Monday, October 28, 2024
Prabu Siliwangi (Tengah Berjubah Putih Diperankan Asep Budiman) Didampingi Nyai Padmawati (Rektor Retno Dwimarwati) Dalam Teater Pangeran Sunten Jaya (Foto Asep GP) |
Menyaksikan pergelaran teater Pangeran Sunten Jaya karya Saini KM disutradarai Fathul A.Husein yang merupakan Gelar Kreativitas 2024 Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) ISBI di GK. Sunan Ambu Jl. Buah Batu No. 212 Bandung (24-25/10/2024), bila dibandingkan dengan 24 tahun yang digelar AUL (Actors Unlimited) di Galeri Soenaryo dengan sutradara yang sama tentu saja sangat berbeda. Sekarang seluruh Prodi yang ada di FSP ISBI (Prodi Tari, Karawitan, Musik, Teater, Etnomusikologi, Pedalangan, Angklung dan Musik Bambu) terlibat di dalamnya, hasilnya pun Walau kata sutradara kawakan dari ISBI Fathul A. Husein, hanya berusaha menyempurnakan saja, karena tidak ada yang sempurna. Dengan persiapan 3 bulan, hasilnya hebat. Pa Saini Karnamisastra dan Rektro Unpad ke-10, Prof. Dr. Ganjar Kurnia, DEA, pun terlihat hadir di pergelaran hari pertama.
(Foto Asep GP) |
Dari keaktoran, di sini ada aktor-aktor kawakan wedalan jurusan Teater ASTI/ ISBI Bandung yang memerankan tokoh-tokoh utama, seperti: Asep Budiman yang memerankan Prabu Siliwangi, juga Rektor ISBI Retno Dwimarwati yang memerankan Nyai Padmawati, Ria Ellysa Mifelsa (R.Tejamantri) Yani Mae (Dewi Sukma), M. Wail Irsyad (Batara Lengser), Irwan Jamal (Pangeran Sunten Jaya), Dani Maulana (Pangeran Mundinglaya Di Kusumah) Khevin Lalenoh (Pangeran Gurugantangan), dan Heriyana (Jaya Antea).
(Foto Asep GP) |
Dari tata musik, seperti gamelan dan tembang Sunda (senandung/hariring) juga, langsung Dekan FSP Ismet Ruchimat dan wakil dekan Lili Suparli turun tangan sebagai komposernya, hingga Naskah cerita Sunda berbahasa Indonesia ini pun terasa nyunda. Belum ditambah artistik (Pimpinan Yayat Hadiyat K) dan Tata Lampu: Zamzam Mubarok yang menunjang pergelaran, dsb.
(Foto Asep GP) |
Dan tentu saja ada alasan kenapa Pangeran Sunten Jaya dipergelarkan lagi saat ini. Ya, masalah Kepemimpinan. Seperti dikatakan Bu Rektor usai pergelaran, di sini ada nilai kesundaan yang memperlihatkan bahwa seorang pemimpin itu harus seperti apa dia bersikap. ”Dia harus sederhana dan mau mendengarkan orang lain, jangan pura-pura jujur, integritas itu luar biasa. Dan dalam naskah Pak Saini sekuat apapun orang dalam keburukan akan tetap kalah. Apapun yang dia upayakan, Dunia Atas itu akan tahu, yang baik itu baik, dan itu harus jadi menu,“ katanya.
(Foto Asep GP) |
Sutradara Fathul pun mengiyakan, ini pesan spiritual dari bangsa, Negara dan masyarakat yang masih tetap berpegang pada tali-tali illahiah. Identitas kosmologis, semesta dan Tuhan sebagai pegangan tertinggi yang harus diindahkan dalam kehidupan, terutama dalam hal kepemimpinan.
(Foto Asep GP) |
Kata Fathul, naskah Pangeran Sunten Jaya ini dibuat ketika Pak Saini masih muda dan dari seluruh naskah beliau ini yang paling kurang bisa menahan diri untuk meletup, untuk Pak Saini yang nomer satu dari hal santunnya. Dan pesan aslinya naskah ini untuk menyindir situasi kekerasan politik tahun 60-an, dimana bukan hanya ideologi dan agama yang dijadikan basis untuk saling bantai. “Ini pesan yang tidak bisa kita lupakan sampai kapanpun sebagai bangsa dan Negara yang faktanya kita bertuhan- beragama. Jadi pesan-pesan spiritualitas ini yang menjadi kesan kehidupan kita sampai sekarang, terutama tentang kepemipinan. Mudah-mudahan para pemimpin kita tambah spiritual,“ jelas Sutradara trah Jatitujuh Majalengka yang sudah 12 tahun aktif di Neo Teater dan jadi dosen Teater ISBI Bandung ini.
Berfoto Bersama dengan Pak Saini KM (Foto Asep GP) |
Tentang Lakon
Lakon ‘Pangeran Sunten Jaya’ karya Saini KM, ditulis pada tahun 1973, dan memenangkan Sayembara Penulisan Lakon Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), tahun 1973. Merupakan lakon kearifan lokal 'Manusia Sunda' yang berlandaskan pada cerita pantun 'Mundinglaya Di Kusumah'. Mengungkap dengan bernas tentang perjalanan spiritual yang berliku seorang manusia mencapai 'Jabaning Langit' (Ilahi) yang disimbolkan dengan ‘penemuan kesejatian diri’ melalui ‘Lalayang Salaka Domas’. Sosok manusia itu adalah Mundinglaya Di Kusumah, sang putra mahkota dari Prabu Siliwangi dan Nyai Padmawati, istri Prabu yang bukan Ratu. Mundinglaya adalah manusia pilihan ‘Kahyangan’, ‘Buana Nyungcung’, dan Sanghyang Tunggal dan Sunan Ambu, yang harus berhadapan dengan peringkat-peringkat tantangan, godaan, dan rintangan maha dahsyat menuju kesejatian diri. Tak terkecuali harus berhadapan (dan menjadi korban fitnah) dari sosok-sosok bejat, terutama Sunten Jaya dan Ratu Tejamantri, yang sepenuhnya dilumuri oleh ambisi dan hasrat buta kuasa duniawi yang materialistik dan anti-spiritualitas.
Rektor ISBI Retno Dwimarwati Bersama Sutradara Fathul A. Husein (Foto Asep GP) |
Konsep Pertunjukan
Genre pertunjukan menggunakan pendekatan konseptual ‘kontemporer’: mengambil bagian-bagian inti teks/lakon (hanya sepertiga lakon), mengusung kekuatan dramatik dan kedalaman filosofi (kearifan lokal) yang terkandung di dalamnya; memadukan sekaligus mengkonfrontasikannya dengan simbolisasi gerak/tari/tubuh, pencak-silat, rupa (visual), dan sensitivitas musikal 'auratik' dan senandung (tembang). Sedangkan karakter (tokoh dramatik) yang dimainkan hanya karakter-karakter tertentu saja yang paling dianggap merepresentasikan esensi tema dan peristiwa dramatik lakon dan sekaligus menggulirkan plot dan cerita. Karakter yang ditampilkan hanya sepertiga dari 36 karakter definitif plus sebarisan prajurit, para pengiring, makhluk-makhluk ‘dunia langit', makhluk-makhluk ‘dunia bawah/kelam’, dan lain-lain, seperti yang termaktub dalam lakon. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
October 28, 2024
CB Blogger
IndonesiaPergelaran Teater Pangeran Sunten Jaya : Untuk Menghormati Akar (Ketokohan) Saini KM dalam Jagat Teater Indonesia. Untuk Mengingatkan Pemimpin Agar Jujur, Adil , Takwa Kepada Tuhan
Prabu Siliwangi (Tengah Berjubah Putih Diperankan Asep Budiman) Didampingi Nyai Padmawati (Rektor Retno Dwimarwati) Dalam Teater Pangeran Su...
Wednesday, October 23, 2024
Tari Kukupu Karya R. Tjetje Soemantri, Ada Dewi Gita Disini (Foto Asep GP) |
Sebagaimana kita ketahui dalam rangkaian acara Milangkala atau Dies Natalis ke-56 ISBI Bandung, Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) ISBI Bandung berkontribusi menggelar Bandung Dance Festival #7, bertajuk “ Body Creates Phenomenon” yang dilaksanakan tanggal tanggal 19-20 Oktober 20204.
Ada berbagai Kegiatan di dalamnya, seperti Coaching Clinic (bimbingan singkat) Pelatihan Tari Kukupu, berlangsung taggal 19 Oktober 2024 di GK. Sunan Ambu ISBI Bandung, dengan Nara Sumber Riyana Rosilawati, S,Sen., M.Sn dan Kustiana, M.Sn, juga Workshop Teknik Tari Kontemporer dengan nara sumber Davit Fitrik pada hari yang sama, di Ruang Gugum Gumbira, Jurusan Seni Tari ISBI Bandung, Jl. Buah Batu No. 212 Bandung.
Selain itu ada Seminar Tari yang digelar Minggu, (20/10/2024) di GK. Sunan Ambu ISBI Bandung, dengan Narasumber: Dr. Sal Murgiyanto, M.A., Agustina Rochyanti, M.Sn, Feriyal Amal Aslam, Ph.D (Pakistan), Prof. Dr. Endang Caturwati, SST.,M.Si, Prof. Dr. Dinny Devi Triana, S.Sn.,M.Pd.
Dan sore harinya sebagai puncak acara, digelar pertunjukan Tari Klasik yang dibawakan langsung oleh para Maestronya dua orang murid tokoh Ibing Sunda R. Tjetje Soemantri. Yaitu Indrawati Lukman (Pimpinan Studio Tari Indra) dan Irawati Durban (pimpinan Sanggar Pusbitari ), serta Prodi Tari Sunda D4 ISBI Bandung. Dengan Bintang Tamu (Guest Star) Dewi Gita. Serta malamnya digelar Pertunjukan Tari Kontemporer. Performance: Hari Gulur STW (Jatim), Davit Fitrik (Jakarta), Tyoba Armey A.P (Dosen ISBI Bandung) dan Aldi Nurkholis (mahasiswa Jurusan Seni Tari ISBI Bandung).
Pemerintah Harus Lebih Serius Lagi Mendukung Pagelaran Tari Klasik Sunda
Usai menarikan Tari Kandagan (sedikit dimodif mengikuti kekinian dan dengan kostum yang lebih menarik) Indrawati Lukman merasa bersyukur mendapat kehormatan bisa menarikan lagi Tari Klasik di ISBI Bandung. Makanya kesempatan itu ia pergunakan untuk ngageuing, menghimbau dan mengingatkan supaya tari klasik lebih diapresiasi lagi oleh mahasiswa ISBI.
Indrawati mencontohkan dirinya, sampai umur 80 tahun tidak pernah bosan menarikan Tari Klasik, dan ini harus ada generasi penerusnya, katanya serius.
“Tari Klasik ini harus lebih banyak dipertunjukan, karena anak-anak muda sekarang lebih ke kontemporer, itu bagus sih. Tapi jangan sampai melupakan tarian klasik yang adiluhung warisan para luluhur ini,“ tandasnya. Sambil berkabar bahwa tanggal 16 November 2024, studio Tari Indra akan mengadakan pergelaran di Majestik Jalan Braga No. 1 (Braga Pendek) Bandung, mulai Pk. 16.00 sampai selesai.
Para Penampil Tari Klasik Sunda (Foto Asep GP) |
Demikian juga dengan Irawati Durban, Pimpinan Pusbitari (Pusat Bina Tari) ini merasa haru dan bangga, karena murid-murid Sanggar Tari Sundanya yang rutin mengadakan latihan tiap Minggu pagi di Museum Sribaduga Bandung, diikutsertakan dalam Bandung Dance Festival #7 ini.
“Saya di kegiatan Bandung Dance Festival ini diminta menari bersama murid-murid saya dari Sanggar Pusbitasari, itu merupakan suatu kebanggaan dan suatu apresasi terhadap Tari Sunda Klasik yang saya jaga agar tidak punah. Saya sudah usia 81 tahun tapi saya masih tetap berusaha mengajar murid-murid saya yang saya percayakan ke Asisten saya Bu Wiwin dan Bu Ipo, karena saya sering keluar kota. Saya sangat berterima kasih karena merekalah yang menjadi penjaga api dari sangar Pusbitari ini,“ katanya haru.
Dalam acara puncak Bandung Dance Festival itu Irawati menarikan Ratu Graeni Makalangan, yang sumbernya diambil dari Tari Suraningpati yang ia ciptakan tahun 1965. Dan pada tanggal 27 November Sanggar Pusbitari akan mengadakan pergelaran di Bumi Sangkuriang, Jalan Kiputih Ciumbuleuit- Bandung, mulai Pk. 20.00 - selesai.
Tari Klasik Dilupakan Jangan (Foto Asep GP) |
Irawati berharap setelah ini, pemerintah tergerak akan kerap mengundang sanggarnya mengadakan pertunjukan Tari Klasik Sunda. “Karena sudah 25 tahun saya tidak diminta. Selain Tari Merak kita tidak pernah menarikan apa-apa lagi. Menari di Istana, sampai presiden Jokowi, masih lah satu kali, tapi seringnya di zaman Presiden Soeharto ratusan kali pergelaran,” katanya serius.
Padahal Tari Klasik Sunda kata Bu Ira (sapaan akrabnya), sangat luhung, banyak mengandung pesan moral dan pendidikan di dalamnya. Dalam Tari Klasik Sunda ada karakter Lenyap menggambarkan kehalusan budi dan karakter Gagah. di Tari Klasik Sunda kami belajar untuk menghormati Allah, bisa dilihat dari gerakan nyembah. Jadi tatakrama kesundaan di tari klasik itu diajarkan secara jelas. Misalnya belajar mengerem/mengedalikan diri, itu bisa dilihat dari tari halus yang geraknya tidak bisa seenaknya sendiri tapi harus melalui pakem-pakem yang ada. Kalau untuk tari klasik level pergelangan di pinggang untuk tari Lenyap, dan agak gagah di ulu hati. Lalu untuk gagah pergelangan tangan boleh di daerah dada dengan gerakan yang lebih keras,” jelasnya.
Sementara itu Dewi Gita yang menjadi Bintang Tamu dalam pergelaran ini menarikan Kukupu (Karya R. Tjetje Soemantri). Masih luwes dan piawai kelihatannya hingga mengundang tepuk tangan meriah para poenonton yang hampir memenuhi ruangan GK. Sunan Ambu. Ketika layar ditutup pun teriakan penonton masih ramai memanggil namanya.
Irawati Durban, Tari Klasik Sunda Mengandung Atikan Moral Yang Luhung (Foto Asep GP) |
Aktris dan Penyanyi terkenal bernama asli Dewi Yuliarti Ningsih ini, memang tak bisa dilepaskan dengan dunia tari klasik yang ia pelajari sejak umur 9 tahun. Ia pernah berguru kepada para Maestro Tari Sunda, seperti Akim Tamil juga ke Aim Salim (Pusat Olah Tari Setialuyu), malah Dewi Gita sempat masuk ASTI (Angkatan 90). Tapi dua tahun kemudian (92) Dewi jadi juara (runner up – juara pertama Krisdayanti) Festival Musik Asia Bagus di Jepang. Disamping menari istrinya Armand aulana (Band Gigi) ini memang penyanyi handal, sering memenangkan kejuaraan lomba nyanyi, seperti Juara Festival Pop Singer Jawa Barat, Juara Keroncong Jawa Barat (88), Bintang Radio dan Televisi Jawa Barat (89) . Teh Dewi pun sering terlihat muncul menjadi aktor film, film pendek, serial televisi dan acara tv.
Prestasinya di Asia bagus itulah yang membuanya hijrah ke Jakarta. Dan sekarang kerinduannya pada dunia tari terbayarkan dengan kembali manggung di almamaternya sendiri. Tapi sebenarmya kata Gita, walau sibuk di bidang lain, dia tetap menyempatkan menari, tahun ini saja sudah ada 4-5 pergelaran tari yang ia ikuti.
Indrawati Lukman, Umur 80 Tak Bosan Menari Tari Klasik Sunda (Foto Asep GP) |
Dewi Gita yang mahir menarikan tarian Klasik Sunda dan Jaipongan ini. Berharap Tari Klasik Sunda harus tumbuh aktif dan disupport oleh masyarakatnya. Kalau pelaku-pelaku seninya sudah sangat berjuang dan konsisten ngamumule (melestarikan) Tari Sunda, berada di panggungnya. “Yang kami butuhkan adalah para penonton. Walau kami sudah mengratiskan tapi sepi penonton. Mungkin karena edukasi dan promonya yang kurang gencar ya. Coba support systemnya kita pertegas lagi, bahwa Tari Klasik Sunda ini warisan adiluhung para karuhun yang wajib kita lestarikan, sebagai kekayaan budaya bangsa yang menjadi marwah ki Sunda dan kebanggaan Indonesia. Tidak usah bisa nari lah, tapi dengan datang menonton bersama anak-cucu pun sudah merupakan suatu kebahagiaan bagi kami, para seniman,“ pungkasnya.
Tari Kontemporer Sebagai Bahan Perbandingan Tari Tradisi
Menurut Ai Mulyani S.Sen., M.Si, Kaprodi Tari, Fakultas Seni Rupa Pertunjukan ISBI Bandung, Pertunjukan Tari Kontemporer yang tampil pada sesi 2 pada acara puncak ini, kegiatan Program Sarjana (S-1) Peminatan Tari Kontemporer dan menampilkan dua seniman tari, Hari Gulur dari Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya (Jatim), dan satu lagi seniman yang berkompeten di bidang Balet Davit Fitrik (Jakarta), dimana David juga sudah melaksanakan workshop pada mahasiswa Semester 5 & 7 unytuk bidang Penciptaan. Sedangkan dari ISBI tampil Tyoba Armey A.P (Dosen ISBI Bandung) dan Aldi Nurkholis (mahasiswa Jurusan Seni Tari ISBI Bandung).
Dewi Gita Sang Bintang Tamu, Seniwati Multi Talenta (Foto Asep GP) |
“Walau gerak dan tema pesannya disampaikan dalam bentuk kontemporer tapi tetap diambil dari tradisi, dan saya harap pertunjukan ini menambah wawasan para mahasiswa, melihat tari kontemporer produk luar kampus itu seperti apa, dan nanti bisa jadi bahan referensi tugas akhir mereka,“ katanya.
Hal Senada juga dikatakan Katua Pelaksana Kegiatan sekaligus dosen Tari ISBI, Devi Supriatna. Baik pertunjukan tari, workshop dan seminar, dari para Maestro, seniman pilihan, dan guru besar, sangat berkualitas dan menjadi stimulus buat ISBI Bandung, terutama Prodi Seni Tari. “Semua ini sangat berkualitas banget bagi kami, tentang bagaimana kreativitas menari, bagaimana mempelajari tari, dan bagaimana pewarisan dan penataan tari itu sendiri, banyak banget hasil yang kita dapat dari semua itu,“ katanya serius.
Sementara itu Kurator Bandung Dance Festival (BDF), Dr. Alvianto menjelaskan, dalam pergelaran Tari Kontemporer ini semua sesuai dengan tema, “Tubuh Mencipta Peristiwa”, masing-masing karya para koreografer terbaik ini, cara mengungkapkan tubuh menghadirkan peristiwa itu beda-beda. Dan beda dengan sebelumnya biasanya para penampil di BDF ini banyak sekali dan tanpa proses kurasi, sapa saja boleh tampil, kalau sekarang dibatasi, 3 penari klasik dan 4 penari kontemporer, para maestro dan koreografer-koreografer muda yang sudah mapan.
Menampilkan Hasil Workshop (Foto Asep GP) |
Dan ini menurut Alvianto, sebuah ruang edukasi dimana mahasiswa bisa membandingkan antara tradisi dengan kontemporer. “Apabila mahasiswa terlena dengan tradisi, dia tidak akan bisa berkembang sehingga harus dikasih apresiasi kreativitas seni kontemporer ini. Apalagi tantangan kini kreativitas itu sangat penting banget. Orang-orang sukses itu punya kreativitas tinggi. Yaitu diawali dengan apresiasi tari kontemporer ini,“ jelasnya.
Seni Itu Bukan Hanya Hiburan Tapi Untuk Mendekatkan Diri Pada Tuhan
Di BDF ini Jurusan Seni tari ISBI juga mengundang kritikus tari nasional Dr. Sal Murgiyanto, M.A., dan menjadi narasumber seminar didampingi Feriyal Amal Aslam, Ph.D (orang Pakistan lulusan UCLA- USA), yang berbicara tentang tari dan tubuh perempuan. Feriyal membandingkan penari Pakistan dan Indonesia yang sama-sama menganut islam yang kuat. Menurutnya di Indonesia penari/ koreografer perempuan punya semacam keleluasaan dalam berkarya, beda dengan di Pakistan terbatas baik kostum dan gerakannya.
Inilah Tari Kontemporer Itu (Foto Asep GP) |
Ketika ditemui wartawan, Sal Murgiyanto mengatakan, sesuai Tema BDF “Body Creates Phenomenon”, memang dalam seni tari, tubuh itu adalah alat yang penting, mediumnya gerakan tubuh itu sendiri. Tapi jangan lupa bahwa di dalam tubuh itu bukan hanya ada tulang dan daging, tapi juga ada otak dan hati. Jadi agar menjadi manusia, seniman yang utuh, ketiganya harus dipadukan sebaik-baiknya. “Tubuh adalah keterampilan nomer satu, tapi jangan lupa orang juga punya otak jadi harus berfikir kritis, kreatif berdasarkan pikiran. Misalnya kalau kita mewarisi tradisi harus selektif mana yang harus diteruskan dan mana yang harus ditinggalkan. Dan ini seringkali tidak semuanya itu bisa diteruskan. Misalnya dalam tradisi Jawa ada pemeo mangan ora mangan ngumpul (makan atau tidak kamu harus berkumpul). Nah ketika kecil saya katakan, saya gak mau begitu, saya harus makan kalau perlu gak usah berkumpul dengan keluarga. Misalnya kalau dulu anak-anak usia 10-12 saja dijodohkan, cepat-cepat dikawinkan tapi anak-anak sekarang berkarirnya di usia 22 lebih. Ini kan tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya, karirnya,“ tandasnya.
Ai Mulyani Kaprodi Seni Tari ISBI, Gerak Kontemporer - Bahan Tradisi (Foto Asep GP) |
Dosen Seni Tari yang pernah ngajar di IKJ dan 18 tahun ngajar Universitas Taipe ini pun menyarankan agar di ISBI mengadakan pertemuan rutin yang skupnya lebih luas lagi, tidak hanya Bandung tapi bersifat Internasional. Lagi pula di ISBI banyak Guru Besar dan dosen bertitel Doktor, ini akan jadi bekal yang baik, katanya, sambil memperekenalkan narasumber dari Pakistan Feriyal Amal Aslam, Ph.D. “Biar semua punya wawasan luas, bukan mana yang lebih baik/jelek tapi untuk perbandingan dan menambah ilmu pengetahuan,” katanya.
Doktor Alvianto, Kreativitas Itu Penting Banget (Foto Asep GP) |
Dosen asal Yogyakarta ini pun mengingatkan, sebuah karya akan bagus kalau karya itu didukung oleh teknik yang bagus, olah gagasan yang baik, tapi jangan lupa juga harus punya rasa sepemikiran, karena sekarang ini banyak profesor, doktor, banyak orang pintar tapi gak punya hati.
“Jadi kalau anda pinter anda punya kekuasaan, anda harus membantu yang lemah. Ini harus diajarkan dari awal ke anak-anak muda. Kalau tidak ketika dewasa mereka akan semena-mena,“ terangnya.
Dr. Sal Murgiyanto Bersama Feriyal Amal Aslam (Pakistan) Ph.D, Seni Itu Untuk Mendekatkan Diri Kepada Tuhan Dan Mencintai Sesama (Foto Asep GP) |
Pak Sal banyak sekali bercerita tentang seni dan kehidupan, tapi intinya kata dia, tujuan akhir dari sebuah penciptaan seni (tari) itu bukan sebagai hiburan, misalnya dalam ketuk tilu orang melihatnya yang bahenol-bahenolnya saja. Tujuan kesenian yang paling fokus itu untuk mendekatkan diri pada Tuhan, untuk mencintai sesama,“ demikian pungkas Doktor lulusan dari Amerika yang pernah mengajak istrinya Endang Trangwesti, yang juga seorang dosen, untuk ngajar praktik Tari Jawa di sana. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
October 23, 2024
CB Blogger
IndonesiaMengintip Bandung Dance Festival #7 Tahun 2024 ISBI Bandung
Tari Kukupu Karya R. Tjetje Soemantri, Ada Dewi Gita Disini (Foto Asep GP) Sebagaimana kita ketahui dalam rangkaian acara Milangkala atau D...
Sunday, October 20, 2024
Bipaf Wadah Kolaborasi Seniman Tari Dunia (Foto Asep GP) |
Unit Pelaksana Teknik (UPT) Kebudayaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, kembali menggelar “Bandung Isolla Performing Art Festival (BIPAF)”. Acara berlangsung di Pelataran Villa Isolla – Bumi Siliwangi, Kampus UPI Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung (18/10/2024).
Bipaf ini kata Direktur UPT Kebudayaan UPI yang juga Direktur BIPAF, Dr. Yayo Sunaryo, M.Pd, sudah dimulai sejak 2016. Festival Bipaf menjadi penting untuk memunculkan koreografer-koreografer muda yang akan meramaikan dunia tari. Taman Villa Isolla UPI Bandung dan Villa Isolla Park adalah ruang luar khusus untuk pertunjukan.
”Bipaf diharapkan berkontribusi pada pengembangan industri kreatif khususnya subsektor seni pertunjukan di Indonesia, selain memunculkan para koreografer-koreografer muda untuk tampil pada event dan festival lainnya pada tingkat nasional dan internasional. Pertunjukan utama pada tahun ini menampilkan kolaborasi antar budaya (Intercultural Collaboration) antar Negara yang dapat terlihat dari bentuk koreografi yang dipertunjukan,“ kata Yayo.
Sebab tanpa kolaborasi, kata Yayo, diri kita menjadi tidak penting dalam konteks kesenimanan. Kolaborasi ini penting sekali untuk melihat dunia, sehingga ketika ada kolaborasi interkultural, percampuran antar bangsa, mereka terlihat jelas punya kelokalan masing-masing. Seperti penari Martina Feiertag dari Jerman, juga Al Bernard Veladre Garcia dari Philipina, Rithaudin Abdul Kadir dari Malaysia serta penari-penari dari Indonesia yang tampil, mereka punya kearifan lokal masing-masing, berbasis pada kelokalan Indonesia.
“Kelokalan dunia itu jika disatukan nanti diharap akan tercipta bentuk-bentuk baru pada koreografi. Bahkan di jurnal internasional saya itu disebutkan apakah bisa tidak kearifan dunia itu disatukan, ternyata mereka beberapa hari disini, kearifan mereka dan kita itu bisa tercampur sehingga membentuk koreografi-koreografi baru,“ kata Yayo.
Bipaf yang sudah kali ke-8 digelar ini, tahun ini pun bertajuk sama dengan tahun kemarin, “Intercultural Collaboration”. Hanya peserta dari luarnya yang beda, tahun kemarin ada 8 negara yang tampil, dari Belanda, Korea, dsb, sedangkan tahun ini dari Jerman, Philipina dan Malaysia dengan menampilkan 9 karya yang didukung 75 penari, ada yang trio/bertiga, kelompok, 5 penari, 18 penari, 20 penari, dsb.
“Tahun ini memang seniman dari luarnya tidak sebanyak tahun kemarin, hanya dari tiga Negara, Jerman, Philipina, dan Malasysia. Karena sekarang banyak penata tari lokal yang ingin tampil di sini. Saya harus mewadahi itu semua. Tujuan Bifak adalah wadah untuk ekspresi para koreografer muda, mereka yang tidak punya panggung kita wadahi disini sehingga terjadai proses interkulturasi dan sosialisasi di panggung festival internasional,“ jelas Yayo.
Tema besar yang mau disampaikan dalam perhelatan seni ini, adalah Komunikasi Antar Bangsa. Karena sangat penting untuk di zaman sekarang ini, karena kemajuan sebuah bangsa itu biasanya terindikasi dengan bagaimana cara interkasi dan cara berkolaborasi dengan orang lain. Dengan komunikasi lewat seni ini akan tercipta kolaborasi antar bangsa, penghormatan terhadap ras-ras bangsa, penghormatan atas kearifan lokal seluruh bangsa. “Dan semoga pertunjukan ini menjadi jawaban atas kevakuman karya tari kolaborasi interkultural yang terpenjara pandemik, yang sempat melumpuhkan berbagai sektor kehidupan manusia,“ pungkas Yayo.
“Kelokalan dunia itu jika disatukan nanti diharap akan tercipta bentuk-bentuk baru pada koreografi. Bahkan di jurnal internasional saya itu disebutkan apakah bisa tidak kearifan dunia itu disatukan, ternyata mereka beberapa hari disini, kearifan mereka dan kita itu bisa tercampur sehingga membentuk koreografi-koreografi baru,“ kata Yayo.
Bipaf yang sudah kali ke-8 digelar ini, tahun ini pun bertajuk sama dengan tahun kemarin, “Intercultural Collaboration”. Hanya peserta dari luarnya yang beda, tahun kemarin ada 8 negara yang tampil, dari Belanda, Korea, dsb, sedangkan tahun ini dari Jerman, Philipina dan Malaysia dengan menampilkan 9 karya yang didukung 75 penari, ada yang trio/bertiga, kelompok, 5 penari, 18 penari, 20 penari, dsb.
“Tahun ini memang seniman dari luarnya tidak sebanyak tahun kemarin, hanya dari tiga Negara, Jerman, Philipina, dan Malasysia. Karena sekarang banyak penata tari lokal yang ingin tampil di sini. Saya harus mewadahi itu semua. Tujuan Bifak adalah wadah untuk ekspresi para koreografer muda, mereka yang tidak punya panggung kita wadahi disini sehingga terjadai proses interkulturasi dan sosialisasi di panggung festival internasional,“ jelas Yayo.
Tema besar yang mau disampaikan dalam perhelatan seni ini, adalah Komunikasi Antar Bangsa. Karena sangat penting untuk di zaman sekarang ini, karena kemajuan sebuah bangsa itu biasanya terindikasi dengan bagaimana cara interkasi dan cara berkolaborasi dengan orang lain. Dengan komunikasi lewat seni ini akan tercipta kolaborasi antar bangsa, penghormatan terhadap ras-ras bangsa, penghormatan atas kearifan lokal seluruh bangsa. “Dan semoga pertunjukan ini menjadi jawaban atas kevakuman karya tari kolaborasi interkultural yang terpenjara pandemik, yang sempat melumpuhkan berbagai sektor kehidupan manusia,“ pungkas Yayo.
Direktur Bipaf Yayo Sunaryo Bersama Martina Feiertag Dari Jerman (Foto Asep GP) |
Ketua Pelaksana Bipaf Indra Gandara, S.P.d, pun berharap melalui showcase dan diskusi, pitching dan presentasi, akan lahir karya-karya unggulan, baik dari dalam negeri maupun hasil kolaborasi dengan seniman-seniman dari berbagai penjuru dunia. “Kita hadir di sini untuk menciptakan ruang bersama, di mana seni tidak hanya menjadi cermin identitas, tetapi juga wadah untuk membangun komunitas yang lebih kokoh, kreatif, dan saling mendukung,“ katanya.
Tentu saja kegiatan seni antar budaya dunia ini mendapat sambutan hangat dari pihak rektorat, Wakil Rektor Bidang Inovasi, Kebudayaan dan Sistem Informasi UPI Bandung, Prof. Dr. H. Agus Rahayu, M.P., sebab Bipaf ini menurutnya, sebuah promosi karya seni pertunjukan inovatif terkurasi di Kota Bandung. Pertunjukan ini merupakan bentuk fasilitasi bagi para pencipta, penyaji seni dan tim pekerja kreatif untuk mementaskan karyanya sehingga terjadi kolaborasi dan transaksi dengan para direktur festival dan venue presenters tingkat nasional dan internasional.
“Bipaf ini bertujuan untuk mempertemukan para pelaku kreatif, koreografer, produser karya pertunjukan dengan stakeholdernya melalui showcase, menjalin jejaring dan kolaborasi, serta memberikan kontribusi pada pengembangan industri kreatif seni pertunjukan di Indonesia. Semoga Bipaf ini dapat menciptakan iklim pertunjukan yang baik bagi para penikmat seni di Indonesia dan Mancanagara,“ demikian kata Pak Warek.
Ine Arini Bastaman, Perempuan Harus Kuat Dan Punya Prinsip Serta Komitmen Pada Anak, Keluarga, Bangsa, Negara (Foto Asep GP) |
Para koreografer yang tampil dalam festival Bipaf tahun ini, diantaranya: Ine Arini Bastaman, S. Sn., M. Sn (73), menampilkan karya “Pada Suatu Hari di Rumah Bersalin”, tentang persalinan seorang perempuan di rumah bersalin.
Karya ini adalah Kontemplasi saya yang sangat pribadi, sebagai seorang perempuan, seorang pendidik, seorang bidan dan kesehatan yang pernah jadi asisten dokter. Saya juga waktu kuliah di Solo (S2-STSI Surakarta - S1nya di ISBI Bandung) sering berlatih naik ke puncak Gunung Lawu juga berlatih di laut. Semua itu memperkuat raga dan jiwa saya dan semua pengalaman saya yang multi kompleks itu persembahan saya kepada Allah SWT, karena Allah memberi itu kepada saya,“ kata istri Perupa Herry Dim yang juga jadi aktivis baladnya Marintan Sirait (FSRD ITB) ini.
Makna yang terkandung dalam karya Ine Arini ini, Si Penari ingin perempuan tampil sebagai seorang perempuan tidak lemah dan punya prinsip dan komitmen terhadap keluarga dan anak, serta bangsa dan Negara. Demikian kata seniwati yang piawai Tari Topeng dan punya sanggar seni Puhaci ini.
Selanjutnya, Martina Feiertag dari Jerman yang menampilkan “Never Enough”. Sebuah tarian kontemporer dengan gerak tradisonal yang dia tarikan dengan Dian Bokir (suaminya yang berasal dari Trenggalek). Tarian ini kata Martina mengangkat gerak-gerak Celeng/ Babi Hutan / Bagong (dalam bahasa Sunda) dengan gerak-gerak humor, sebagai simbol Kerakusan.
Rithaudin Dari Malaysia Sudah 3 Kali Tampil Di Bipaf, Kita Punya Kearifan Lokal Serumpun (Foto Asep GP) |
Sementara dari Philpina, tampil Al Bernard Veladre Garcia yang membawakan karya “BBYLN (BaBaYLaN)”. Sebuah tarian spiritual dari seorang penari laki-laki yang di dalamnya terdapat dua jiwa, perempuan dan laki-laki dan akan terhubung dengan Yang di Atas. Ada dua hal yang mau disampaikan Al Bernard dalam tariannya, tentang kolonialisme Spanyol atas negaranya yang akhirnya mengikis habis BaBaYLan (ahli ritual Philipina yang menghubungi roh dengan nyanyian untuk penyembuhan) dan tentang gender.
Al juga mengaku terkesan dan betah tinggal di Bandung, makanya dia juga dalam perhelatan seni ini berkolaborasi dengan mahasiwa-mahasiwa UPI Bandung dan dalam kolaborasi itu dia menjelaskan bagaimana tentang folklore/cerita rakyat philipina yang diajarkan ke mahasiswa UPI, termasuk perbincangan atau kolaborasi tentang bahasa, kostum, juga musik.
Demikian juga dengan Rithaudin Abdul Kadir dari Malaysia yang menampilkan karya “The Limbs”. Karya ini ingin memperlihatkan bagaaimana ‘limbs’ atau tubuh badan bergerak secara semula, jadi bagaikan punya pikiran sendiri.
Dan kolaborasi budaya ini mencari kesamaan dan perbedaan yang bisa ditonjolkan pada penonton.persamaannya pada tubuh dan kesamaan kita pada budayanya yang serumpun seperti bersila dan menunduk bila jumpa orang tua. Ini akan diraikan (dikenalkan) atau disamakan dengan kebiasaan yang sama yang ada pada kearifan lokal masyarakat Indonesia.
Dan kolaborasi budaya ini mencari kesamaan dan perbedaan yang bisa ditonjolkan pada penonton.persamaannya pada tubuh dan kesamaan kita pada budayanya yang serumpun seperti bersila dan menunduk bila jumpa orang tua. Ini akan diraikan (dikenalkan) atau disamakan dengan kebiasaan yang sama yang ada pada kearifan lokal masyarakat Indonesia.
Al Bernard Valadre Garcia, Betah Tinggal Di Bandung (Foto Asep GP) |
Sementara itu para penari atau koreografer dari Indonesia selain Ine Arini juga diwakili oleh para koreografer dari beberapa daerah, diantaranya ada Edo Novriadi dari Sumatera Barat, yang akan menampilkan “Manyongkok” (Batingkah Langkah part 2).
Edo akan membawakan tarian yang berangkat dari sebuah tradisi menangkap ikan di lubuk larangan menjelang lebaran pada masyarakat Si Junjung (Sumbar) yang masih lestari hingga kini.
Edo akan tampil bersama 18 anak SDN Bukit Bual Sumatera Barat yang sengaja ia boyong dari sumatera barat untuk tampil di UPI Bandung. Sebuah tarian yang menceritakan kearifan lokal dan menggambarkan keceriaan dan kerjasama anak-anak dalam menangkap ikan.
Cikal Mutiara Diar, Senduk Itu Keanggunan Perempuan Ponorogo (Foto Asep GP) |
Juga ada Cikal Mutiara Diar dari Jakarta Swargaloka yang menampilkan karya Tari “Senduk”. Senduk, adalah panggilan penuh keanggunan bagi perempuan Ponorogo. Karya yang mengekspresikan kekuatan self-love sebagai prlindungan diri ditengah maraknya pelecehan terhadap wanita. Melalui cinta pada diri sendiri, wanita menemukan kembali kekuatan, membangun batasan yang sehat dan memulihkan harga diri. Self-love menjadi sumber keberanian, membebaskan mereka untuk memilih dan bertindak sesuai dengan kenyamanan tanpa tekanan, menciptakan ruang bagi wanita untuk berdaya dan merdeka.
Yang lainnya, Egi Rifaldi dari Warangka Dancer Theatre menampilkan “Rakta Kama”, Naraya (UPI) “Buluh Pangampu”, dan M. Raka Reynaldi (Gaya Gita Studio) “ Choreotherapy”. (Asep GP)***
BIPAF Wadah Kolaborasi dan Silaturahmi Seniman Tari Dunia
Bipaf Wadah Kolaborasi Seniman Tari Dunia (Foto Asep GP) Unit Pelaksana Teknik (UPT) Kebudayaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Band...
Thursday, October 17, 2024
Apep Insan Parid (Baju Putih) Bersama Harisman Subawijaya Dan Harri S., Tengah Membahas Berbagai Hal Di Mako JBN (Foto Asep GP) |
Kegiatan tersebut berlangsung di Markas Komando (Mako) Jurnalis Bela Negara (JBN) Kota Bandung di Teras Sangkuriang, Lt 2 No. 39, Bandara Husein Sastranegara Jl. Pajajaran No. 108 Bandung, (16/10/2024).
Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala Bidang Ketahanan Ekonomi, Sosial, Budaya, Agama dan Ormas, Apep Insan Parid, AP., M.Si (mewakili Kepala Bakesbangpol Kota Bandung Drs. H. Bambang Sukardi, M.Si), beserta jajarannya., dan Ketua JBN Kota Bandung, Drs. Harisman Subawijaya beserta 20 orang jajarannya.
Sesepuh Bandung Abang Landoeng (Pakai Iket Sunda) Pun Mengikuti Dengan Seksama (Foto Asep GP) |
Apep Insan Parid mengatakan, Safari Organisasi Kemasyarakatan di Kota Bandung ini telah dirintis sejak tahun 2022 lalu ke berbagai organisasi kemasyarakatan yang ada di Kota Bandung. Ada banyak hal yang dibahas, di Mako JBN, Apep menjelaskan apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh Organisasi Kemasyarakatan.
Ormas, kata Apep, dilarang menjadi donatur Partai Politik, juga dilarang menerima dana hasil dari bisnis narkoba, judi, dan dana dari teroris seperti ISIS.
Membahas Berbagai Hal (Foto Asep GP) |
“Ormas dilarang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45, apalagi memecah belah NKRI. Apabila dilakukan Ormas dapat dibubarkan termasuk seluruh cabangnya yang ada di Indonesia,“ katanya serius.
Apep juga menyinggung masalah Pilkada di Kota Bandung yang akan digelar 27 November 2024 dan pihaknya berharap tingkat partisipasi masyarakat Kota Bandung meningkat.
“Tingkat partisipasi politik per februari 2024 lalu saat Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden tercatat 85% dari DPT sebanyak 1.873.000 penduduk, dari sekitar 2,5 juta total penduduk Kota Bandung,” ungkap Apep.
(Foto Istimewa) |
Apep berharap pada Pilkada mendatang ada penambahan sekitar 20.000-an DPT. “Semoga tingkat partisipasi lebih meningkat lagi, lebih dari 85%. Dan dalam hal ini peran insan Pers sangat strategis dalam meningkatkan kualitas demokrasi,“ ujarnya.
Tapi yang terpenting kata Apep, masyarakat Kota Bandung tetap menjaga kondusifitas, keamanan dan menjaga kerukunan antar umar beragama.
Kunjungan Bakesbangpol Kota Bandung ini tentu saja disambut hangat Ketua JBN Kota Bandung dan jajarannya. “Saya atas nama JBN Kota Bandung mengucapkan terima kasih atas kunjungan ini. Dulu pada Oktober 2023, JBN yang berkunjung ke kantor Bakesbangpol Kota Bandung agar JBN tercatat di Bakesbangpol Kota Bandung, somoga pertemuan ini akan lebih mempererat silaturahim kita,“ kata Harisman.
Menjalin Erat Silaturrahmi (Foto Istimewa) |
Sementara itu Sesepuh Kota Bandung Abah Landoeng (99), yang turut hadir pada kesempatan tsb, mengatakan kehadiran Bakesbangpol Kota Bandung ke Mako JBN Kota Bandung sangat positif untuk sharing dan pencerahan. Termasuk dalam hal penangkalan berita hoax dan sebagainya. “ Saya sakin insan pers yang profesional, diminta maupun tidak, akan berusaha meredam tersebarnya berita hoax yang menyesatkan dan merugikan kita semua,“ pungkas pensiunan guru SMPN 5 Bandung dan saksi hidup serta pelaku berbagai peristiwa sejarah di Indonesia dan Kota Bandung ini. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
October 17, 2024
CB Blogger
IndonesiaBakesbangpol Kunjungi Jurnalis Bela Negara Kota Bandung Bahas Berbagai Dinamika
Apep Insan Parid (Baju Putih) Bersama Harisman Subawijaya Dan Harri S., Tengah Membahas Berbagai Hal Di Mako JBN (Foto Asep GP) Kegiatan ter...
Musyawarah Munggaran MMS Di Universitas Padjadjaran (Asep GP) |
Hal tersebut mengemuka dalam “Musyawarah Munggaran (Perdana) Majelis Musyawarah Sunda (MMS/Marwah Sunda)”, yang digelar Minggu (13/10/ 2024) di Gd. II Lt. 4 Unpad Jl. Dipatikukur No. 35 Bandung, dengan Agenda: Netepkeun Papagon Majelis Musyawarah Sunda, Netepkeun Hak jeung Tanggungjawab Mekanisme Hubungan Antar Lembaga Pini Sepuh, Dewan Pakar, Badan Pekerja Majelis Musyawarah Sunda, Penetapan dan pengesahan SDM Majelis Musyawarah Sunda, Penetapan Presidium Pini Sepuh Majelis Musyawarah Sunda.
Hadir dalam kesempatan tersebut para Pini Sepuh, diantaranya: Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA, Laksamana TNI (Purn) Dr. Ade Supandi, SE, M.AP, Irjen Pol (Purn) Taufiequrahman Ruki, SH, Dindin S. Maolani SH, Dr. Ernawan S. Koesoemaatmadja, Dr. (Hc) Hj. Halimah Munawir, Prof. Dr. Agus Pakpahan, Prof. Dr. H.M. Solehudin, M.Pd, R.H. Ikik Lukman Soemadisoeria, KH. Ayi Hambali, Dr. Indra Perwira, Mayjen TNI (Purn) Dedi K. Thamim, Mayjen TNI (Purn) Deni K. Iriawan, H. Amirudin Asep, Dharmawan Hardjakusumah (Kang Acil Bimbo), Hendi Kuncara Garnita, Prof. Dr. KH. Adang Hambali, Dr. Ike Dewi Sartika, Prof (Emeritus) RP. Koesoemadinata, serta para Panata Gawe Andri Perkasa Kantaprawira, Dr. Nina K. Hikmawati dan undangan lainnya termasuk mantan Dubes Indonesia untuk Ukraina, Yuddy Chrisnandi, Dyna Ahmad, Ir. Pepen Padmadilaga, Robby Maulana Zulkarnaen (Sundawani Wirabuana), Okki Jusuf Judanagara, Sali Iskandar, dll.
Sementara itu di lt. 2 gedung yang sama, para Pini Sepuh telah berhasil menetapkan 13 Pinisepuh Pamangku Sunda, dan jumlah Anggota Pinisepuh ini akan dibatasi sampai 99 orang, yang mana saat ini masih berjumlah 70 orang.
Menetapkan 13 Pinisepuh Pamangku Sunda (Asep GP) |
Adapun ke-13 orang Pinisepeuh Pamangku Sunda tersebut, sebagai berikut: 1. Ir. Burhanuddin Abdullah (Pinisepuh Pamangku Sunda I ); 2. Laksmana TNI (Purn) Dr. Ade Supandi, SE., M.A.P (Pinisepuh Pamangku Sunda II); 3. Prof. Dr.Ir. Ganjar Kurnia, DEA (Pinisepuh Pamangku Sunda III); 4. Irjen Pol (Purn) Taufiequrahman Ruki, SH (Pinisepuh Pamangku Sunda IV); 5. H. Zainudin, SH., MH, (bang Haji Oding – Pinisepuh Pamangku Sunda V); 6. Dr. (Hc). Hj. Halimah Munawir (Pinisepuh Pamangku Sunda VI); 7. Dindin S. Maolani SH (Pinisepuh Pamangku Sunda VII); 8. H. Numan Abdul Hakim (Pinisepuh Pamangku Sunda VIII); 9. R.H. Ikik Lukman Soemadisoeria (Pinisepuh Pamangku Sunda IX); 10. Dr. Ernawan S. Koesoemaatmadja, S.Psi, MBA (Pinisepuh Pamangku Sunda X); 11. Prof. Dr. Didin S. Damanhuri (Pinisepuh Pamangku Sunda XI); 12. Prof. Dr. Agus Pakpahan, (Pinisepuh Pamangku Sunda XII), dan 13. KH. Ayi Hambali (Pinisepuh Pamangku Sunda XIII).
Kehadiran MMS ini tentu saja disambut gembira para kaum cerdik-cendikia, budayawan dan para inohong Sunda, termasuk Taufiequrahman Ruki, yang berharap kehadiran MMS ini dalam rangka pemuliaan pelestarian budaya dan Negara. Dia juga inginkan MMS independen, tidak terafiliasi, makanya para pengurusnya harus yang sudah selesai dengan dirinya (pensiunan), katanya.
“Harapan kita ingin mempersatukan kendali seluruh seke – seler (seler bangsa/etnis) Sunda yang ada dimanapun ,sehingga bisa tampil ke depan dimanapun mereka berada,“ tegasnya.
13 Pinisepuh Pamangku Sunda Itu (Asep GP) |
Jenderal Bintang 2 Polisi ini pun mengajak orang Sunda tetap guyub bersatu, sebagaimana yang ia saksikan pada sikap orang-orang Batak Tapanuli. “Saya perhatikan saudara-saudara kita seke – seler Batak Tapanuli dimanapun mereka bersatu, saya harapkan orang sunda juga bisa begitu,“ harapnya.
Dalam Musyawarah perdananya ini MMS pun membuat pernyataan sikap pada pemerintahan Prabowo-Gibran yang akan dilantik jadi Presiden dan wakil Presiden 20 Oktober nanti. Kata Ganjar Kurnia, pada prinsipnya MMS mengharapkan pemerintahan nanti lebih baik dari sekarang. Terutama berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut keadilan, otonomi daerah, dsb. “Saya kira ini tantangan kedepan yang harus kita hadapi," tandasnya.
Rektor Unpad ke-10 ini pun menjelaskan bahwa MMS bukan suatu organisasi, hanya lembaga untuk diskusi bermusyawarah dan menyampaikan gagasan dan teu biluk ka hiji organisasi (tidak terikat/ikut ke satu organisasi ) apapun, termasuk pada partai politik. Jadi betul-betul netral dan independen, tegasnya.
Ganjar Kurnia Membacakan Aspirasi MMS (Foto Istimewa) |
“Harapan kami ke pemerintah baru, bisa menjalankan roda pemerintahan yang sesuai dengan UUD 45 yang dilaksanakan secara baik dan konsekuen, termasuk yang paling utama adalah mensejahterakan masyarakat, memperhatikan pendidikan, kesehatan, dsb,“ kata Ganjar serius.
Senada dengan hal itu Panata Gawe Andri Perkasa Kantaprawira, mengatakan pernyataan publik aspirasi masyarakat Sunda terhadap pemerintah nanti yang dibacakan Prof. Ganjar Kurnia, diantaranya berharap Pilkada berlangsung dengan baik, pemerintahan demokratis dan rakyat bisa merasakan hasil pembangunan dengan baik, selain itu juga masalah lingkungan, seperti yang dikhawatirkan Taufiequrahman Ruki, lingkungan di Tatar Sunda terutama gunung-gunungnya sudah hampir habis semuanya. Padahal kata Andri, kearifan lokal Baduy melarang merusak gunung, gunung teu beunag dilebur, lebak teu meunang diruksak .
Tapi kata Andri, yang terpenting MMS dengan tegas menuntut 2 hal kepada pemerintahan Prabowo, yaitu tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah dan menolak aglomerasi UU DKJ (Daerah Khusus Jakarta) yang akan merugikan Jawa Barat.
Dalam Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, diketahui Jawa Barat itu kata Andri, menyumbang sekitar 137 T setahunnya, tapi hanya mendapat sekitar tak lebih dari 87 T dari pemerintah pusat, padahal Jawa Timur yang menyumbang 121 T/tahun bisa menghasilkan lebih besar. “Kita menuntut UUD Perimbangan Keungan Pusat & Daerah ini dikaji benar-benar secara adil, karena Jawa Barat punya 50 juta penduduk, kalau keuangan perimbangannya sedikit, kita berat untuk membantu rakyat memecahan kemiskinan dan pembangunan,“ katanya kesal.
Usai Berhasil Menetapkan 13 Pinisepuh Pamangku Sunda (Foto Istimewa) |
Dan satu lagi yang penting kata Andri, kita menolak dengan tegas aglomerasi UU DKJ. Karena itu seperti dikatakan ahli hukum tata Negara Unpad, Dr. Indra Perwira, bertentangan dengan UU Otonomi Daerah. Jadi kita tidak diberikan otonomi untuk memecahkan sendiri, katanya.
“Setelah acara ini, mungkin ke-13 para Pinisepuh Pamangku Sunda sebagai penanggungjawab ini akan diundang publik dan pemerintahan pusat, apalagi yang jadi ketua pamangkunya adalah Burhanuddin Abdullah. Artinya kita ingin membangun sebuah jembatan baik, dengan pemerintahan baru Prabowo, diharapkan Prabowo ini bertindak tegas dan adil kepada masyarakat Jawa Barat yang merupakan mayoritas kedua penduduk Indonesia. Jadi kita minta diperlakukan adil karena adil itu dekat dengan kita bisa membangun ikatan persatuan Nasional yang baik,“ pungkas Andri.
Berikut, Draft Pernyataan Musyawarah Munggaran (I) Majelis Musyawarah Sunda - Aspirasi Majelis Musyawarah Sunda terhadap Pemerintahan Prabowo Gibran 2024-2029 :
Majelis Musyawarah Sunda (MMS) adalah kaukus inisiatif Masyarakat Sunda di Provinsi Jawa Barat, Banten, dan Daerah Khusus Jakarta, Sunda Pangumbaraan dan Diaspora Sunda dipersatukan oleh komitmen bersama untuk membangun rumah kebangsaan Indonesia dengan memperkuat kaki-kakinya (sukunya). Visi Majelis Masyarakat Sunda yaitu Sunda Mulia Nusantara Jaya merupakan hasil refleksi dari cita-cita dua tokoh nasional sunda yaitu Oto Iskandar di Nata dan Ir. H. Djuanda Kartawijaya, menyatakan bahwa dalam Kebhinekaan Indonesia, Suku Bangsa Sunda menginginkan menjadi Suku Bangsa Mulia (yang menghargai dirinya dan dihargai suku suku bangsa lainnya) dan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur sehingga mengalami kejayaan yang panjang.
Masyarakat Sunda memandang bahwa pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila tak bisa berkembang dan dikembangkan dengan cara yang tercerabut dari akar kerakyatan yang tumbuh di bumi kesukuan dan kedaerahan dengan segala asal-usul kesejarahan, kekhasan sosial-budaya, potensi sumber daya, dan karakteristik ruang hidupnya. Cerlang budaya sebagai hasil interaksi antarelemen asal-usul kesukuan dan kedaerahan yang mensejarah itu ibarat anggur tua dalam botol baru negara-bangsa Indonesia yang terlalu berharga untuk ditelantarkan.
Andri Perkasa Kantaprawira (Kiri) Dan Laksamana Ade Supandi, Pemerintah Harus Adil Terhadap Jawa Barat (Foto Istimewa) |
Pasal 32 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), baik versi asli maupun hasil perubahan, secara terang menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan budaya, termasuk bahasa daerah, serta mengakui puncak-puncak kebudayaan daerah sebagai penopang kebudayaan nasional. Pasal 18 UUD 1945 juga menyebutkan bahwa negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, dan Pasal 18 UUD 1945 Amandemen memperjelas tentang bahwa Pemerintahan Provinsi dan Kabupaten/Kota mempunyai hak Otonomi untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai Perundang-undangan. Dengan ketentuan bahwa usaha kebudayaan dan pengembangan adat kedaerahan, itu harus sesuai dengan prinsip negara kesatuan Indonesia dan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
Membangun negara-bangsa Indonesia yang begitu luas wilayahnya, serta banyak dan majemuk penduduknya, tidaklah tepat jika dikelola dengan cara sentralistik dengan dominasi segundukan kecil penguasa, golongan dan daerah tertentu, kritik terhadap sentralisme ini sering dibahasakan beberapa tokoh Sunda: “Indonesia bukan (hanya) Jakarta”, apalagi Jakarta secara sosiologis dan historis adalah Wilayah yang diberikan urang sunda untuk mengelola persatuan dan kesatuan nasional yang berkeadilan (justly governed). Pembangunan nasional harus dikembangkan sebagai usaha persemakmuran bersama dengan semangat gotong-royong, yang melibatkan partisipasi seluruh rakyat, golongan dan daerah secara inklusif.
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah harus dimaknai sebagai cara membangun Indonesia dengan memperkuat kaki-kaki partisipasi dan kapasitas daerah, mendekatkan pelayanan publik pada akar rumput di daerah, serta mencegah pemusatan pembangunan di wilayah tertentu. Membangun daerah-daerah di Indonesia secara inklusif menghendaki kesetaraan dan keadilan; berat sama dipikul, ringan sama dijingjing; tidak membiarkan pembangunan suatu daerah harus dibayar dengan merusak dan memarjinalkan daerah lain. Pembangunan Nasional yang memarjinalkan penduduk lokal (pribumi) adalah hal yang haram dilakukan dalam rancang bangun perencanaan dan pelaksanaan Pembangunan.
Dalam Musyawarah Majelis Musyawarah Sunda I (pertama) selain kami menuntaskan masalah internal keorganisasian, kami Pinisepuh, Dewan Pakar, dan Badan Pekerja Majelis Musyawarah Sunda setelah melalui Diskusi Para Pakar, Musyawarah Pinisepuh dan Presidium Pinisepuh menyatakan pernyataan publik untuk menjadi panduan kepada masyarakat Sunda dan masukan serta tuntutan kepada Pemerintahan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam kaitan “Sunda, Sarakan, jeung Nagara" (Sunda kepada Tanah Airnya dan Kepada Negaranya) mengenai beberapa masalah sebagai berikut :
1. Majelis Musyawarah Sunda mendorong agar Pemilu Daerah Serentak Secara Langsung (Pilkadal) terutama di Tatar Sunda (Jawa Barat, Banten dan Daerah Khusus Jakarta) dapat menjadi Pilkada Serentak 2024 yang berkualitas, bermartabat dan berintegritas (demokrasi substantif) yang diharapkan menghasilkan kepemimpinan wilayah dan daerah terbaik yang nantinya dapat membangun wilayah dan daerah Tatar Sunda yang besar potensi dan masalahnya, menjadi wilayah yang “Gemah Ripah, Repeh, Rapih”, Beriman Bertaqwa” dan “Berjaya”.
Musyawarah Munggaran, Rempeg (Asep GP) |
Rancang bangun Perencanaan dan Pelaksanaan pembangunan yang terencana baik secara teknokratik dan partisipatif tercermin mulai dari desain Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RJPMD) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), semuanya harus sudah mencerminkan tolok tolok ukur yang berlaku nasional dan global serta berkearifan lokal.
2. Dalam rangka menyongsong Kepemimpinan Baru Pemerintahan Prabowo-Gibran yang akan dilantik 20 Oktober 2024, dimana realitasnya berada dalam situasi nasional dan global yang berat menantang, kami Masyarakat Tatar Sunda menghimbau agar jadilah Pemerintahan Yang Berani dan Berkeadilan, karena Adil dekat dengan Taqwa, hanya dengan Keberanian dan Keadilan maka masalah-masalah bangsa yang ditinggalkan pemerintah-pemerintah sebelumnya, pondasi pemecahan masalahnya dapat dibangun seperti Pemberantasan Korupsi yang berkepastian hukum, proposional dan menegakkan kepentingan nasional; Pengelolaan Keuangan Negara yang tidak bertata kelola baik, Pembangunan yang hanya menguntungkan kelompok oligarki politik dan ekonomi, Penguasaan Tanah, Air dan Kekayaan Alam yang dikuasai 1 persen orang-orang berkuasa, Gejolak Sosial dan Permasalah Lingkungan Hidup yang semakin terdegradasi.
3. Provinsi Jawa Barat dan Banten sampai saat ini belum mendapatkan keadilan dalam masalah Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang sekarang ini Perundang-undangannya menjadi Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah, karena sistem perhitungan Undang-undang Keuangan tersebut tidak menghitung berapa sebenarnya jumlah yang diberikan oleh Provinsi Jawa Barat dan Banten, akibatnya anggaran Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil dan lain-lain yang diterima Jawa Barat dan Banten lebih kecil dari Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara apalagi dengan Daerah Khusus Jakarta. Sistem Perpajakan yang mana industri dengan semua permasalahannya berada di Provinsi Jawa Barat dan Banten tetapi Pajaknya dimiliki oleh Jakarta dan Pusat, telah menimbulkan ketimpangan terhadap beban penduduk, lingkungan dan masalah sosialnya yang berat bagi Jawa Barat dan Banten. Majelis Musyawarah Sunda meminta percepatan persetujuan pemekaran daerah baik secara nasional maupun parsial untuk Kabupaten/Kota untuk Provinsi Jawa Barat (10 Kabupaten/Kota) dan Banten untuk mempercepat keadilan pembagian keuangan dari peraturan perundang-undangan yang ada. Undang-undang Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah harus dikaji kembali secara komprehensif sehingga memberikan rasa keadilan bagi seluruh daerah-daerah di Indonesia, karena keadilan perimbangan keuangan pusat daerah adalah perekat utama bagi Persatuan dan Kesatuan Nasional secara rasional.
4. Pembangunan Nasional dan Regional di Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten dan Daerah Khusus Jakarta yang selama ini jauh dari prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan yang mengelola lingkungan hidup sebagai kewajiban utama manusia sebagai khalifah fil ards, maka untuk memitigasi kerusakan yang lebih jauh yang berakibat bencana alam dan bencana kemanusiaan bagi generasi mendatang kami meminta Pemerintah Pusat untuk segera menangani secara serius penataan dataran tinggi Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur), Taman Nasional Pangrango, Gede, Salak, Kawasan Bandung Utara dan Bandung Selatan, Taman-Taman Nasional serta Gunung-Gunung di Jawa Barat dan Banten lainnya yang merupakan daerah tangkapan air (catchmen area) dan mata air kehidupan (sumber air) untuk Provinsi Jakarta, Jawa Barat dan Banten serta mencegah Banjir di Jakarta dan Pantura bukan dengan tetap menjadikannya pusat eksploitasi bagi para kapitalis penguasa tanah dengan konsep Kawasan Aglomerasi. Majelis Musyawarah Sunda menuntut dibuatnya peraturan perundang-undangan yang partisipatif dan komprehensif, karena menurut kearifan lokal Sunda jelas menyatakan “Gunung teu menang dilebur, Lebak teu menang diruksak; pendek teu menang disambung; lojong teu menang dipotong, nu lain kudu dilainkeun, nu ulah kudu diulahkeun, nu enya kudu dienyakeun” (Gunung tidak boleh dihancurkan, lebak tidak boleh dirusak, pendek tidak boleh disambung, panjang tidak boleh dipotong, yang bukan harus dikatakan bukan (lain), yang tidak boleh dikatakan tidak boleh, yang seharusnya harus dikatakan seharusnya).
5. Majelis Musyawarah Sunda secara tegas menolak Undang-undang Nomor 2 Tahun 2024 tentang Daerah Khusus Jakarta BAB IX : Kawasan Aglomerasi Pasal 51-60, yang mencakup minimal wilayah Provinsi Daerah Khusus Jakarta, Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cianjur, Kota Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kota Bekasi. Undang-undang Provinsi Daerah Khusus Jakarta disusun secara tergesa-gesa, dimana urang sunda tidak pernah dipertimbangkan untuk mendapatkan penjelasan yang memadai, diajak berpartisipasi secara demokratis, dan dilakukan secara tertib dan bertanggung jawab. Kebijakan Kawasan Aglomerasi bertentangan dengan Pasal 18 UUD 1945 dimana daerah-daerah otonom yang berada di Tatar Sunda (Jawa Barat, Banten, Jakarta) tidak lagi berhak merencanakan pembangunan wilayah/daerahnya sesuai dengan karakter wilayah serta budayanya, melainkan ditentukan oleh Pemerintah Pusat. Demi Kesatuan dan Persatuan bangsa, kami menuntut agar Pemerintah Pusat pada masa Pemerintahan Prabowo Gibran 2024-2029, mengeluarkan Peraturan Pengganti Undang-undang untuk membatalkan Undang-undang berkait dengan Kebijakan Kawasan Aglomerasi tersebut.
Demikian Pernyataan Publik ini disampaikan kepada masyarakat Jawa Barat, Banten, Daerah Khusus Jakarta sebagai tanggung jawab moral dan intelektual kami dari Majelis Musyawarah Sunda. Pakena Gawe Rahayu, Pakena Kerta Bener, Pakeun Tanjer Na Juritan, Pakena Gawe Rahayu Pakeun Heubeul Jaya di Buana. Hatur nuhun.
Bandung, Dipati Ukur 35
Atas Nama Pinisepuh Majelis Musyawarah Sunda :
Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, D.EA, Laksamana TNI (Purn) Dr. Ade Supandi, SE, M.AP,
Dindin S. Maolani, SH, Irjen Pol (Purn) Taufiequrahman Ruki, SH.
(Asep GP)***
Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, D.EA, Laksamana TNI (Purn) Dr. Ade Supandi, SE, M.AP,
Dindin S. Maolani, SH, Irjen Pol (Purn) Taufiequrahman Ruki, SH.
(Asep GP)***
MMS, Tetapkan 13 Pini Sepuh, Tuntut Keadilan UU Perimbangan Keuangan Pusat & Daerah, Menolak Aglomerasi UU DKJ
Musyawarah Munggaran MMS Di Universitas Padjadjaran (Asep GP) Hal tersebut mengemuka dalam “Musyawarah Munggaran (Perdana) Majelis Musyawara...
Monday, October 14, 2024
Proses Pewarnaan Mural Di Kp. Sindangsari, Desa Ciwidey (Foto Istimewa) |
Kegiatan kolaborasi dengan Program Sarjana Sastra Jepang, Desain Interior, Teknik Elektro, juga menggandeng industri cat untuk pengadaan material cat, dan komunitas sosial, Lions Club Bandung Raya tersebut, digelar di Desa Ciwidey Kp. Sindangsari Rt.02/Rw.21 Desa Ciwidey Kec. Ciwidey - Kabupaten Bandung, Sabtu (12/10/2024). Dengan Ketua tim Ariesa Pandanwangi yang juga Membership Chair Person dari Lions Club Bandung Raya, bersama anggota lainnya yang terdiri atas 10 orang dosen (Ismet Zainal Effendi, Erika Ernawan, Wawan Suryana, Mohamad Ali Rahim, Tessa Eka Darmayanti, Ratnadewi, Marisa Rianto Sutanto, Ethel Deborah, Melinda Dirgandini, Sri Iriantini), serta 17 orang mahasiswa Seni Rupa Murni menggarap mural di Desa Ciwidey.
Kata Ariesa, pengabdian mural ini merupakan implementasi dari keilmuan para dosen dan praktik langsung mahasiswa dengan masyarakat sekaligus wujud dari nilai care yang mengusung semangat kepedulian untuk masyarakat yang membutuhkan.
Mural yang digarap oleh Dosen dan mahasiswa serta masyarakat setempat tersebut mengusung objek yang digagas dari lingkungan setempat seperti bunga dan secara visual sudah distilasi dengan gaya dekoratif. Dalam kesempatan tersebut Yusuf Darmaji, selaku Kepala Desa pun, turut andil dalam proses pewarnaan mural bersama dengan masyarakat setempat.
“Program Sarjana Seni Rupa Murni dalam berbagai kegiatan pengabdian masyarakat sudah sering berkiprah di ruang publik, atas permintaan dari masyarakat setempat dan disupport oleh industri cat Propan Raya ICC. Mural dianggap efektif oleh masyarakat, karena ukuran bidangnya yang besar, komunikatif, dan sebagai kendaraan untuk menyampaikan pesan. Manfaat dari pembuatan mural yang dikerjakan secara kolektif bersama dengan masyarakat setempat, untuk menyampaikan informasi bahwa Desa Ciwidey memiliki lingkungan yang tertata rapih dan resik, sehingga nyaman dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan dan dapat mengedukasi masyarakat,“ demikian kata Ariesa Pandanwangi.
***
Posyandu “Teratai 21” yang berada di Kampung Sindangsari, Desa Ciwidey, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung ini adalah milik masyarakat yang didirikan diatas tanah hibah yang berasal dari masyarakat setempat. Masyarakat membangun bersama Posyandu ini dan menjadi kebanggaan warga karena pada tahun 2018 berhasil menjadi Juara 3 Lomba Posyandu Tingkat Nasional, dan tahun 2019 mendapatkan penghargaan Pakarti Utama III dari Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Pusat untuk kategori Lomba Posyandu Kabupaten.
***
Posyandu “Teratai 21” yang berada di Kampung Sindangsari, Desa Ciwidey, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung ini adalah milik masyarakat yang didirikan diatas tanah hibah yang berasal dari masyarakat setempat. Masyarakat membangun bersama Posyandu ini dan menjadi kebanggaan warga karena pada tahun 2018 berhasil menjadi Juara 3 Lomba Posyandu Tingkat Nasional, dan tahun 2019 mendapatkan penghargaan Pakarti Utama III dari Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Pusat untuk kategori Lomba Posyandu Kabupaten.
Masyarakat Ciwidey menjadikan Posyandu ini sebagai ruang multi fungsi untuk berbagai kegiatan seperti timbang bayi dan juga alih pengetahuan untuk berbagai kegiatan, serta tempat berkumpulnya remaja setempat. Semangat sabilulungan yang dipegang teguh oleh warga diimplementasikan dalam membangun Posyandu ini. Tetapi Posyandu yang memiliki segudang prestasi serta ruang untuk berbagi ini, belum terlihat indah dan nyaman karena dinding bagian luarnya masih terlihat kosong-molongpong. Sehingga Kepala Desa, Yusuf Darmaji, memiliki inisiatif membuat mural agar menjadi titik fokus perhatian diantara lingkungan sekitar, bangunan menjadi lebih memperlihatkan aura spirit untuk energi positif yang akan dibuat melalui warna-warni yang kontras. Kebutuhan akan pembuatan mural ini disambut baik oleh seni rupa murni yang selanjutnya dikolaborasikan dengan berbagai pihak untuk bersama dalam kegiatan ini. (Rls/Asep GP)***
Tatarjabar.com
October 14, 2024
CB Blogger
IndonesiaSeni Rupa Murni Maranatha Hiasi Posyandu “Teratai 21” Sindangsari Ciwidey Dengan Mural
Proses Pewarnaan Mural Di Kp. Sindangsari, Desa Ciwidey (Foto Istimewa) Kegiatan kolaborasi dengan Program Sarjana Sastra Jepang, Desain In...
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)