seni murni. Jadi kalau ada pameran seperti ini sangat bagus sekali untuk ekspresi dosen dan mahasiswa. Jadi dari pihak UPI sangat menyambut baik kegiatan-kegitan seperti ini,“ katanya pasti.
Warek Dr. Supriatna juga yang datang mewakili rektor ISBI Bandung dan juga ikut memamerkan karya lukisnya “Lailatul Qadar” (karya lama tahun 2000-an), sangat menyambut baik kegiatan seni ini.
Apresiasi dari regenerasi (Foto Asep GP) |
“Intinya supaya silaturahmi tidak terputus dengan yang lain. Jadi apapun dan dimana pun saya akan ikut serta apalagi ada temen-temen senior, temen satu angkatan, dan angkatan di bawah saya ikut juga. Pameran di hotel ini bagus untuk apresiasi publik, karena pengunjung hotel itu terus datang bergelombang dan berganti orang dan itu juga berpotensi untuk dikoleksi,” tandasnya.
Apresiasi pengunjung hotel (Foto Asep GP) |
Pihak Hotel Horison memang menyambut baik, mendukung, memfasilitasi kegiatan pameran ini. “Kita mendukung dan menyambut baik kegiatan ini. Kita memang biasa bekerjasama dengan para seniman. Jadi intinya Horison akan selalu support dengan seniman Bandung – Jawa Barat,” demikian kata Tika Merdekawati, Marketing & Communication Horison Ultima Bandung.
Hiburan musik (Foto Asep GP) |
Bagi Trisna Batara Putra, EO kegiatan ini, merangkap Koordinator UMKM pekerja seni yang juga ikut berpameran, ini kali keempatnya berpameran di Hotel, dari mulai tahun 92 berpameran di Panghegar Bandung, Hendi Gallery Jakarta, Preanger Bandung, dan sekarang di Horison Bandung. Bahkan katanya ke depannya sudah ada 4-5 hotel yang mau bekerjasama menyediakan tempat pameran.
Tika Merdekawati, Horison selalu mensupport seniman Bandung dan Jawa Barat (Foto Asep GP) |
Trisna juga berharap bantuan dan dukungan beberapa pejabat pemerintah dan petinggi akademisi, juga hotel sebagai fasilitator yang akan mengundang buyer (pembeli) dan kolektor seperti sekarang ini, ke depannya akan terus berkelanjutan sehingga para seniman/pekerja seni ini betul-betul bisa merasakan perubahan dengan adanya forum 3 generasi Seniman Bandung ini. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
April 27, 2024
CB Blogger
IndonesiaPameran Bersama 3 Generasi Perupa Bandung “Eid Mubarak” di Hotel Horison
Warli Haryana (kiri ) bersama Wakil Rektor UPI Prof. Bunyamin Maftuh (Foto Asep GP) Karya-karya terbaik para perupa lintas generasi ini bisa...
Saturday, April 20, 2024
Halal Bihalal Bersarung ISBI Bandung (foto Asep GP) |
Ada yang menarik dan unik di acara Halal Bihalal Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, yang berlangsung Rabu, 17 April 2024 di Gedung Kesenian Sunan Ambu, Jl. Buah Batu No. 212 Cijagra Kec. Lengkong - Kota Bandung. Kebanyakan semua yang datang ke acara tersebut memakai kain “sarung”. Tak hanya itu banyak juga yang membawa gorokan rantang.
Matak waas, ras ka mangsa nu lawas (jadi teringat masa lalu). Tradisi memakai sarung dan saling mengirim makanan dalam rantang ke sanak-saudara dan tetangga memang sudah dilakukan sejak dulu oleh para luluhur kita.
Acara Hala Bihalal kali ini memang bertajuk Bersarung dan Gorokan Rantang, dan ini kata Rektor ISBI Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum, adalah salah satu cara untuk menguatkan hastag ISBI Bandung sebagai agen pemajuan kebudayaan.
Bersarung (bersilaturahmi sambil ngariung) ini merupakan penguatan tali persaudaraan. Dengan bersilaturahmi semoga dapat menambah rizki dan menambah panjang umur.
Guru Besar ISBI pun Bersarung (foto Asep GP) |
Bersarung dalam kebudayaan kita, merupakan langkah untuk menguatkan identitas kolektif, selain sarung sebagai pelindung tubuh dan alat komunikasi, di Indonesia ini terlihat dari motif yang memiliki makna khusus termasuk aturan penggunaannya.
Bagi muslim sarung adalah busana formal para ulama, santri dan tokoh penting keagamaan. Motif sarung untuk laki-laki biasanya geometris dan bagi perempuan sarung batik. Di NTT sarung/kain tenun ikat dijadikan pakaian resmi ASN setiap hari selasa dan Jumat. Daerah lain, juga daerah lainnya seperti Betawi, jawa, Sunda, Madura, Makasar, Tajong Samarinda dan tenun Gedokan, Sarung Ulos dari SUMUT dan sarung Poleng dari Bali. Bahkan mulai tanggal 3 Maret 2019 dijadikan Hari sarung Nasional.
“Kolaborantang, sebagai bentuk tradisi nganteuran, berbagi pada setiap munggahan dan lebaran di masyarakat dijadikan bentuk kegotong-royongan sejak tahun kemarin tetap dipertahankan untuk menguatkan rasa empati dan rereongan dalam meringankan beban acara bersama, akur jeung dulur. Tahun ini ditambah dengan penguatan budaya dengan mengenalkan gastronomi/kuliner di 27 kab/kota yang ada di Jawa Barat,“ demikian kata bu rektor.
Acara selain mengundang Ustadz Nana Gerhana, dimeriahkan juga dengan saling memberikan hadiah diantara civitas akademika ISBI, sebagai bentuk kerukunan. Kolaborasi gift (hadiah) ini adalah bentuk kerukunan warga ISBI Bandung untuk berpartisipasi berbagi pada seluruh keluarga besar kita tercinta dengan berkontribusi memberikan hadiah, baik satu, dua, tiga sepuluh bahkan 15 hadiah dari individu maupun unit untuk memeriahkan acara.
Lebih jauh Retno menjelaskan pada wartawan, bahwa kesenian dan kebudayaan selama ini hanya dipandang sebelah mata. Padahal kesenian adalah penghalus jiwa, begitu pula yang dilakukan ISBI selama ini adalah menjadikan karakter yang penting dan luar biasa. “Segala sesuatu yang kita lakukan itu untuk menjadikan manusia-manusia yang berkarakter terutama integritas jujur dan kerjasama ditanamkan di sini. Jadi kalau ada karakter Pancasila yang disiapkan yang didalamnya ada kreativitas dan gotong-royong, itu semuanya ada di dalam kesenian dan kebudayaan,“ tegasnya.
Warek Supriatna juga Bersarung (Foto Asep GP) |
ISBI Bandung yang punya hastag pemajuan kebudayaan, selama ini terus menggali kembali (seni budaya tradisional) lalu mensosialisasikan ke masyarakat yang lebih luas. Ketika ISBI membuat berbagai bentuk tarian kreasi yang digali dari tarian tradisi, lalu disebarkan ke masyarakat luas, itu adalah usaha untuk mengembangkan karakter, imbuh Retno.
Seperti halnya dalam halal bihalal sekarang dengan tema Bersarung, sebetulnya itu tradisi nenek moyang yang ada di beberapa daerah di indoneisa. Mungkin orang sekarang kalau memakai sarung itu asa teu gaya , udik, kampungan. Padahal Sarung itu sebagai identitas kolektif dan ternyata dari sarung dan motifnya pun sarat akan makna dan pemakaian sarung itu ada tata cara dan aturan-aturannya yang luar biasa.
Rantang Sebagai Simbol Gotong-royong dan Bermasyarakat (foto Asep GP) |
Retno mencontohkan di Sumatera Utara (Batak) kain Ulos adalah simbol penghormatan terhadap perempuan ketika dia bisa menjaga anak, menjaga keluarga dan bisa menjaga masyarakatnya. Ini harus dilestarikan, dan disosialisasikan ke generasi sekarang, bahwa sarung yang kita punya itu luar biasa.
“Jadi kesenian dan kebudayaan warisan nenek moyang kita itu adiluhung. Sarat dengan makna dan karakter yang luar biasa dan itu relevan di segala zaman, bisa ditanamkan pada generasi sekarang dengan cara-cara yang baru, disesuaikan dengan zamannya.
“Apa yang dilahirkan oleh leluhur kita banyak mengandung makna luar biasa dan relevan disegala zaman, bisa ngindung ka waktu ngabapa ka zaman, bisa terus di-update, bisa terus dilakukan dan bisa kita laksanakan, disebarkan dengan cara-cara baru, baik dari tekad, ucap, dan lampah, itu sudah dilakukan oleh leluhur-leluhur kita,“ pungkas rektor.
***
Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA, (Rektor Unpad ke-10) pernah mengatakan, keberadaan sekolah dan kampus seni di Bandung (SMKI & ISBI Bandung) sangat berperan aktif melahirkan seniman-seniman Sunda, tiap tahunnya. Jelas keberadaanya sebagai garda terdepan pelestari seni-budaya Sunda.
(foto Asep GP) |
Tapi seiring waktu dalam perkembangannya, dengan bertambahnya peminat mahasiswa dan fakultas, ISBI Bandung merasa kesulitan. Terutama untuk pengembangan kampus. Kampus Buah Batu 212 sekarang sudah penuh sesak dengan fasilitas ajar seadanya.
Memang sejak tahun 2018, ISBI Bandung telah mendapat hibah dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) berupa tanah seluas 8,7 hektare di Cikamuning, Desa Bojongkoneng, Kecamatan Ngamprah. Namun, hingga saat ini tanah tersebut belum bisa dibangun karena masih dalam proses penyelesaian sertifikat tanah.
Kata rektor, "Sudah lima tahun dari 2018 sampai 2023 ini belum bersertifikat. Kami berusaha di tahun ini harus selesai. Karena keinginan di tahun-tahun berikutnya, DED (Detail Engineering Design), masterplan harus disiapkan. Kalau kita punya tanah tapi tidak bersertifikat siapapun yang akan membantu pasti sulit. Makanya hal itu dulu yang harus selesai."
Rektor ISBI Retno Dwimarwati bersama Dewan Penyantun Ipong Witono, Siap Bermitra Memajukan ISBI Bandung (foto Asep GP) |
Terkait hal ini, Dewan Penyantun Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Ipong Witono, yang hadir pada saat halal bihalal menegaskan kepada wartawan, akan terus berikhtiar untuk mewujudkan perluasan kampus II di Kabupaten Bandung Barat (KBB) tersebut. Dan dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan pertemuan khusus, untuk membahas lahan kampus II ISBI Bandung di Cikamuning, KBB.
"Ya, dalam waktu dekat ini kita akan melakukan pertemuan, pertama dengan pemilik kampus ini yaitu Pak Dirjen, juga kepada Gubernur dan mungkin minggu ini akan berkirim surat, mendiskusikan banyak hal, bukan hanya masalah tanah tapi juga banyak hal yang strategis," katanya.
Ipong juga melihat ISBI Bandung sudah memberi banyak kepada masyarakat. Seperti dalam halal bihal ini, ISBI mengingatkan agar kita kembali kepada jatidiri kita. “Jadi hari ini ISBI berangkat dari titik-nya melakukan navigasi budaya. Karena begitu kuat perubahan tidak hanya perubahan di dunia tapi di luar pagar ISBI ini sudah sangat cepat, apakah itu konteksnya kepada korupsi, hal etika, atau hal-hal lain terhadap kekuasaan yang dilakukan, kita kehilangan arah,” kata Ipong.
Ustadz Nana Gerhana Warisan Budaya Leluhur Kita Sarat Akan Makna yang Luar Biasa (foto Asep GP) |
Nah makanya Dewan Penyantun sebagai mitra sahabat dari ISBI Bandung, beberapa kali telah bertukar pikiran untuk melihat ke depan bagaimana arah perjalanan ISBI ini bisa didorong oleh Dewan Penyantun.
“Rektor pun, sudah memberi arahan banyak dan kita sedang mengelaborasikan untuk bisa melakukan upaya-upaya maksimal berkomunikasi, bersilaturahmi yang selama ini dianggap kurang pada semua pihak, tidak hanya pemerintah tapi juga menampilkan karakter-karakter. Jadi orang akan tahu bagaimana karakter lulusan ISBI di masyarakat yang memang berbeda dengan kompetensinya dalam bidang seni dan budaya. Oleh karena itu perjumpaan hari ini sangat penting untuk kembali kepada jadi diri kita, kembali ke akar kita,” pungkas putra mantan Pangdam III Siliwangi, Letjen Witono (Alm). (Asep GP)***
Tatarjabar.com
April 20, 2024
CB Blogger
IndonesiaISBI Bandung Angkat Lagi Budaya Leluhur Bersarung dan Membawa Gorokan Rantang yang Sarat Makna
Halal Bihalal Bersarung ISBI Bandung (foto Asep GP) Ada yang menarik dan unik di acara Halal Bihalal Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) ...
Tuesday, April 16, 2024
Faidjan Adriyanto di depan showroom Alpina (Foto Asep GP) |
Ya sejak berdirinya, 1 Agustus 1885, Perusahaan alat outdoor yang didirikan dua serangkai anggota Wanadri dan mantan pegawai alat-alat outdoor pertama di Indonesia Jayagiri, Bambang Broto (Bang But - Alm) dan Faidjan Adriyanto (Mas Yanto) ini, hingga sekarang tak henti berproduksi. Silakan tengok ke showroom Alpina (Alam Pegunungan Indonesia), Jalan Alpina No.1 Kompleks Dago Asri, Kec. Coblong - Kota Bandung. Kita akan dibuat bernostalgia melihat produk Alpina yang masih komplit, beberapa jenis barang stok lama pun masih tersedia, dengan harga standar, tidak terlalu mahal.
Ya Bagi remaja dan para pecinta alam di Bandung tahun 90-an, memakai tas atau peralatan untuk outdoor seperti ransel/backpack, jaket,baju lapangan, raincoat (jas hujan), sealant, celana kargo (cargo pants), tenda, sleeping bag (kantong tidur), sepatu, sandal gunung, asesoris, dsb, merk ALPINA itu adalah seperti sebuah kewajiban. Mereka tidak keren kalau tidak memakai produk Alpina. Produknya memang berkualitas,bahannya kuat, tahan lama, modelnya bagus-bagus dan beragam serta harganya terjangkau. Tak heran kalau toko Alpina yang dekat kawasan Cisitu Lama itu selalu ramai dikunjungi anak-anak sekolah, mahasiswa, pecinta alam dan masyarakat umum, bahkan untuk berlebaran pun banyak yang membeli baju atau celana produk Alpina. Sebuah angin segar untuk mencintai produk dalam negeri.
Kualitas barang bisa diuji (Foto Asep GP) |
“Sekarang pun Alhamdulillah Alpina masih eksis, tetap berproduksi dan barang-barangnya masih komplit. Peralatan outdoor seperti celana kargo-training, sweeter, kaos, sandal, sleeping bag, tenda, dsb, masih ada dan kualitasnya dijamin bisa dibuktikan dengan harga standar tidak terlalu mahal,” demikian kata Mas Yanto (Faidjan Adriyanto) ketika ngobrol dengan wartawan di showroom Alpina yang nyaman, juga ada café disampingnya.
Tas ransel Alpina terkenal hingga ke Timur Tengah (Foto Asep GP) |
Konsumennya juga kata Mas Yanto, tetap banyak terutama orang-orang Jakarta tiap sabtu dan minggu banyak yang berkunjung ke Apina. “Yang langsung datang juga banyak dengan membawa anak-anaknya ke showroom, jadi regenerasi lah, karena bapaknya sedari dulu pemakai Alpina berat, “ katanya bangga.
Toko Alpina asli selain di Bandung, ada juga di Jakarta (satu) dan Yogya (satu) bahkan karena sekarang zaman online, Alpina pemasarannya menjangkau seluruh Indonesia bahkan ke luar negeri terutama banyak pemakainya di Malaysia. Bahkan dulu jaket Alpina banyak dipesan orang Belanda dan tas produknya di impor ke Timur Tengah.
Jaket Alpina banyak dipesan freeport dan negeri Belanda (Foto Asep GP) |
Produk Alpina juga dulu banyak digunakan oleh militer dan sekarang banyak dipakai freeport terutama jaket goreteknya. Alpina juga menerima pesanan untuk kebutuhan tas-tas seminar dan tas dan jaket sekolah. “Intinya semua jenis tas bisa dibuat oleh Alpina,” kata suami Sunarti Adriyanto ini, pasti.
Dan kalau ingin lihat keaslian produk Alpina bisa dilihat dari kepala resletingnya selalu ada tulisan Alpina dan di labelnya selalu ada nomor identitasnya. Kalau ingin tahu berbagai macam tentang Alpina, klik : @alpinaofficial_indonesia,@ rumah _alpina, @alpina_ bandung- @alpina _outdoor
Mas Yanto juga menceritakan pengalamannya dari Madiun dengan berbekal ijasah SMP plus pernah les tata buku dan les mengetik, merantau ke Bandung tahun 73. Lalu setelah bergabung di Jayagiri selama lima tahun (80-85), bisa mandiri mendirikan Alpina dengan Bambang Broto. Alpina pertama buka di Gang 2 Jalan Cisitu Lama VIII No. 25 A, lalu pindah ke Gang 8 No. 11 Cisitu Lama, dan setelah Mas Yanto sempat membuka toko di jalan Progo Bandung (2000) dan membuat produk Giant, hingga kini showroomnya menetap di Jalan Alpina No. 1, Kompleks Dago Asri Bandung.
Alpina, legenda tas dan alat outdoor dari Bandung itu masih ada dan akan tetap ada (Foto Asep GP) |
Kini Faidjan Adriyanto atau Mas Yanto yang punya Alpina usianya sudah 70 tahun, tapi masih bugar, maklum mantan pendaki gunung (Wanadri WK 95), dan sekarang pun terus bergerak rajin berolahraga. Masih kuat kerja untuk mensupport kebutuhan alat-alat outdoor.
Dan sepertinya produk alat-alat outdoor Alpina akan masih terus ada ke depannya, karena Mas Yanto sudah menyiapkan regenerasinya. Putranya yang bungsu/bontot Gian Catur Wijaksono siap meneruskan Alpina dan kini memegang produksinya di Kiaracondong Bandung, lalu yang cikal/sulung Sakti Budi Santoso memegang bagian online Alpina. Sedangkan anak keduanya Okta Alvianto adalah pilot Lion Air dan putra ketiganya Bangkit Priyanto menekuni bisnis online dan main di saham. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
April 16, 2024
CB Blogger
IndonesiaAlpina - Legenda Tas dan Alat-alat Outdoor dari Bandung Itu Masih Ada
Faidjan Adriyanto di depan showroom Alpina (Foto Asep GP) Ya sejak berdirinya, 1 Agustus 1885, Perusahaan alat outdoor yang didirikan dua...
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)