Home
» Seni Budaya
» Workshop Melukis Berbahan Cangkang Telur dan Kantong Keresek bersama Teguh Dwiyono
Monday, May 26, 2025
![]() |
Teguh Dwiyono Ketika Berpameran di Galeri Nayanika (Foto Istimewa) |
Ia berharap dengan mengajar beberapa orang akan berekesinambungan melahirkan pelukis dan mentor-mentor duta-duta lingkungan hidup, merawat lingkungan dari sampah-sampah plastik yang baru bisa terurai 100 tahun lebih.
Sebagaimana kita tahu Pelukis media limbah kulit telur dan sampah plastik Teguh J. Dwiyono, memerkan karya spektakulernya di Nayanika Art Gallery. Pameran dan Workshop bertajuk “Sisa Menjadi Cipta” ini berlangsung dari 23 – 25 Mei 2025 di Ali Joy Coffee – Jl. Nanas No.12, Cihapit, Kota Bandung.
Sesuai dengan temanya, “Sisa menjadi Cipta”, karya Pak Dwi ini memang terbuat dari bahan limbah dapur cangkang telur, kantong plastik keresek dan styrofoam, kemudian dengan skill seninya terciptalah karya bernilai seni yang tinggi, serta mengandung pesan lingkungan dan filosofi kehidupan.
![]() |
Teguh Dwiyono (Duduk, Kedua dari Kiri ) Bersama Para Pengunjung, Sponsor dan Panitia Pameran (Foto Asep GP) |
Tak heran kalau karyanya yang bernapaskan lingkungan hidup itu dapat pengahargaan Rekor Muri (2005) dan sering dipamerkan di Jerman, Prancis, Singapura dan Brunei Darusallam. Malahan pada tahun 2000, kebanjiran pesanan dari Amerika Serikat, Inggris dan Bahrain. Bahkan pernah mengekspor karyanya satu kontainer penuh ke luar negeri. Dwi juga menjadi seniman satu-satunya yang berpameran di Jerman dengan lukisan berbahan cangkang telurnya yang unik.
Pak Dwi dalam berkarya, menggunakan cangkang telur ayam negeri, ayam kampung, telur bebek dan telur puyuh untuk menciptakan mosaik dan abstrak. Hebatnya Ia bisa mengeksplorasi lebih dari 40 warna alami dari cangkang telur yang diolah menjadi material tahan cuaca serta awet.
Dalam usianya yang sudah 70 tahun, seniman kelahiran Magetan Jawa Timur ini, tiada lelah terus bergerak ke seluruh Nusantara dan Mancanegara berpameran sambil kampanye lingkungan hidup.
Dwiyono juga membuka kelas seni gratis untuk masyarakat, dibiayai dari penjualan lukisannya. Ia mengajarkan teknik daur ulang limbah sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
![]() |
Sedang Mengajar Peserta Workshop (Foto Asep GP) |
Ia berharap dengan mengajar beberapa orang akan berekesinambungan melahirkan pelukis dan mentor-mentor duta-duta lingkungan hidup, merawat lingkungan dari sampah-sampah plastik yang baru bisa terurai 100 tahun lebih.
Pada tahun 1998 ketika Krisis Moneter, ia pernah merekrut 32 karyawan yang kena PHK, melatih mereka membuat karya dari cangkang telur yang bernilai jual tinggi.
Nah di Galeri Seni Nayanika, pada hari kedua pameran, Pak Dwi juga mengadakan workshop. Pesertanya terlihat mulai dari anak TK/PAUD, SD, SMP, SMA, mahasiswa, hingga ibu-ibu rumah tangga pun ada.
![]() |
Dari Mulai Anak SD Hingga Ibu Rumah Tangga pun Turut Serta (Foto Asep GP) |
Workshop yang difasilitasi Maestro kita Teguh Dwiyono ini mencoba membuat bahwa kesadaraan berkelanjutan itu tidak hanya berhenti pada karya berbahan daur ulang, tapi juga mampu menelurkan idealisme kepada generasi berikutnya, melalui aspirasi seni yang dalam hal ini melukis dengan bahan limbah dari plastik bekas, kulit telur, menjadi karya seni bernilai tinggi.
“Harapan kita, semoga kegiatan ini akan menimbulkan inspirasi dan juga membuat aspirasi generasi berikutnya lebih peduli llingkungan dan berkontribusi kepada lingkungan secara positif,“ demikian kata founder Nayanika Art Gallery, Antonius Alijoyo, kepada wartawan.
Generasi Nayanika ini kata Kang Anton, mengakomodir hal itu dan semoga gaungnya bersambut. Anton juga memastikan acara ini tidak akan berhenti pada hari ini saja, ke depan pihaknya akan mengadakan beberapa workshop lagi bahkan selain itu akan diadakan perlombaan melukis antara alumni Pak Dwi (peserta workshop) dan tempatnya akan ditentukan selanjutnya. Tapi Ali Joy, kata Kang Anton, akan terus mendukung, menjadi salah satu sponsor bergandengan tangan dengan pihak sponsor lainnya, seperti dalam kegiatan ini bergandengan tangan dengan pihak Jasa Raharja.
![]() |
Berharap Kelak Anak-anak Berjiwa Seni dan Menjadi Duta Lingkungan (Foto Asep GP) |
Dalam pameran dan workshop ini memang terlihat hadir dari pihak Jasa Raharja Yulia Dyah Anggraeni (Plt. Kasubag Keuangan Akuntansi & TJSL Jasa Raharja Kanwil Jawa Barat) dan Agus Subrata (Direktur Keuangan Jamkrida), hadir juga Dany Java Jive, Muhammad Ridlo Eisy beserta istri, serta masyarakat seni Bandung lainnya, termasuk pelajar dan mahasiswa.
“Semoga workshop Pak Dwi yang ketiga kalinya ini diridhoi Yang Maha Kuasa, hingga hal baik ini bisa terefleksi dengan baik dan ada manfaatnya buat semua,“ harap Kang Anton.
Usai mengikuti workshop salah seorang peserta, ibu rumah tangga, Tuti Yulianti, mengungkapkan rasa gembiranya kepada wartawan, karena bisa ikut belajar membuat karya lukis dari kantong plastik bekas.
![]() |
Tuti Yulianti Pemilik Roemah Tafira Handycraft pun Turut Serta (Foto Asep GP) |
Kebetulan ternyata Tuti adalah pemilik “Roemah Tafira Handycraft” dan Pegiat UMKM Kota Bandung, punya misi yang sama menjadikan sesuatu yang terlihat tidak berguna jadi karya yang berharga. Tuti kerap menciptakan aneka pajangan dan benda-seni laninnya dari limbah rumah tangga.
“Alhamdulillah bisa ikut dengan Nayanika untuk workshop hari ini, kebetulan background saya juga pengrajin daur ulang, jadi sangat bermanfaat. Jadi setelah pelatihan singkat ini, saya harap bisa mengajarkannya lagi ke anak-anak dan ibu-ibu agar tidak membuang keresek bekas, karena bisa kita olah dan menghasilkan karya yang berkelas. Jadi ke depan saya akan ikut lagi kalau ada pelatihan seperti ini,“ katanya serius.
“Menurut saya workshop ini betul-betul bermanfaat, ternyata kantong keresek yang numpuk di rumah bekas belanjaan itu bisa dimanfaatkan jadi barang yang berguna. Kita kan sering dibuat pusing dengan kantong keresek bekas ini, mau dibuang sembarangan takut berbahaya bagi lingkungan, dibiarkan di rumah jadi tumpukan sampah. Tapi Sekarang aku jadi semangat untuk mengumpulkannya, karena bisa dibuat jadi karya seni yang menarik. Makanya lukisan ini aku beri judul “Hatiku Berbunga-Bunga”, kata Prima Dewi, Alumni Hubungan Internasional Fisip Unpad ’89 , yang juga sebagai Duta Galeri Nayanika.
![]() |
Prima Dewi, Duta Galeri Nayanika, Kantong Keresek di Rumahku Bisa Dijadikan Karya Berharga (Foto Asep GP) |
Demikian juga Putri (siswa kelas 5A, SDN 154 Citepus Bandung) dan Kinanti (Paud Laskar Pelangi 08 Bandung), sangat bersemangat mengikuti workshop ini. “Soalnya bisa manfaatin kantong keresek jadi karya seni, dan mulai hari ini aku akan bilang ke teman-teman jangan buang kantong keresek dan kulit telur sisa mamanya masak, buat aku aja, kita jadikan lukisan yang bagus,” kata kakak beradik ini, sambil memperlihatkan karyanya hasil bimbingan Pak Dwi.
Tapi bagaimana hasilnya karya mereka menurut Pak Dwi, “Baru pertama kali aja mereka sudah luar biasa. Jadi sebenarnya ini baru teknik awal masih banyak teknik lainnya yang bisa menyempurnakan hasil karya itu. Tapi paling tidak anak-anak tadi dalam menuangkan idenya itu luar biasa, mereka mau belajar sejak dini dan memang harus diperkenalkan sama orang tuanya agar mencintai lingkungan sejak dini,“ tegas Dwi.
![]() |
Antonius Alijoyo, Founder Galeri Seni Nayanika, Berharap Kegiatan Ini Jadi Inspirasi dan Aspirasi Generasi Berikutnya (Foto Asep GP) |
“Biar mereka tahu bahayanya pencemaran limbah plastik. Dan ini akan menginspirasi ingatan anak-anak ke depannya. Mungkin nanti kalau sudah SMA mereka akan teringat pernah membuat karya dari bahan plastik bekas. Dan harapan saya anak-anak ini nantinya akan menjadi duta-duta lingkungan, minimal di lingkungan keluarganya, dia akan mengkampanyekan merawat lingkungan hidup ke adiknya, ke kakak dan ke temennya. Itu sudah jadi duta lingkungan yang luar biasa. Kalau semua jadi duta lingkungan, wah luar biasa lagi. Dengan hanya menyampaikan, .. Hei jangan buang sampah plastik ya mending kita buat sesuatu.., itu aja sdh cukup,“ pungkas Dwi.
![]() |
Para Peserta Workshop dan Hasil Karyanya (Foto Asep GP) |
Ya tujuan pameran dan workshop atau pelatihan singkat ini memang yang pertama, kita ingin mengedukasi bahaya limbah plastik yang tidak terurai tanah dengan mudah, dan kita mencoba untuk mencintai bumi untuk generasi selanjutnya, kalau sekarang kita rusak kasihan generasi selanjutnya. “Nah makanya plastik jangan dibuang, kalau bisa jadi karya, dia akan punya nilai ekonomi. Selain itu kita bisa menghias rumah kita dengan karya sendiri, tidak usah beli,“ demikian kata Patrecia Erianti yang selalau setia mendampingi suaminya, Teguh J. Dwiyono kemana pun pergi berpameran, workshop, dan mengkampanyekan lingkungan hidup. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
May 26, 2025
CB Blogger
IndonesiaWorkshop Melukis Berbahan Cangkang Telur dan Kantong Keresek bersama Teguh Dwiyono
Posted by
Tatarjabar.com on Monday, May 26, 2025
![]() |
Teguh Dwiyono Ketika Berpameran di Galeri Nayanika (Foto Istimewa) |
Ia berharap dengan mengajar beberapa orang akan berekesinambungan melahirkan pelukis dan mentor-mentor duta-duta lingkungan hidup, merawat lingkungan dari sampah-sampah plastik yang baru bisa terurai 100 tahun lebih.
Sebagaimana kita tahu Pelukis media limbah kulit telur dan sampah plastik Teguh J. Dwiyono, memerkan karya spektakulernya di Nayanika Art Gallery. Pameran dan Workshop bertajuk “Sisa Menjadi Cipta” ini berlangsung dari 23 – 25 Mei 2025 di Ali Joy Coffee – Jl. Nanas No.12, Cihapit, Kota Bandung.
Sesuai dengan temanya, “Sisa menjadi Cipta”, karya Pak Dwi ini memang terbuat dari bahan limbah dapur cangkang telur, kantong plastik keresek dan styrofoam, kemudian dengan skill seninya terciptalah karya bernilai seni yang tinggi, serta mengandung pesan lingkungan dan filosofi kehidupan.
![]() |
Teguh Dwiyono (Duduk, Kedua dari Kiri ) Bersama Para Pengunjung, Sponsor dan Panitia Pameran (Foto Asep GP) |
Tak heran kalau karyanya yang bernapaskan lingkungan hidup itu dapat pengahargaan Rekor Muri (2005) dan sering dipamerkan di Jerman, Prancis, Singapura dan Brunei Darusallam. Malahan pada tahun 2000, kebanjiran pesanan dari Amerika Serikat, Inggris dan Bahrain. Bahkan pernah mengekspor karyanya satu kontainer penuh ke luar negeri. Dwi juga menjadi seniman satu-satunya yang berpameran di Jerman dengan lukisan berbahan cangkang telurnya yang unik.
Pak Dwi dalam berkarya, menggunakan cangkang telur ayam negeri, ayam kampung, telur bebek dan telur puyuh untuk menciptakan mosaik dan abstrak. Hebatnya Ia bisa mengeksplorasi lebih dari 40 warna alami dari cangkang telur yang diolah menjadi material tahan cuaca serta awet.
Dalam usianya yang sudah 70 tahun, seniman kelahiran Magetan Jawa Timur ini, tiada lelah terus bergerak ke seluruh Nusantara dan Mancanegara berpameran sambil kampanye lingkungan hidup.
Dwiyono juga membuka kelas seni gratis untuk masyarakat, dibiayai dari penjualan lukisannya. Ia mengajarkan teknik daur ulang limbah sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
![]() |
Sedang Mengajar Peserta Workshop (Foto Asep GP) |
Ia berharap dengan mengajar beberapa orang akan berekesinambungan melahirkan pelukis dan mentor-mentor duta-duta lingkungan hidup, merawat lingkungan dari sampah-sampah plastik yang baru bisa terurai 100 tahun lebih.
Pada tahun 1998 ketika Krisis Moneter, ia pernah merekrut 32 karyawan yang kena PHK, melatih mereka membuat karya dari cangkang telur yang bernilai jual tinggi.
Nah di Galeri Seni Nayanika, pada hari kedua pameran, Pak Dwi juga mengadakan workshop. Pesertanya terlihat mulai dari anak TK/PAUD, SD, SMP, SMA, mahasiswa, hingga ibu-ibu rumah tangga pun ada.
![]() |
Dari Mulai Anak SD Hingga Ibu Rumah Tangga pun Turut Serta (Foto Asep GP) |
Workshop yang difasilitasi Maestro kita Teguh Dwiyono ini mencoba membuat bahwa kesadaraan berkelanjutan itu tidak hanya berhenti pada karya berbahan daur ulang, tapi juga mampu menelurkan idealisme kepada generasi berikutnya, melalui aspirasi seni yang dalam hal ini melukis dengan bahan limbah dari plastik bekas, kulit telur, menjadi karya seni bernilai tinggi.
“Harapan kita, semoga kegiatan ini akan menimbulkan inspirasi dan juga membuat aspirasi generasi berikutnya lebih peduli llingkungan dan berkontribusi kepada lingkungan secara positif,“ demikian kata founder Nayanika Art Gallery, Antonius Alijoyo, kepada wartawan.
Generasi Nayanika ini kata Kang Anton, mengakomodir hal itu dan semoga gaungnya bersambut. Anton juga memastikan acara ini tidak akan berhenti pada hari ini saja, ke depan pihaknya akan mengadakan beberapa workshop lagi bahkan selain itu akan diadakan perlombaan melukis antara alumni Pak Dwi (peserta workshop) dan tempatnya akan ditentukan selanjutnya. Tapi Ali Joy, kata Kang Anton, akan terus mendukung, menjadi salah satu sponsor bergandengan tangan dengan pihak sponsor lainnya, seperti dalam kegiatan ini bergandengan tangan dengan pihak Jasa Raharja.
![]() |
Berharap Kelak Anak-anak Berjiwa Seni dan Menjadi Duta Lingkungan (Foto Asep GP) |
Dalam pameran dan workshop ini memang terlihat hadir dari pihak Jasa Raharja Yulia Dyah Anggraeni (Plt. Kasubag Keuangan Akuntansi & TJSL Jasa Raharja Kanwil Jawa Barat) dan Agus Subrata (Direktur Keuangan Jamkrida), hadir juga Dany Java Jive, Muhammad Ridlo Eisy beserta istri, serta masyarakat seni Bandung lainnya, termasuk pelajar dan mahasiswa.
“Semoga workshop Pak Dwi yang ketiga kalinya ini diridhoi Yang Maha Kuasa, hingga hal baik ini bisa terefleksi dengan baik dan ada manfaatnya buat semua,“ harap Kang Anton.
Usai mengikuti workshop salah seorang peserta, ibu rumah tangga, Tuti Yulianti, mengungkapkan rasa gembiranya kepada wartawan, karena bisa ikut belajar membuat karya lukis dari kantong plastik bekas.
![]() |
Tuti Yulianti Pemilik Roemah Tafira Handycraft pun Turut Serta (Foto Asep GP) |
Kebetulan ternyata Tuti adalah pemilik “Roemah Tafira Handycraft” dan Pegiat UMKM Kota Bandung, punya misi yang sama menjadikan sesuatu yang terlihat tidak berguna jadi karya yang berharga. Tuti kerap menciptakan aneka pajangan dan benda-seni laninnya dari limbah rumah tangga.
“Alhamdulillah bisa ikut dengan Nayanika untuk workshop hari ini, kebetulan background saya juga pengrajin daur ulang, jadi sangat bermanfaat. Jadi setelah pelatihan singkat ini, saya harap bisa mengajarkannya lagi ke anak-anak dan ibu-ibu agar tidak membuang keresek bekas, karena bisa kita olah dan menghasilkan karya yang berkelas. Jadi ke depan saya akan ikut lagi kalau ada pelatihan seperti ini,“ katanya serius.
“Menurut saya workshop ini betul-betul bermanfaat, ternyata kantong keresek yang numpuk di rumah bekas belanjaan itu bisa dimanfaatkan jadi barang yang berguna. Kita kan sering dibuat pusing dengan kantong keresek bekas ini, mau dibuang sembarangan takut berbahaya bagi lingkungan, dibiarkan di rumah jadi tumpukan sampah. Tapi Sekarang aku jadi semangat untuk mengumpulkannya, karena bisa dibuat jadi karya seni yang menarik. Makanya lukisan ini aku beri judul “Hatiku Berbunga-Bunga”, kata Prima Dewi, Alumni Hubungan Internasional Fisip Unpad ’89 , yang juga sebagai Duta Galeri Nayanika.
![]() |
Prima Dewi, Duta Galeri Nayanika, Kantong Keresek di Rumahku Bisa Dijadikan Karya Berharga (Foto Asep GP) |
Demikian juga Putri (siswa kelas 5A, SDN 154 Citepus Bandung) dan Kinanti (Paud Laskar Pelangi 08 Bandung), sangat bersemangat mengikuti workshop ini. “Soalnya bisa manfaatin kantong keresek jadi karya seni, dan mulai hari ini aku akan bilang ke teman-teman jangan buang kantong keresek dan kulit telur sisa mamanya masak, buat aku aja, kita jadikan lukisan yang bagus,” kata kakak beradik ini, sambil memperlihatkan karyanya hasil bimbingan Pak Dwi.
Tapi bagaimana hasilnya karya mereka menurut Pak Dwi, “Baru pertama kali aja mereka sudah luar biasa. Jadi sebenarnya ini baru teknik awal masih banyak teknik lainnya yang bisa menyempurnakan hasil karya itu. Tapi paling tidak anak-anak tadi dalam menuangkan idenya itu luar biasa, mereka mau belajar sejak dini dan memang harus diperkenalkan sama orang tuanya agar mencintai lingkungan sejak dini,“ tegas Dwi.
![]() |
Antonius Alijoyo, Founder Galeri Seni Nayanika, Berharap Kegiatan Ini Jadi Inspirasi dan Aspirasi Generasi Berikutnya (Foto Asep GP) |
“Biar mereka tahu bahayanya pencemaran limbah plastik. Dan ini akan menginspirasi ingatan anak-anak ke depannya. Mungkin nanti kalau sudah SMA mereka akan teringat pernah membuat karya dari bahan plastik bekas. Dan harapan saya anak-anak ini nantinya akan menjadi duta-duta lingkungan, minimal di lingkungan keluarganya, dia akan mengkampanyekan merawat lingkungan hidup ke adiknya, ke kakak dan ke temennya. Itu sudah jadi duta lingkungan yang luar biasa. Kalau semua jadi duta lingkungan, wah luar biasa lagi. Dengan hanya menyampaikan, .. Hei jangan buang sampah plastik ya mending kita buat sesuatu.., itu aja sdh cukup,“ pungkas Dwi.
![]() |
Para Peserta Workshop dan Hasil Karyanya (Foto Asep GP) |
Ya tujuan pameran dan workshop atau pelatihan singkat ini memang yang pertama, kita ingin mengedukasi bahaya limbah plastik yang tidak terurai tanah dengan mudah, dan kita mencoba untuk mencintai bumi untuk generasi selanjutnya, kalau sekarang kita rusak kasihan generasi selanjutnya. “Nah makanya plastik jangan dibuang, kalau bisa jadi karya, dia akan punya nilai ekonomi. Selain itu kita bisa menghias rumah kita dengan karya sendiri, tidak usah beli,“ demikian kata Patrecia Erianti yang selalau setia mendampingi suaminya, Teguh J. Dwiyono kemana pun pergi berpameran, workshop, dan mengkampanyekan lingkungan hidup. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment