Monday, August 31, 2020
Legendaris disini benar-benar plus legendaris karena restoran ini didirikan dan dikelola oleh keturunan (putra dan cucu) Gubernur Jawa Barat pertama, Mas Soetardjo Kartohadikoesoemo (18 Agustus 1945 - Desember 1945). Beliau adalah tokoh nasional yang dikenal pemberani dan vokal di Volksraad pada masa kolonial. Sebagai wakil rakyat yang sangat peduli dengan penderitaan rakyatnya, ia menggagas Petisi Soertardjo dan mengajukannya langsung ke Ratu Wilhemina serta parlemen Belanda, memprotes kebijakan Gubernur Jenderal De Jonge.
Dari dulu, Bandung yang berjuluk paris van java, banyak didatangi para wisatawan baik lokal maupun mancanagara. Alamnya yang indah permai, udara sejuk dan penduduknya yang ramah membuat para pelancong betah berlama-lama tinggal di ibukota Parahyangan ini sambil menikmati alamnya, belanja atau bahkan ada yang datang ke Kota Kembang hanya untuk mencoba kulinernya yang khas, unik, lezat, murah dan beragam.
Bagi pemburu kuliner yang sering datang ke Bandung, tentu sudah mengetahui tempat mana saja yang harus mereka kunjungi, termasuk tempat-tempat kuliner legendaris kota Bandung yang masih populer hingga saat ini.
Ada belasan tempat kuliner legendaris di Bandung, salah satu diantaranya adalah TIZI Cake Shop & Restaurant.
Legendaris disini benar-benar plus legendaris karena restoran ini didirikan dan dikelola oleh keturunan (putra dan cucu) Gubernur Jawa Barat pertama, Mas Soetardjo Kartohadikoesoemo (18 Agustus 1945 - Desember 1945). Beliau adalah tokoh nasional yang dikenal pemberani dan vokal di Volksraad pada masa kolonial. Sebagai wakil rakyat yang sangat peduli dengan penderitaan rakyatnya ia menggagas Petisi Soertardjo dan mengajukannya langsung ke Ratu Wilhemina serta parlemen Belanda, memprotes kebijakan Gubernur Jenderal De Jonge,
Lokasi restoran ini mudah dicari, berada di kawasan elit Jalan Dago (Jalan Ir. H. Juanda), dari arah bawah selepas Simpang Dago kira-kira 50 meter ada jalan ke kiri, ya itulah Jalan Kidang Pananjung (nama salah seorang Patih Pajajaran). Sesudah Bank BJB tepatnya di Jalan Kidang Pananjung No. 3 di situlah TIZI Cake Shop & Restoran berada.
Meja antik dengan taplak kotak-kotak merah berasa nostalgia |
Sebuah tempat yang nyaman banyak pepohonan rindang, walau dekat jalan utama tapi terhindar dari hiruk-pikuk kota dan ketika kita masuk halaman restoran suasana jadulnya sudah terasa, apalagi setelah masuk ke dalamnya, restoran legendaris yang menyajikan makanan Belanda dan Jerman plus nasi goreng ini memiliki desain interior unik dan menarik. Dengan didominasi warna hijau, merah dan putih, di sini ada unsur pedesaan Eropah dan tradisional Indonesia. Dindingnya dipenuhi foto Bandung tempo dulu. Setiap bulan Agustus selalu ada bendera kecil merah-putih dipajang di semua meja untuk menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia dan khusus dalam menyambut kemerdekaan ini di kebun selalu ada warung tradisional dengan berbagai makanan jadul seperti kue semprong, keremes, ali agrem, dsb, tertata rapih di dalam keler (stoples jadul), ditambah minuman tradisional Sunda bandrek dan bajigur serta pisang-pisang yang digantung, semua bisa dicicipi pengunjung dengan gratis, dan lihatlah, di ruangan resmi terbuka itu, meja-meja antik itu beralaskan taplak kotak-kotak merah, sungguh menggugah kenangan untuk bernostalgia.
Pasti membuat betah untuk tinggal berlama-lama, apalagi kata salah seorang pengelolanya, Hendrotomo Hari Santoso (Hari Kribo), konsep restoran Tizi adalah kekeluargaan. “Dari dulu kami memperlakukan tamu dan karyawan seperti keluarga. Makanya suasananya kaya di rumah, biar mereka betah,” terang Hari yang sedang mempersiapkan museum mini Soetardjo Kartohadikoesoemo di salah satu sudut ruangan restoran.
Maka tak heran, ketika sebelum masa pandemi Covid-19 restoran ini selalu dipenuhi pengunjung terutama saat weekend. Orang rela antri berlama-lama untuk mendapatkan meja, makanan dan suasana yang sudah jarang didapat di masa sekarang.
“Kalau di masa pandemi sekarang ya otomatis semua tidak ada yang tidak tergerus, ya paling tidak 30%, areal bawah sudah tidak dipake, yang pasti dengan adanya pandemi Covid-19 ini ikut aturan pemerintah, “ tegas Hari.
Sebetulnya kata Hari, para pelanggan dan teman-temannya dari Bandung yang tinggal Yogya, Jakarta, Surabaya yang rindu berkumpul di TIZI. Waktu awal pandemi juga sudah menyarankan agar TIZI tetap buka tapi ditolak, karena khawatir dengan risikonya dan harus menyiapkan dulu protokoler kesehatan tapi support dan do'a teman-teman sangat gencar dan akhirnya TIZI buka. “Ya udah kita buka, bertahan dan ikut aturan main pemerintah, kita batasi bukanya dari jam 11.00 s/d 21.00 WIB (semasa normal buka dari jam 08.00- 24.00 WIB) .
Yang datang ke TIZI dari berbagai kalangan dan lintas generasi. Dari tahun 80-an restoran ini memang tempat berkumpulnya anak muda Bandung, juga Harri Roesly (Alm) dengan DKSB-nya (Depot Kreasi Seni Bandung), Tri Utami, Lucky Café Halaman, Soni Soeng Toko You, apalagi Ruth Sahanaya (Uthe), Erlan Wachdach Band awal nyanyinya di sini karena setiap hari Rabu ada les musik, artis lain di luar Bandung seperti Crisye dan banyak lagi tak terhitung sering datang ke TIZI. Dan kata Hari, para pejabat tinggi, gubernur Jawa Barat dan wali kota Bandung pun sering datang ke sini dari zaman Ateng Wahyudi (walikota Bandung), Gubernur Dani Setiawan, Dada Rosada hingga sekarang Atalia Kamil (istri gubernur Jabar), putra Bu Apo, suka berkunjung ke TIZI. “Alhamdulillah akhirnya kita kenal silaturahmi dengan banyak kalangan,” kata Hari penuh syukur.
Sejarah Berdiri TIZI
Asal mula nama “TIZI” berasal dari perkataan seorang tamu yang ingin membeli roti dan kue buatan Ibu Sri Soedarti (almarhumah), pada saat itu dia mengucapkan Bu beli TIZI, RoTI BergiZI. Jadi TIZI itu singkatan dari Roti Bergizi.
TIZI Cake shop & Restaurant memang didirikan oleh Sri Soedarti Abubakar (Almh, salah seorang putra Mas Soetardjo Kartohadi Koesoemo, gubernur Jabar pertama), alumni Seni Rupa ITB.
Gagasan mendirikan TIZI tersebut berdasarkan keterampilan dan pengalaman beliau dalam membuat roti dan kue ketika mendampingi suaminya Abubakar Hasan (Alm) yang mengikuti pendidikan militer di Belanda dan Jerman (1951-1962). Selain itu, Sri Soedarti pun bekerja di kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Nah, untuk mengisi waktu luangnya beliau mengikuti kursus membuat roti dan kue di kedua Negara tersebut.
Pada tahun 1967 Sri Soedarti mempraktikan keterampilannya dalam membuat roti dan kue untuk keperluan keluarga dan rekan-rekan beliau terutama untuk orang-orang Belanda dan Jerman yang menetap di Indonesia, khususnya Bandung.
Desain interior nan unik, antik-menarik |
Karena roti dan kuenya enak dan banyak yang menyukai termasuk orang Indonesia, makin lama makin berkembang. Dari yang tadinya industri rumahan atas restu dan dukungan penuh dari orang tuanya, maka pada tahun 1973 berdirilah “TIZI Cafetaria” di Jalan Hegarmanah No. 18 Bandung, perusahaan perorangan atas nama Ibu Sri Soedarti dan dibantu suaminya Bapak Abubakar Hasan, yang waktu itu hanya memiliki 5 (lima) orang karyawan.
Pada mulanya TIZI Cafetaria hanya menjual roti dan kue, kemudian bertambah dengan menjual Beef ‘n Egg, Hotdog, Chiken Soup dan berbagai kue hasil olahan putrinya. Karena pelanggannya bertambah, maka putrinya ia sekolahkan lagi untuk mengikuti pendidikan dan berbagai macam kegiatan di bidang restoran dan hotel di Jakarta.
Dari situlah jenis makanan dan minuman TIZI Cafetaria semakin bertambah, maka namanya pun berubah menjadi “TIZI Cake Shop & Restaurant” dan sejalan dengan perkembangan TIZI Cake Shop & Restaurant yang pesat maka manajemen TIZI pun memindahkan lokasi usahanya dari rumah orang tuanya ke tempat yang lebih luas.
Maka pada tahun 1980, TIZI Cake Shop & Restaurant menempati lokasi baru di Jalan Kidang Pananjung No. 3 Bandung. Sejalan dengan itu, karena Sri Soedarti akan pensiun, maka regenerasi pun dijalankan secara resmi pada tahun 1988 dengan cara menghibahkan TIZI Cake Shop & Restaurant kepada putrinya, Elastrya Abubakar (Almh) dan sejak 2001 TIZI Cake Shop & Restaurant dikelola oleh putra-putri keluarga Abubakar Hasan yang lain.
Menu Andalan
TIZI Cake Shop & Restaurant merupakan restoran yang menyajikan masakan eropa dengan beberapa produk andalan sebagai berikut:
- Makanan: Cream of Chicken Soup, Zwiebel Soup, Sausages salad, Schaschilk, Bratwurst, Tounge w / Mushroom Sauce, Beef ‘n Egg, dll.
- Cake & Pastry: Bisquit Torte, Chocolate/Nougat/Vanilla Gateaux, Glazierte Apfel Kuchen, Feine Truffle Torte, Meat Pastry, Kase Roll, dll.
- Minuman: Pot of Tea/Coffee/Chocolate, Fresh Fruit Juice, Yoghurt, dll.
- Roti: Grau Brot, Volkorn Brot, Weisz Brot, Sauerteig Brot, Toast Brot, Rosinen Brot, dll.
- Sosis & Daging: Bratwurst, Knackwurst, Huhner & Lamm Wurst, Rinder pokel/ rauch Fleisch, Rinder pokel/ rauch Zunge, dll, serta
- Produk Snacks: Cheese Stick, Cheese Cashew, Kummel Stangen, Crispy, Cinnamon Zwieback, Hytip, dll.
(Asep GP/ Anto Ramadhan)***
TIZI - Restoran Legendaris dari Kota Bandung
Posted by
Tatarjabar.com on Monday, August 31, 2020
Legendaris disini benar-benar plus legendaris karena restoran ini didirikan dan dikelola oleh keturunan (putra dan cucu) Gubernur Jawa Barat pertama, Mas Soetardjo Kartohadikoesoemo (18 Agustus 1945 - Desember 1945). Beliau adalah tokoh nasional yang dikenal pemberani dan vokal di Volksraad pada masa kolonial. Sebagai wakil rakyat yang sangat peduli dengan penderitaan rakyatnya, ia menggagas Petisi Soertardjo dan mengajukannya langsung ke Ratu Wilhemina serta parlemen Belanda, memprotes kebijakan Gubernur Jenderal De Jonge.
Dari dulu, Bandung yang berjuluk paris van java, banyak didatangi para wisatawan baik lokal maupun mancanagara. Alamnya yang indah permai, udara sejuk dan penduduknya yang ramah membuat para pelancong betah berlama-lama tinggal di ibukota Parahyangan ini sambil menikmati alamnya, belanja atau bahkan ada yang datang ke Kota Kembang hanya untuk mencoba kulinernya yang khas, unik, lezat, murah dan beragam.
Bagi pemburu kuliner yang sering datang ke Bandung, tentu sudah mengetahui tempat mana saja yang harus mereka kunjungi, termasuk tempat-tempat kuliner legendaris kota Bandung yang masih populer hingga saat ini.
Ada belasan tempat kuliner legendaris di Bandung, salah satu diantaranya adalah TIZI Cake Shop & Restaurant.
Legendaris disini benar-benar plus legendaris karena restoran ini didirikan dan dikelola oleh keturunan (putra dan cucu) Gubernur Jawa Barat pertama, Mas Soetardjo Kartohadikoesoemo (18 Agustus 1945 - Desember 1945). Beliau adalah tokoh nasional yang dikenal pemberani dan vokal di Volksraad pada masa kolonial. Sebagai wakil rakyat yang sangat peduli dengan penderitaan rakyatnya ia menggagas Petisi Soertardjo dan mengajukannya langsung ke Ratu Wilhemina serta parlemen Belanda, memprotes kebijakan Gubernur Jenderal De Jonge,
Lokasi restoran ini mudah dicari, berada di kawasan elit Jalan Dago (Jalan Ir. H. Juanda), dari arah bawah selepas Simpang Dago kira-kira 50 meter ada jalan ke kiri, ya itulah Jalan Kidang Pananjung (nama salah seorang Patih Pajajaran). Sesudah Bank BJB tepatnya di Jalan Kidang Pananjung No. 3 di situlah TIZI Cake Shop & Restoran berada.
Meja antik dengan taplak kotak-kotak merah berasa nostalgia |
Sebuah tempat yang nyaman banyak pepohonan rindang, walau dekat jalan utama tapi terhindar dari hiruk-pikuk kota dan ketika kita masuk halaman restoran suasana jadulnya sudah terasa, apalagi setelah masuk ke dalamnya, restoran legendaris yang menyajikan makanan Belanda dan Jerman plus nasi goreng ini memiliki desain interior unik dan menarik. Dengan didominasi warna hijau, merah dan putih, di sini ada unsur pedesaan Eropah dan tradisional Indonesia. Dindingnya dipenuhi foto Bandung tempo dulu. Setiap bulan Agustus selalu ada bendera kecil merah-putih dipajang di semua meja untuk menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia dan khusus dalam menyambut kemerdekaan ini di kebun selalu ada warung tradisional dengan berbagai makanan jadul seperti kue semprong, keremes, ali agrem, dsb, tertata rapih di dalam keler (stoples jadul), ditambah minuman tradisional Sunda bandrek dan bajigur serta pisang-pisang yang digantung, semua bisa dicicipi pengunjung dengan gratis, dan lihatlah, di ruangan resmi terbuka itu, meja-meja antik itu beralaskan taplak kotak-kotak merah, sungguh menggugah kenangan untuk bernostalgia.
Pasti membuat betah untuk tinggal berlama-lama, apalagi kata salah seorang pengelolanya, Hendrotomo Hari Santoso (Hari Kribo), konsep restoran Tizi adalah kekeluargaan. “Dari dulu kami memperlakukan tamu dan karyawan seperti keluarga. Makanya suasananya kaya di rumah, biar mereka betah,” terang Hari yang sedang mempersiapkan museum mini Soetardjo Kartohadikoesoemo di salah satu sudut ruangan restoran.
Maka tak heran, ketika sebelum masa pandemi Covid-19 restoran ini selalu dipenuhi pengunjung terutama saat weekend. Orang rela antri berlama-lama untuk mendapatkan meja, makanan dan suasana yang sudah jarang didapat di masa sekarang.
“Kalau di masa pandemi sekarang ya otomatis semua tidak ada yang tidak tergerus, ya paling tidak 30%, areal bawah sudah tidak dipake, yang pasti dengan adanya pandemi Covid-19 ini ikut aturan pemerintah, “ tegas Hari.
Sebetulnya kata Hari, para pelanggan dan teman-temannya dari Bandung yang tinggal Yogya, Jakarta, Surabaya yang rindu berkumpul di TIZI. Waktu awal pandemi juga sudah menyarankan agar TIZI tetap buka tapi ditolak, karena khawatir dengan risikonya dan harus menyiapkan dulu protokoler kesehatan tapi support dan do'a teman-teman sangat gencar dan akhirnya TIZI buka. “Ya udah kita buka, bertahan dan ikut aturan main pemerintah, kita batasi bukanya dari jam 11.00 s/d 21.00 WIB (semasa normal buka dari jam 08.00- 24.00 WIB) .
Yang datang ke TIZI dari berbagai kalangan dan lintas generasi. Dari tahun 80-an restoran ini memang tempat berkumpulnya anak muda Bandung, juga Harri Roesly (Alm) dengan DKSB-nya (Depot Kreasi Seni Bandung), Tri Utami, Lucky Café Halaman, Soni Soeng Toko You, apalagi Ruth Sahanaya (Uthe), Erlan Wachdach Band awal nyanyinya di sini karena setiap hari Rabu ada les musik, artis lain di luar Bandung seperti Crisye dan banyak lagi tak terhitung sering datang ke TIZI. Dan kata Hari, para pejabat tinggi, gubernur Jawa Barat dan wali kota Bandung pun sering datang ke sini dari zaman Ateng Wahyudi (walikota Bandung), Gubernur Dani Setiawan, Dada Rosada hingga sekarang Atalia Kamil (istri gubernur Jabar), putra Bu Apo, suka berkunjung ke TIZI. “Alhamdulillah akhirnya kita kenal silaturahmi dengan banyak kalangan,” kata Hari penuh syukur.
Sejarah Berdiri TIZI
Asal mula nama “TIZI” berasal dari perkataan seorang tamu yang ingin membeli roti dan kue buatan Ibu Sri Soedarti (almarhumah), pada saat itu dia mengucapkan Bu beli TIZI, RoTI BergiZI. Jadi TIZI itu singkatan dari Roti Bergizi.
TIZI Cake shop & Restaurant memang didirikan oleh Sri Soedarti Abubakar (Almh, salah seorang putra Mas Soetardjo Kartohadi Koesoemo, gubernur Jabar pertama), alumni Seni Rupa ITB.
Gagasan mendirikan TIZI tersebut berdasarkan keterampilan dan pengalaman beliau dalam membuat roti dan kue ketika mendampingi suaminya Abubakar Hasan (Alm) yang mengikuti pendidikan militer di Belanda dan Jerman (1951-1962). Selain itu, Sri Soedarti pun bekerja di kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Nah, untuk mengisi waktu luangnya beliau mengikuti kursus membuat roti dan kue di kedua Negara tersebut.
Pada tahun 1967 Sri Soedarti mempraktikan keterampilannya dalam membuat roti dan kue untuk keperluan keluarga dan rekan-rekan beliau terutama untuk orang-orang Belanda dan Jerman yang menetap di Indonesia, khususnya Bandung.
Desain interior nan unik, antik-menarik |
Karena roti dan kuenya enak dan banyak yang menyukai termasuk orang Indonesia, makin lama makin berkembang. Dari yang tadinya industri rumahan atas restu dan dukungan penuh dari orang tuanya, maka pada tahun 1973 berdirilah “TIZI Cafetaria” di Jalan Hegarmanah No. 18 Bandung, perusahaan perorangan atas nama Ibu Sri Soedarti dan dibantu suaminya Bapak Abubakar Hasan, yang waktu itu hanya memiliki 5 (lima) orang karyawan.
Pada mulanya TIZI Cafetaria hanya menjual roti dan kue, kemudian bertambah dengan menjual Beef ‘n Egg, Hotdog, Chiken Soup dan berbagai kue hasil olahan putrinya. Karena pelanggannya bertambah, maka putrinya ia sekolahkan lagi untuk mengikuti pendidikan dan berbagai macam kegiatan di bidang restoran dan hotel di Jakarta.
Dari situlah jenis makanan dan minuman TIZI Cafetaria semakin bertambah, maka namanya pun berubah menjadi “TIZI Cake Shop & Restaurant” dan sejalan dengan perkembangan TIZI Cake Shop & Restaurant yang pesat maka manajemen TIZI pun memindahkan lokasi usahanya dari rumah orang tuanya ke tempat yang lebih luas.
Maka pada tahun 1980, TIZI Cake Shop & Restaurant menempati lokasi baru di Jalan Kidang Pananjung No. 3 Bandung. Sejalan dengan itu, karena Sri Soedarti akan pensiun, maka regenerasi pun dijalankan secara resmi pada tahun 1988 dengan cara menghibahkan TIZI Cake Shop & Restaurant kepada putrinya, Elastrya Abubakar (Almh) dan sejak 2001 TIZI Cake Shop & Restaurant dikelola oleh putra-putri keluarga Abubakar Hasan yang lain.
Menu Andalan
TIZI Cake Shop & Restaurant merupakan restoran yang menyajikan masakan eropa dengan beberapa produk andalan sebagai berikut:
- Makanan: Cream of Chicken Soup, Zwiebel Soup, Sausages salad, Schaschilk, Bratwurst, Tounge w / Mushroom Sauce, Beef ‘n Egg, dll.
- Cake & Pastry: Bisquit Torte, Chocolate/Nougat/Vanilla Gateaux, Glazierte Apfel Kuchen, Feine Truffle Torte, Meat Pastry, Kase Roll, dll.
- Minuman: Pot of Tea/Coffee/Chocolate, Fresh Fruit Juice, Yoghurt, dll.
- Roti: Grau Brot, Volkorn Brot, Weisz Brot, Sauerteig Brot, Toast Brot, Rosinen Brot, dll.
- Sosis & Daging: Bratwurst, Knackwurst, Huhner & Lamm Wurst, Rinder pokel/ rauch Fleisch, Rinder pokel/ rauch Zunge, dll, serta
- Produk Snacks: Cheese Stick, Cheese Cashew, Kummel Stangen, Crispy, Cinnamon Zwieback, Hytip, dll.
(Asep GP/ Anto Ramadhan)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment