Tuesday, January 14, 2025
Intinya Seni Tata Cahaya Panggung bukan hanya sekadar tentang menyorot lampu ke arah yang benar, tetapi juga seni menciptakan suasana, menyalurkan emosi, dan menyampaikan cerita melalui cahaya.
Dan pendidikan di bidang tata cahaya di Indonesia masih terbatas, sementara dalam lima tahun terakhir, dunia lighting telah berkembang pesat, baik dari sisi teknologi maupun jumlah profesional yang terlibat. Dengan semakin meningkatnya jumlah acara live maupun broadcast, kebutuhan akan Penata Cahaya yang kompeten menjadi sangat mendesak.
Makanya, memahami pentingnya peran Penata Cahaya yang kompeten dalam industri seni pertunjukan yang terus berkembang, Pecahin menggelar Kelas Pecahin Edisi 2 yang kali ini dilangsungkan di gedung Kesenian Sunan Ambu ISBI Bandung, Jl. Buah Batu No. 212 Bandung (sebelumnya digelar di Taman Ismail Marzuki-Jakarta).
Acara ini berlangsung empat hari, 13 – 16 Januari 2025 (mulai Pk. 09.00-17.00), dengan menghadirkan narasumber utama Iwan Hutapea, Penata Cahaya senior dengan pengalaman lebih dari dua dekade, dan Jihan Didik profesional di bidang tata cahaya dan seni pertunjukan.
Workshop ini terbagi dalam dua kelas, yaitu Kelas Dasar Tata Cahaya sebagai kelas pertama dan Kelas Dasar Tata Cahaya & Pelajaran Penggunaan Perangkat console grandMA3 sebagai kelas kedua. Kelas pertama dipandu Iwan Hutapea, dimana peserta akan belajar dasar-dasar tata cahaya mulai dari, pengenalan jenis lampu & intensitas cahaya, arah & distribusi cahaya, pergerakan cahaya dalam desain panggung, cahaya terhadap set & desain, dan pengenalan hardware dan manajemen lampu.
Iwan Hutapea juga bersama Johan Didik akan membawakan kelas kedua. Peserta akan mendalami materi kelas pertama sekaligus mendapatkan pengenalan komprehensif tentang perangkat GrandMA3, perangkat Kontrol pencahayaan canggih yang mendukung berbagai produksi seni di tingkat nasional dan internasional.
Menurut Iwan Hutapea, ‘Kelas Pecahin Edisi 2’ ini hadir untuk menjawab kebutuhan industri dan mendorong para Penata Cahaya untuk terus berkembang. “Kami ingin para peserta tidak hanya memahami teknis pencahayaan, tetapi juga mampu menciptakan karya yang penuh makna dan relevan dengan kebutuhan zaman,“ tandasnya.
Kelas Pecahin Edisi 2 bertujuan untuk memperkenalkan seni tata cahaya kepada lebih banyak pekerja seni di ndonesia. Dengan membangun jejaring dan iklim kerja yang positif, diharapkan komunitas pencahayaan dapat semakin berkembang dan menghasilkan Penata Cahaya yang mampu bersaing di tingkat internasional.
Selain meningkatkan kompetensi teknis, acara ini juga diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang dunia tata cahaya. Para peserta didorong untuk terus mengembangkan kemampuan dan menemukan semangat baru dalam mempelajari seni pencahayaan.
“Melalui kelas ini, kami ingin mengispirasi dan memotivasi generasi baru untuk melihat tata cahaya sebagai seni yang berdampak besar. Kami percaya, pengetahuan yang dibagikan di sini akan menjadi fondasi yang kuat bagi masa depan tata cahaya di Indonesia,” pungkas Iwan Hutapea.
Sebagai komunitas Penata Cahaya di Indonesia, Pecahin juga membuka ruang selebar-lebarnya untuk memperluas jejaring informasi, pengetahuan dan kolaborasi dengan pelaku industri tata cahaya. Acara ini bukan hanya menjadi sarana pembelajaran, tetapi juga menjadi wadah bertemunya para pelaku industri, baik yang berasal dari Bandung maupun dari seluruh penjuru Indonesia.
Dengan peserta yang berasal dari berbagai latar belakang dan wilayah, kelas ini memberikan kesempatan berharga untuk bertemu, bertukar ide, dan menjalin hubungan profesional baru. Lebih dari itu, Pecahin berharap dapat menjadi penghubung yang mempererat komunitas tata cahaya Indonesia dan menjembatani peluang kerjasma di masa depan. Pecahin selalu berkomitmen untuk mendukung pengembangan dan pendidikan di bidang tata cahaya. Kolaborasi dengan IMS (PT. Inti Megah Swara) dalam MA Training adalah langkah besar untuk mencapai tujuan ini. (AGP)***
Workshop Seni Tata Cahaya ‘Kelas Pecahin Edisi 2’ Digelar di ISBI Bandung
Monday, December 23, 2024
Rektor ISBI Retno Dwimarwati merasa bangga dan bersyukur (Foto. Dok.Humas ISBI) |
Pada Anugerah Diktisaintek 2024, ISBI Bandung berhasil meraih beberapa penghargaan, yaitu: 1. Anugerah Kerja Sama, kategori Perguruan Tinggi Negeri Satuan Kerja (PTN Satker) - Bronze Winner dalam Sub Kategori Kerja Sama Industri Terbaik. 2. Anugerah Humas - Silver Winner dalam Sub Kategori Insan Humas yang diraih oleh Rossi Suryani - Silver Winner dalam Sub Kategori Siaran Pers.
Anugerah ini merupakan apresiasi Kemdiktisaintek kepada pemangku kepentingan di perguruan tinggi, LLDikti, media, jurnalis, dan mitra (kementerian, Lembaga, serta dunia usaha dan dunia industri), yang meraih pencapaian tertinggi dan berkontribusi dalam mendukung implementasi transformasi pendidikan tinggi selama satu tahun terakhir.
Selain Anugerah Kerja Sama dan Humas, Anugerah Diktisaintek ini juga mencakup Anugerah Prioritas Nasional, Mitra Pendukung Program Diktisaintek, Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Sumber Daya, Kelembagaan, Riset, Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat, Pangkalan Data Pendidikan Tinggi, Zona Integritas, serta Jurnalis. Acara dihadiri berbagai perguruan tinggi negeri, perguruan tinggi swasta, LLDikti, media dan mitra kerja Diktisaintek yang dilaksanakan di Graha Diktisaintek Gedung D Lantai 2, Senayan, Jakarta (13/12/2024).
Rektor ISBI Ketika menerima penghargaan itu (Dok. Humas) |
Sedangkan pada Anugerah Keterbukaan Informasi Publik 2024 yang diselenggarakan di Movenpick Hotel Jakarta (17/12/2024), ISBI Bandung menjadi satu dari 35 Perguruan Tinggi Negeri (23 persen dari total PTN) yang meraih predikat Badan Publik Informatif dengan nilai 94,23. Anugerah ini menjadi pemberian penghargaan kepada Badan Publik yang telah berkomitmen dalam menjalankan prinsip-prinsip Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008. Prestasi ini menunjukkan komitmen ISBI Bandung dalam upaya terus menerapkan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat dimana pada tahun sebelumnya ISBI Bandung berpredikat badan publik ‘Menuju Informatif’.
Rektor ISBI Bandung, Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum., sangat mengapresiasi dan merasa bersyukur atas pencapaian ini. “Penghargaan ini merupakan bukti nyata dari dukungan, sinergi, kerja keras dan kerja sama fakultas, lembaga, UPA, unit kerja dan stakeholder ISBI Bandung. Kami akan berkomitmen untuk terus meningkatkan kolaborasi, inovasi, dan transparansi demi mendukung kemajuan seni budaya Indonesia di kancah nasional maupun internasional,” ujarnya.
Rossi Suryani Humas ISBI (ketiga dari kanan berjilbab pink) mendapat silver winner sub Kategori Insan Humas (Dok. Humas ISBI) |
Demikian juga dengan Wakil Rektor Bidang Kerja Sama, Hubungan Masyarakat, dan Sistem Informasi ISBI Bandung, Dr. Supriatna, S.Sn. M.Sn., ia menyatakan, “Pengakuan ini menunjukkan adanya sinergi yang kuat antara ISBI Bandung dengan berbagai mitra strategis dalam membangun ekosistem pendidikan seni budaya yang inklusif dan progresif. Kami juga akan terus berupaya menjaga transparansi dan memberikan pelayanan informasi yang semakin baik kepada masyarakat,” katanya serius.
Penghargaan ini sekaligus menjadi motivasi bagi ISBI Bandung untuk terus mengukir prestasi di berbagai bidang, serta memperkuat peran perguruan tinggi seni budaya dalam mendukung pembangunan bangsa melalui pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta tata kelola yang baik dan profesional. (Rls/ Asep GP)***
ISBI Bandung Sabet 2 Penghargaan di Anugerah Diktisaintek dan Anugerah Keterbukaan Informasi Publik 2024 KIP RI
Tuesday, December 17, 2024
Acara yang akan berlangsung hingga, kamis (19/12/2024) ini, dibuka oleh Monolog ‘Perempuan Tanah Priangan (Raden Dewi Sartika)’, yang diperankan Vinny D. Soemantri, dan ilustrasi tari oleh Vanya Vibilla Andjani dari Lembaga Seni Budaya Manikam Khatulistiwa Bandung. Yang berisi kisah perjuangan Raden Dewi Sartika untuk memajukan kaum perempuan di Tanah Pasundan. Sajian seni ini kata Vinny Soemantri, untuk mengenang perjuangan Raden Dewi Sartika & Raden Ayu Laksmi Ningrat, dua perempuan Priangan yang berjuang untuk kemajuan pendidikan perempuan di eranya.
Sebagaimana kita tahu Pelopor Emansipasi Kaum Perempuan Indonesia selain Kartini, Tanah Pasundan juga punya Dewi Sartika (1884-1947), Pelopor Pendidikan Kaum Perempuan yang terjun langsung berjuang selama puluhan tahun di masa genting hingga masa tuanya.
Kartini memperjuangkan pendidikan dengan media tulisan surat-suratnya, Dewi Sartika dengan cara terjun langsung mengajar dan mendirikan sekolah Kautamaan Istri.
Perjuangannya dimuai dengan mengajar beberapa keterampilan wanita di lingkungan terdekatnya, kepada saudara-saudaranya, seperti menjahit, membaca, menulis, memasak, bahkan beliau berhasil memabangun Sakola Istri (16 Januari 1904) dan berubah jadi jadi Sakola Kautamaan Istri (1910), serta pada tanggal 1 Desember 1966 Dewi Sartika diberi anugerah Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Pemerintah Indonesia.
Dewi Sartika menginginkan perempuan memiliki kemauan kuat agar mandiri, berpengetahuan dan punya keterampilan agar senantiasa kuat serta mampu mempertahankan kehidupannya.
Pada acara tersebut Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat (PKDJB), Ary Heriyanto, S. STP.,M.M., yang juga selaku ketua pelaksana kegiatan, mengatakan acara ini merupakan kegiatan rutin tahunan, hanya tahun lalu dalam bentuk museum expo, ujarnya.
"Tahun ini museum expo kita rubah menjadi kegiatan-kegiatan kecil meliputi pameran temporer, ada lomba nonton film Indonesia dari Kemendikbud dengan mengundang anak anak sekolah, lalu ada edukids, pengenalan sejarah pada generasi muda, juga lomba vlog untuk museum monumen perjuangan rakyat," katanya.
Pada kesempatan yang sama Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat yang kali ini diwakili oleh Sekertaris Dinasnya Ani Widiani, S.T., M.SHS., sekaligus membuka acara mengatakan, Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2019 telah mengamanatkan bahwa negara berkewajiban memajukan kebudayaan nasional ditengah peradaban dunia.
"Museum sebagai lembaga yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat harus dirasakan ada manfaatnya diantaranya berperan sebagai lembaga edukatif, inovatif, rekreatif, dan imajinatif semua manfaat ini berdasarkan pada sebuah teorema bahwa museum memang merupakan sumber informasi kepada publik," jelasnya.
Ani juga mengatakan,melalui pameran temporer ini diharapkan jadi salahsatu upaya dalam meningkatkan pelayanan museum, pemanfaatan benda dan cagar budaya, serta upaya mengkomunikasikannya, dapat terlaksana dengan maksimal sesuai tugas pokok dan fungsi museum.
Pameran temporer ini kata Ani rutin dilaksanakan setiap tahun dengan mengangkat tema yang berbeda, dan pada tahun 2024 ini tema yang diangkat adalah Pameran Temporer ‘Dewi Sartika : dari masa lalu ke era kekinian - Biografi Perempuan Pembaharu Pendidikan’.
Ada beberapa koleksi yang dipamerkan berupa koleksi dari ahli waris Pahlawan Nasional Raden Dewi Sartika dan suaminya Raden Kanduruan Agah Suriawinata.
"Kami menyadari keterbatasan koleksi museum perjuangan Rakyat sendiri yang mengharuskan berkolaborasi dengan stakeholder untuk dapat memenuhi materi yang komprehensif sesuai dengan tema, semoga hal ini menjadi semangat kami untuk dapat memenuhi kelengkapan dan koleksi Museum Perjuangan Rakyat yang akan datang," pungkasnya. (Asep GP)***
Pameran Temporer Dewi Sartika Digelar UPTD PKDJB Disparbud Jabar
Monday, December 16, 2024
Fadli Zon (Ketiga Dari Kanan) Tengah Membuka Buku Literasi Budaya Sunda Yang Dihaturkan MMS (Dok. MMS) |
(Dok. Asep JM) |
(Dok. Asep JM) |
(Dok. Asep JM) |
(Dok. Asep JM) |
Menteri Kebudayaan Silaturahmi dengan Majelis Musyawarah Sunda
Thursday, December 5, 2024
Pengunjung Pameran Diverity of Nusantara Art di KJRI New York AS. (dok Pribadi) |
Suasana Pameran (Dok.Pribadi) |
Foto
bersama dengan Rektor Upi dan delegasi UPI beserta tamu undangan pada acara
Pembukaan Pameran Seni Rupa “Diversity of Nusantara Art” (Dok.Pribadi) |
Warli Haryana bersama Rektor UPI Prof. Dr. Solehuddin, M.Pd., MA. pada saat pembukaan pameran “Diversity of Nusantara Art”. (Dok.Pribadi). |
Jo Cowtree, Ornamen Nusantara: seni primitif Papua dan Batik, Mix media (Dok Pribadi) |
Warli Haryana bersama Bapak Ilham Sacabrata Vice Consul for Information and Socio Cultural Affairs (Dok.Pribadi) |
Warli Haryana bersama Konsul Jenderal RI New York, Winanto Adi (Dok. Pribadi) |
Pengunjung Pameran Diverity of
Nusantara Art di KJRI |
Warli Haryana bersama Jurnalis dan fotografer senior dari Newscaster dan NPR New York Cita AS. (dok.Pribadi) |
Warli Haryana, Menari di atas
Bulan - Dancing on the Moon, Digital on Canvas |
Karya
Warli Haryana, Wahyu Tohjali - Tohjali's Revelation, Hybrid: Manual
& Digital on Canvas |
Warli Haryana (Dosen Seni Rupa UPI) & Jo Cowtree (Praktisi Seni NYC USA) Sukses Gelar Pameran Seni Rupa di New York City USA
Tuesday, December 3, 2024
Rektor ISBI Retno Dwimawarwati Bersama Abah Alam, Kang Oca, Dan Para Inohong Sunda Lainnya (Foto Istimewa) |
Hadir dalam kesempatan tersebut Rektor ISBI Dr. Retno Dwi Marwati, S.Sen., M.Hum, yang menyambut baik acara edukasi buat para mahasiswa ISBI Bandung ini. Terutama untuk lebih mikawanoh dan mempelajari lagi akan eksistensi pusaka warisan leluhur adiluhung yang jadi simbol urang Sunda tersebut. Untuk itu Retno berharap mahasiswa/generasi muda agar bisa lebih mengenal lagi Pusaka Kujang sebagai representasi budaya Sunda zaman kiwari.
Kang Aris (Paling Kanan), Kang Rifki Dengan Dipandu Agus Mulia Marbun, Tengah Membahas Kujang (Foto Istimewa) |
Rektor pun malam itu berkesempatan menyerahkan cenderamata kepada Kawargian Abah Alam, Aris Kurniawan, dan Abah Jajang pandai besi dari Ciwidey selaku Tokoh Penggiat Kujang, Penempa Kujang dan para Pejuang Kujang.
Setelah pemutaran film, acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif yang menghadirkan sejumlah pembicara yaitu, Aris Kurniawan, S.Sn., M.Sn (Akademisi, dan Budayawan) dan Abah Jajang yang diwakili oleh Rifki (Penempa Ciwidey).
Kang Aris, Sesuai Dengan Tesis, Kujang Bukan Senjata (Foto Iin Rizki) |
Diskusi ini mendapatkan antusiasme tinggi dari para peserta, baik dari kalangan mahasiswa, akademisi, maupun komunitas-komunitas Budaya yang hadir, terlebih Kang Aris sat itu menghadirkan Kujang yang berusia kurang lebih 500 tahun yang menjadikan diskusi ini menjadi lebih menarik.
Para pembicara membahas berbagai aspek Kujang, mulai dari sejarah Kujang, proses pembuatan Kujang, pembahasan Kujang dari segi perupaan dan tantangan pelestariannya di era modern. Kang Aris dalam diskusi mengatakan, bahwa Kujang bukan termasuk senjata tajam sesuai dengan tesis yang pernah dibuatnya tentang Kujang dan hal ini pun dikuatkan oleh Kang Oca (Ir. Roza Rahmadjasa Mintaredja, lembaga Adat Karaton Padjadjaran) sebagai saksi ahli dalam hal Kujang, serta Kang Kamal sebagai advokasi dalam pembelaan Kujang.
Inilah Kujang Berusia 500 Tahun Itu. (Foto Iin Rizki) |
Kata Presiden BEM ISBI Bandung, Tonny Gunawan (Ken Kusumah), Film Dokumenter Kujang menggambarkan perjalanan Kujang sebagai simbol kebesaran budaya Sunda, dan proses pembuatan kujang oleh penempa, serta relevansinya dalam kehidupan modern. Dokumenter ini menyuguhkan wawancara dengan para pakar budaya, praktisi tradisional, dan akademisi, sehingga memberikan wawasan yang mendalam bagi para peserta. Dan film Dokumenter tentang Kujang karya BEM ISBI Bandung ini kedepannya mau di daftarkan ke HAKI (Hak Kekayaan Intelektual).
Tonny pun mengajak generasi muda untuk lebih mengenal dan mencintai warisan budaya Sunda, Kujang merupakan simbol kebijaksanaan, keberanian, dan identitas masyarakat Sunda. Harapannya, acara ini dapat menjadi langkah kecil untuk melestarikan Kebudayaan lokal.
BEM ISBI Bersama Para Ahli Kujang (Foto Istimewa) |
“Acara ‘Ngaguar Budaya’ menjadi bukti nyata komitmen BEM ISBI Bandung dalam menghidupkan nilai-nilai budaya lokal dan menjalin hubungan dengan komunitas-komunitas Budaya khususnya di Jawa Barat. Dengan suksesnya acara ini, diharapkan semakin banyak kegiatan serupa yang dapat dilakukan untuk mempererat hubungan antara generasi muda dan budaya tradisional,” demikian pungkas Tonny.
Acara juga diramaikan dengan suguhan Tari Keurseus, Tari Kujang, fasion show, pertunjukan Bambu Gila, dan Tarawangsa sebagai penutup acara. (Rls/Asep GP)***
BEM ISBI Bandung Gelar Acara Ngaguar Budaya Tentang Kujang
Tuesday, November 26, 2024
Penampilan Tarian Dari Sekolah Seni Johor Malaysia (Asep GP) |
Pada hari pertama, festival dibuka dengan "Tari Rampak Kendang" persembahan ISBI Bandung yang merupakan salah satu karya tari yang dikemas melalui inspirasi alat musik ritmis tradisional yaitu Kendang.
Pada festival ini ISBI Bandung menampilkan 3 karya seni lainnya, yaitu: 1. Tari "Joged Runggien", oleh Jurusan Seni Tari (23/11/2024). Tarian ini menggambarkan penari Ronggeng yang sedang menghibur para penggemarnya yang terpatri dalam suasana gembira, semangat, dan ceria; 2. Musik "Tatabeuhan dina Karawitan Sunda" oleh Jurusan Seni Karawitan (24/11/2024). Tatabeuhan dina Karawitan Sunda adalah bermain musik di lingkup Karawitan Sunda sebagai pengungkapan ekspresi musikal dengan berbagai estetika yang ada dalam Karawitan Sunda. Aspek musik karawitan Sunda yang diangkat yakni berkaitan dengan aspek karawitan mandiri dan fungsional. Kedua aspek tersebut merupakan kaidah penting untuk mengungkapkan makna estetik dalam karawitan Sunda; 3. Monolog "Balada Sumarah" karya Tentrem Lestari, oleh Jurusan Seni Teater ISBI Bandung (24/11/2024) yang berkisah tentang perjuangan seorang perempuan bernama Sumarah yang harus menghadapi diskriminasi, perlakuan keji dan ketidakadilan.
Ini Juga Dari Sekolah Seni Johor Malaysia (Asep GP) |
Sedangkan dari negara tetangga yang hadir pada festival ini mempersembahan karya unggulan mereka masing-masing, yakni: 1. Tari Sekolah Seni Malaysia Johor - Tarian Inang ya Maulay - Joged Kasih Si Die ; 2. Gerak Teater Johor Malaysia "Manusia Raja" karya asal oleh Dudok, olahan dan arahan Azmi Senjakala. Manusia Raja ini menceritakan sosok Alif, seorang laki-laki yang menghadapi pergolakan hidup akibat pengaruh Hamsa. Hamsa yang selalu membisikkan hasutan jahat, mempengaruhi Alif untuk menetak sahabat baiknya yaitu Shazali setelah mengetahui bahwa kawan baiknya menusuknya dari belakang, dan; 3. Musik Singapura karya Saleh Buang.
Pada hari ketiga, diselenggarakan Diskusi dan Workshop kolaborasi 4 Negara yang diikuti oleh mahasiswa Jurusan Seni Tari, Seni Karawitan, Seni Teater, dan Seni Rupa. Materi Seni Tari dan Musik akan disampaikan oleh Saleh Buang (Singapura), materi Seni Rupa oleh Lutfa Mahmuda (Bangladesh), sedangkan materi seni Teater akan dipaparkan oleh Dr. Alfian Siagian (Indonesia), Dr. Andika Aziz dan Bung Kacil (Malaysia).
Para Pengiring Pun Ikut Menari (Asep GP) |
Pada Malam Penutupan festival, para tamu undangan akan dihibur dengan suguhan Kolaborasi Teater yang berjudul "Haji Bakhil" karya L'Avare oleh Moliere, digubah oleh ST. Iskandar, kemudian diadaptasi oleh Pedro Sarjono, dan diadaptasi kembali oleh Salim Emde Punjabi, yang diolah oleh Persatuan Sanggar Mancasari, Malaysia.
Haji Bakhil ini merupakan adaptasi dari komedi klasik L’Avare karya Molière, kemudian tokoh tersebut diadaptasi menjadi tokoh cerita bernama Haji Zainal. Cerita mengisahkan Haji zainal. Seorang lelaki tua kaya raya namun sangat pelit. Haji Zainal begitu terobsesi dengan hartanya sehingga seluruh hidupnya didedikasikan untuk menimbun kekayaan, bahkan rela mengorbankan kebahagiaan keluarganya.
Tari Joged Runggien Wakil Dari ISBI Bandung (Asep GP) |
Konflik utama muncul ketika Haji Zainal memutuskan untuk menikahi seorang gadis muda bernama Anna (Maryam), tanpa menyadari bahwa putranya sendiri Nadim (Hasan) juga mencintai gadis tersebut. Sementara itu, putrinya Haji Zainal bernama Nisa, ingin menikah dengan kekasihnya bernama Maslan, tetapi Haji Bakhil menolak karena pernikahan anak-anaknya akan membuat pengeluaran biaya, yang tidak disukainya.
Kisah semakin rumit, konflik semakin memuncak ketika sebuah peti berisi uang emas milik Haji Zainal hilang. Kecurigaannya yang berlebihan membuatnya menuduh semua orang di sekitarnya, termasuk pelayan setianya. Sementara itu, Maslan dan Nisa merencanakan cara untuk melawan keputusan ayah mereka yang keras kepala.
Wajah-Wajah Cantik Para Penari Joged Runggien Dari Prodi Seni Tari ISBI Semester 3 (Asep GP) |
Dengan gaya satir yang jenaka, Haji Zainal (Bakhil) menggambarkan betapa keserakahan dan obsesi terhadap uang dapat menghancurkan hubungan keluarga dan mengasingkan seseorang dari kebahagiaan sejati. Molière dengan cerdas mengeksplorasi tema keinginan, cinta, dan ironi kehidupan dalam lakon ini, membawa pesan moral yang relevan hingga masa kini.
Tentu saja dengan kembalinya menjadi Tuan Rumah Pesta Seni - Budaya ASEAN ini, Rektor ISBI Bandung Retno Dwimarwati sangat senang dan bangga. Pesta Budaya Asia Tenggara didirikan pada tahun 2023 di ISBI Bandung. Komunitas tersebut merupakan kolaborasi orang-orang yang peduli dengan seni pertunjukan di Asia Tenggara untuk bekerja sama dan berbagi pengalaman. “Kami mengadakan acara tahunan seperti seni pertunjukan, workshop, pameran dan kerjasama,“ jelas Retno.
Berjoget Berjapin Bersama (Asep GP) |
Pertukaran budaya dan pengetahuan antara lembaga pendidikan seni dan komunitas, menurutnya sangat penting dalam mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang seni dan menciptakan jaringan kolaborasi yang kuat. ISBI Bandung sangat menghargai kesempatan untuk berbagi pengalaman, ide, wawasan dan inspirasi dengan teman-teman dari Delegasi ASEAN.
Retno merasa yakin, acara ini akan menjadi momen yang bermakna bagi semua pihak yang terlibat. Dalam suasana yang penuh semangat ini, Retno pun mengajak semua peserta dari Negara ASEAN ini untuk terus menjalin hubungan yang erat, bertukar pikiran, dan membangun kerja sama yang saling menguntungkan. Dengan demikian, dapat bersama-sama menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih dinamis di bidang seni dan budaya.
Rektor ISBI Bandung (Baju Hitam Biru) Bersama Prof. Een Herdiani Bersama Perwakilan Delegasi Seni Asean (Asep GP) |
“Terima kasih atas partisipasi Tamu-tamu terhormat dari Asia Tenggara, delegasi ASEAN, Mahmuda Akter Lutfa dari Dhaca University, rekan saya bung Kancil, Saleh Buang dari Singapure, Widi Dwinda, S.I.Kom, Anwar Zulkifli, S. H (Pisang anwar) dari Malaysia, Erli Norafiza Abu Hafiz (Bu Cura), Dr Andika Aziz Hussen, Haliza Binti Mohd Rashidi dari Johor Malaysian Art School, Dr. Febri Yulika dari Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang. Saya yakin kerjasama antara ISBI Bandung dan Pesta Budaya Asia Tenggara akan memberikan manfaat yang besar bagi seluruh peserta. Semoga kerjasama Pesta Budaya Asia Tenggara yang ke-2 ini dapat terus berlanjut dan produktif di masa mendatang,“ demikian pungkas Bu Rektor.
Sementara itu Cikgu Paris dari Sekolah Seni Johor Malaysia yang yang ditemui wartawan dalam pementasan hari pertama (23/11/2024), mengaku sangat senang dan bangga serta berterima kasih pada ISBI Bandung kareana dapat ikut serta dalam acara ini, dan dia berharap perhelatan seni budaya Asean ini harus diteruskan, bisa setahun sekali digelar dan bukan hanya se-Asean tapi diikuti oleh seluruh dunia.
Demikian juga dengan Haliza Binti Mohd Rashidi, Ketua Pasukan Tim Kesenian Sekolah Seni Johor Malaysia yang juga saat itu ikut turun menari bersama para Pengiring lainnya, sangat senang dan terharu sebab diberi kesempatan untuk bergabung dalam kegiatan seni budaya Asean ini, karena sebelumnya belum pernah tampil di acara seperti ini. ”Saya sangat sukahati sebab oleh pemerintah Indonesia diberi platfoarm seperti ini, untuk bergabung di Pesta Seni Budaya Negara Asean, sebelumnya tidak ada yang begini, jadi sangat suka hati, kami terharu dengan semua acara yang digelar oleh ISBI Bandung,“ katanya.
Cikgu Paris Bersama Haliza Mohd Rashidi Merasa Suka Hati Dan Haru Diundang Di Pesta Seni Budaya Asean 2024 Di ISBI Bandung (Asep GP) |
Keharuan dan kebahagian keduanya pun kian bertambah karena mereka mengaku ditawari kuliah melalui program beasiswa di ISBI Bandung. Dalam acara tersebut Sekolah Seni Johor Malaysia yang punya 4 prodi/jurusan, musik, tari, visual dan teater ini, membawa 21 orang rombongan terdiri dari guru (Cikgu), pelajar dan pengiring. (Asep GP)***
Festival Seni Budaya Asean 2024 Sukses Digelar ISBI Bandung
Saturday, November 23, 2024
Ganjar Kurnia (baju putih) bersama Burhanuddin Abdullah (berpeci). Ade Sopandi dan Dindin S. Maolani (ujung kiri) |
Ketua Panata Gawe Andri Kantaprawira bersama Nina K. Hikmawati (Foto Asep GP) |