Thursday, May 1, 2025
![]() |
Fadli Zon, Peradaban Indonesia Tertua di Dunia (Foto Asep GP) |
Banyak hal penting untuk disimak dalam Orasi Budaya Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon di acara Peluncuran aplikasi Gapura.org (Gala Pustaka Nusantara) di Perpustakaan Ajip Rosidi, Lt.3 Jl. Garut No. 2, Kota Bandung, Senin (28/4/2025).
Diantaranya Fadli Zon dengan tegas mengatakan bahwa perdaban Indonesia paling tua di dunia. Hal ini berdasarkan penemuan fosil manusa purba Homo Erectus (Manusia berdiri tegak, jenis manusia yang sudah punah dari genus Homo, yang oleh ku pakar anatomi Belanda Eugene Dubois digambarkeun sebagai Pithecanthropus Erectus/Manusia Jawa, yang fosil kerangka kepala dan tulang pahanya ditemukan timnya di Trinil, Kedunggalar Ngawi tahun 1890).
Tapi Pak Menteri menyayangkan, kadang-kadang para arkeolog kita kurang percaya diri, bahwa peradaban kita tertua di dunia. ”Padahal diakui saja dulu, klaim dulu, sebab dasar klaimnya kuat, fosil-fosil manusia purba Homo Erectus - Pithecanthropus Erectus yang ada di seluruh planet bumi ini banyak ditemukan di Indonesia. Lebih dari 100 Homo Erectus - Phitecanthropus Erectus yang ada di dunia ini, 60% nya ditemukan di Indonesia, yaitu di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan NTT,” tandasnya.
Demikian juga di era Homo Sapien 10.000 tahun yang lalu, nenek moyang kita sudah bisa mengekpresikan seni sebagai bagian dari ritual mereka, dengan melukis, mewarnai dan memahat di gua-gua tempat tinggal mereka. Nah, karya-karya seni manusia purba yang berupa hewan, cap tangan, dsb, yang ada di gua-gua di Maros dan Pangkajene, Sulawesi Selatan, Sulawesi tengah, Kalimantan, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua Barat, menurut para ilmuwan merupakan lukisan tertua di dunia (51.200 taun), lebih tua dari yang ada di Perancis yang selama ini diklaim tertua di dunia.
“Jadi peradaban kita jelas paling tua di dunia, dan ini harus terus diungkap dalam rangka menemukan lagi identitas manusia Indonesia,” kata Fadli Zon serius.
Acara budaya yang diinisiasi Pusat Studi Sunda (PSS) bertajuk “Memajukan Budaya Indonesia, Merawat Pustaka Nusantara” ini, dihadiri oleh para pejabat daerah, diantaranya Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan dan Wakil Bupati Tasikmalaya Dicky Candra, Ketua Umum Paguyuban Pasundan, Prof. Didi Turmudzi, Prof. Ganjar Kurnia, serta para pejabat Jawa Barat lainnya, juga para tokoh, kaum akademisi, satrawan dan budayawan Sunda. Acara ini juga dalam rangka memperingati Konferensi Asia Afrika (KAA) yang ke-70.
![]() |
Pak Menteri Bersama Walikota Bandung dan Para Budayawan SertaTokoh Jawa Barat Bermain Angklung (Foto Asep GP) |
Selain punya peradaban yang sangat tua, Indonesia juga kaya budayanya. Kalau dibandingkan dengan negara-negara di dunia, tidak ada yang sehebat Indonesia kekayaan budayanya. ”Saya kebetulan sudah berkunjung ke lebih dari 100 Negara, tapi tidak ada yang lebih hebat (budayanya) dari Indonesia. Rata-rata homogen, ada juga yang heterogen tapi tidak seperti di kita. Coba saja dari mulai dari Aceh hingga ke Papua (dari Sabang sampai Merauke), ekspresi budaya kita sangat kaya dan beragam. Baik ekspresi budaya dari sisi manuskrif, ritus, ekspresi seni seperti seni pertunjukan, seni tari, musik, seni suara, seni tradisi, ini luar biasa! Tarian dan alat musik dari Jawa Barat aja sudah sedemikian banyaknya dan beragamnya,” ujarnya, bangga.
Nah, kata Pak Menteri, kekayaan yang luar biasa ini harus jadi Aset Nasional. Sebab aset nasional kita seringkali disamakan dengan hal-hal yang bersifat material. Malah jadi spesifik diterjemahkan sebagai Sumber Daya Alam (SDA) seperti mineral, batu bara, nikel, gas, dsb. Tapi kenapa budaya belum dijadikan aset nasional kita.
Padahal kata Fadli, aset nasional kita yang tidak akan ada habisnya, yang sustainable (berkelanjutan) itu adalah Budaya. Beda dengan negara lain yang lebih menghargai budaya dan peradaban, Budaya ditempatkan dalam etalase terdepan.
Oleh karenanya, Pak Menteri dimanapun berada selalu mengajak dan berpesan kepada semua orang termasuk kepada Walikota Bandung Muhammad Farhan yang juga saat itu hadir di Pepustakaan Ajip Rosidi, agar budaya jangan hanya jadi embel-embel, budaya itu harus ada di garis depan dan Pemajuan Kebudayaan ini harus kita jadikan kebijakan di tingkat proivinsi, kabupaten/kota, dsb.
Menteri Fadli Zon juga menerangkan, ada 469 museum diseluruh Indonesia, dan ada museum provinsi, museum kabupaten/kota yang dikelola swasta dan perorangan. Untuk mendukung hal ini, Kementerian Kebudayaan menyiapkan dana alokasi khusus dari mulai 1 miliyar, 1,5 miliyar, hingga 2 miliyar tergantung brand, jadi ada strandarisasi branding system untuk museum, sama halnya juga untuk taman-taman budaya.
“Dengan demikian, kita berharap museum dan taman budaya di setiap provinsi ini bisa berkembang dan bisa menjadi kantong-kantong budaya yang menciptakan ekosistemnya sendiri,” tegas Pak Menteri.
Pustaka Untuk Memperkuat Budaya Bangsa
Merujuk pada perkataan Bapak Pendidikan dan Budaya, Ki Hajar Dewantara, bahwa “Kebudayaan adalah hasil perjuangan manusia terhadap zaman dan alam sekitarnya yang membentuk kepribadian satu bangsa,” dalam hal ini Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan dan kebudayaan adalah dua sisi mata uang yang sama. Untuk membangun manusia Indonesia yang utuh kita perlu perlu memperkuat budaya bangsa sendiri, yang salah satu sumbernya tidak lain adalah teks kepustakaan.
Dan disinilah kata menteri, pentingnya kita mengawal dan mengaktualisasi khasanah pustaka nusantara, naskah, buku karya sastra lokal, kamus bahasa daerah, tasrik sejarah, dll. Dokumenter setiap suku bangsa semuanya merupakan rekaman jejak intelektual dan kebudayaan bangsa kita yang sayangnya tidak sedikit kekayaan kebudayaan tersebut yang nyaris terabaikan.
Dalam hal ini, “Kita memang punya satu platform yang kita usulkan termasuk naskah-naskah yang ada dalam prasasti Tarumaganara akan kita daftarakan sebagai Memory of the World (Ingatan Kolektif Dunia) ke Unesco, sebagaimana Surat-Surat Kartini, Surat Babad Diponegoro, dll. Semoga prasasti-prasasti termasuk dari Tarumanagara tahun depan bisa kita daftarkan,“ kata Menteri serius.
Selain itu, Kemeterian Kebudayaan juga punya komitmen pemajuan untuk bahasa dan literasi, meskipun badan bahasa saat ini masih berada di kebudayaan dan pendidikan. Tapi kita punya tim pekerja promosi sastra dan penguatan ekosistem sastra, sehingga tercipta ekosistem literasi. Termasuk juga menerjemahkan karya-karya sastra dari mulai yang klasik, juga mendanai dan mensponsori kegiatan yang terkait dengan pameran-literasi atau buku yang ada di luar negeri dengan skema kerjasama antara pemerintah dengan swasta, dsb.
![]() |
Rempeg (Foto Asep GP) |
Demikian halnya juga dengan kagiatan peluncuran platform Gapura.org, Pak Menteri sangat mendukung. Sebab semua ini merupakan inisiatif untuk pemajuan budaya Indonesia. Ya sebagaimana diketahui Gapura.org adalah untuk mendokumentasikan secara digital khazanah kebudayaan Indonesia yang kaya dan beragam yang kini banyak dimuat dalam buku, majalah, koran, hasil penelitian dan dokumen lainnya yang tersimpan dalam berbagai perpustakaan pribadi dan pemerintah.
“ Saya berharap kegiatan-kegiatan seperti silaturahmi dan obrolan bersama seniman–budayawan yang ada di kota ini bisa melahirkan kegiatan-kegiatan budaya, pemikiran-pemikiran budaya dan karya-karya, seperti yang sekarang banyak dihasilkan oleh beberapa organisasi termasuk Paguyuban Pasundan, seperti Ensiklopedi Sunda, Sastra Sunda, Media Berbahasa Sunda, termasuk perpustakaan punya Kang Ajip Rosidi ini, sangat penting karena banyak memuat khazanah Sastra Sunda. Tentu saja kami dari Kementerian Kebudayaan mendukung sekali inisiatif-inisiatif seperti ini, karena bisa jadi kantong-kantong budaya yang mendukung pemajuan kebudayaan,” tegas Menteri.
Disamping itu pihaknya juga kata Menteri, punya program yang ada kaitannya dengan sastra lisan, tradisi lisan dan manuskrip. Memang kalau hal merawat, konservasi ada di Arsip Nasional atau Perpustakaan Nasional. Tapi yang berhubungan dengan pemajuan, pemanfaatan dan diseminasi literasi pihak Kementerian Kebudayaan punya tim promosi kagiatan sastra dan naskah-naskah Nusantara. Cuntohnya, beberapa waktu yang lalu pihaknya sudah menerbitkan hasil dokumentasi dari berbagai artefak, manuskrip, mushaf Alquran atau aksara prasasti yang ada di nisan-nisan Kuno Aceh. Ada 2 volume yang belum lama ini diluncurkan dalam Pameran Misykat: “Cahaya Peradaban Islam Indonesia” di Museum Nasional.
![]() |
Wakil Walikota Tasikmalaya, Rd. Diky Chandra Negara pun Hadir Mendukung Acara (Foto Asep GP) |
“Ke depannya, Kementerian Kebudayaan akan mengkonservasi prasasti logam yang ditemukan di kita, begitu juga prasasti-prasasti dalam bentuk batu, nipah/lontar, dsb,“ demikian kata Menteri Kabudayaan Fadli Zon, pasti.
Hal ini juga termasuk pemugaran situs Gunung Padang yang diklaim oleh sebagian para ahli sebagai situs megalitikum tertua di dunia (perkiraan usianya antara 10.000 hingga 25.000 tahun Sebelum Masehi, lebih tua dari Piramida Giza Mesir).
Bangunan berupa punden berundak terbuat dari batu-batu besar yang unik dan misterius mengundang penasaran para peneliti ini terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dan dianggap sebagai Punden Berundak terbesar di Asia Tenggara.
“Ya, akan dipugar semaksimal mungkin sebagaimana Candi Borubudur dan Prambanan, akan dicoba dikembalikan seperti bentuk aslinya walau tidak 100 persen, karena kita tidak punya blueprint-nya, tapi yang terpenting bisa terawat dengan baik. Mudah-mudahan tahun 2025 ini bisa dilakukan pemugaran,“ pungkas Pak Menteri, Alumni Sastra Rusia Universitas Indonesia. (Asep GP - Anto Ramadhan)***
Fadli Zon: Peradaban Indonesia, Paling Tua di Dunia.
Posted by
Tatarjabar.com on Thursday, May 1, 2025
![]() |
Fadli Zon, Peradaban Indonesia Tertua di Dunia (Foto Asep GP) |
Banyak hal penting untuk disimak dalam Orasi Budaya Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon di acara Peluncuran aplikasi Gapura.org (Gala Pustaka Nusantara) di Perpustakaan Ajip Rosidi, Lt.3 Jl. Garut No. 2, Kota Bandung, Senin (28/4/2025).
Diantaranya Fadli Zon dengan tegas mengatakan bahwa perdaban Indonesia paling tua di dunia. Hal ini berdasarkan penemuan fosil manusa purba Homo Erectus (Manusia berdiri tegak, jenis manusia yang sudah punah dari genus Homo, yang oleh ku pakar anatomi Belanda Eugene Dubois digambarkeun sebagai Pithecanthropus Erectus/Manusia Jawa, yang fosil kerangka kepala dan tulang pahanya ditemukan timnya di Trinil, Kedunggalar Ngawi tahun 1890).
Tapi Pak Menteri menyayangkan, kadang-kadang para arkeolog kita kurang percaya diri, bahwa peradaban kita tertua di dunia. ”Padahal diakui saja dulu, klaim dulu, sebab dasar klaimnya kuat, fosil-fosil manusia purba Homo Erectus - Pithecanthropus Erectus yang ada di seluruh planet bumi ini banyak ditemukan di Indonesia. Lebih dari 100 Homo Erectus - Phitecanthropus Erectus yang ada di dunia ini, 60% nya ditemukan di Indonesia, yaitu di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan NTT,” tandasnya.
Demikian juga di era Homo Sapien 10.000 tahun yang lalu, nenek moyang kita sudah bisa mengekpresikan seni sebagai bagian dari ritual mereka, dengan melukis, mewarnai dan memahat di gua-gua tempat tinggal mereka. Nah, karya-karya seni manusia purba yang berupa hewan, cap tangan, dsb, yang ada di gua-gua di Maros dan Pangkajene, Sulawesi Selatan, Sulawesi tengah, Kalimantan, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua Barat, menurut para ilmuwan merupakan lukisan tertua di dunia (51.200 taun), lebih tua dari yang ada di Perancis yang selama ini diklaim tertua di dunia.
“Jadi peradaban kita jelas paling tua di dunia, dan ini harus terus diungkap dalam rangka menemukan lagi identitas manusia Indonesia,” kata Fadli Zon serius.
Acara budaya yang diinisiasi Pusat Studi Sunda (PSS) bertajuk “Memajukan Budaya Indonesia, Merawat Pustaka Nusantara” ini, dihadiri oleh para pejabat daerah, diantaranya Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan dan Wakil Bupati Tasikmalaya Dicky Candra, Ketua Umum Paguyuban Pasundan, Prof. Didi Turmudzi, Prof. Ganjar Kurnia, serta para pejabat Jawa Barat lainnya, juga para tokoh, kaum akademisi, satrawan dan budayawan Sunda. Acara ini juga dalam rangka memperingati Konferensi Asia Afrika (KAA) yang ke-70.
![]() |
Pak Menteri Bersama Walikota Bandung dan Para Budayawan SertaTokoh Jawa Barat Bermain Angklung (Foto Asep GP) |
Selain punya peradaban yang sangat tua, Indonesia juga kaya budayanya. Kalau dibandingkan dengan negara-negara di dunia, tidak ada yang sehebat Indonesia kekayaan budayanya. ”Saya kebetulan sudah berkunjung ke lebih dari 100 Negara, tapi tidak ada yang lebih hebat (budayanya) dari Indonesia. Rata-rata homogen, ada juga yang heterogen tapi tidak seperti di kita. Coba saja dari mulai dari Aceh hingga ke Papua (dari Sabang sampai Merauke), ekspresi budaya kita sangat kaya dan beragam. Baik ekspresi budaya dari sisi manuskrif, ritus, ekspresi seni seperti seni pertunjukan, seni tari, musik, seni suara, seni tradisi, ini luar biasa! Tarian dan alat musik dari Jawa Barat aja sudah sedemikian banyaknya dan beragamnya,” ujarnya, bangga.
Nah, kata Pak Menteri, kekayaan yang luar biasa ini harus jadi Aset Nasional. Sebab aset nasional kita seringkali disamakan dengan hal-hal yang bersifat material. Malah jadi spesifik diterjemahkan sebagai Sumber Daya Alam (SDA) seperti mineral, batu bara, nikel, gas, dsb. Tapi kenapa budaya belum dijadikan aset nasional kita.
Padahal kata Fadli, aset nasional kita yang tidak akan ada habisnya, yang sustainable (berkelanjutan) itu adalah Budaya. Beda dengan negara lain yang lebih menghargai budaya dan peradaban, Budaya ditempatkan dalam etalase terdepan.
Oleh karenanya, Pak Menteri dimanapun berada selalu mengajak dan berpesan kepada semua orang termasuk kepada Walikota Bandung Muhammad Farhan yang juga saat itu hadir di Pepustakaan Ajip Rosidi, agar budaya jangan hanya jadi embel-embel, budaya itu harus ada di garis depan dan Pemajuan Kebudayaan ini harus kita jadikan kebijakan di tingkat proivinsi, kabupaten/kota, dsb.
Menteri Fadli Zon juga menerangkan, ada 469 museum diseluruh Indonesia, dan ada museum provinsi, museum kabupaten/kota yang dikelola swasta dan perorangan. Untuk mendukung hal ini, Kementerian Kebudayaan menyiapkan dana alokasi khusus dari mulai 1 miliyar, 1,5 miliyar, hingga 2 miliyar tergantung brand, jadi ada strandarisasi branding system untuk museum, sama halnya juga untuk taman-taman budaya.
“Dengan demikian, kita berharap museum dan taman budaya di setiap provinsi ini bisa berkembang dan bisa menjadi kantong-kantong budaya yang menciptakan ekosistemnya sendiri,” tegas Pak Menteri.
Pustaka Untuk Memperkuat Budaya Bangsa
Merujuk pada perkataan Bapak Pendidikan dan Budaya, Ki Hajar Dewantara, bahwa “Kebudayaan adalah hasil perjuangan manusia terhadap zaman dan alam sekitarnya yang membentuk kepribadian satu bangsa,” dalam hal ini Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan dan kebudayaan adalah dua sisi mata uang yang sama. Untuk membangun manusia Indonesia yang utuh kita perlu perlu memperkuat budaya bangsa sendiri, yang salah satu sumbernya tidak lain adalah teks kepustakaan.
Dan disinilah kata menteri, pentingnya kita mengawal dan mengaktualisasi khasanah pustaka nusantara, naskah, buku karya sastra lokal, kamus bahasa daerah, tasrik sejarah, dll. Dokumenter setiap suku bangsa semuanya merupakan rekaman jejak intelektual dan kebudayaan bangsa kita yang sayangnya tidak sedikit kekayaan kebudayaan tersebut yang nyaris terabaikan.
Dalam hal ini, “Kita memang punya satu platform yang kita usulkan termasuk naskah-naskah yang ada dalam prasasti Tarumaganara akan kita daftarakan sebagai Memory of the World (Ingatan Kolektif Dunia) ke Unesco, sebagaimana Surat-Surat Kartini, Surat Babad Diponegoro, dll. Semoga prasasti-prasasti termasuk dari Tarumanagara tahun depan bisa kita daftarkan,“ kata Menteri serius.
Selain itu, Kemeterian Kebudayaan juga punya komitmen pemajuan untuk bahasa dan literasi, meskipun badan bahasa saat ini masih berada di kebudayaan dan pendidikan. Tapi kita punya tim pekerja promosi sastra dan penguatan ekosistem sastra, sehingga tercipta ekosistem literasi. Termasuk juga menerjemahkan karya-karya sastra dari mulai yang klasik, juga mendanai dan mensponsori kegiatan yang terkait dengan pameran-literasi atau buku yang ada di luar negeri dengan skema kerjasama antara pemerintah dengan swasta, dsb.
![]() |
Rempeg (Foto Asep GP) |
Demikian halnya juga dengan kagiatan peluncuran platform Gapura.org, Pak Menteri sangat mendukung. Sebab semua ini merupakan inisiatif untuk pemajuan budaya Indonesia. Ya sebagaimana diketahui Gapura.org adalah untuk mendokumentasikan secara digital khazanah kebudayaan Indonesia yang kaya dan beragam yang kini banyak dimuat dalam buku, majalah, koran, hasil penelitian dan dokumen lainnya yang tersimpan dalam berbagai perpustakaan pribadi dan pemerintah.
“ Saya berharap kegiatan-kegiatan seperti silaturahmi dan obrolan bersama seniman–budayawan yang ada di kota ini bisa melahirkan kegiatan-kegiatan budaya, pemikiran-pemikiran budaya dan karya-karya, seperti yang sekarang banyak dihasilkan oleh beberapa organisasi termasuk Paguyuban Pasundan, seperti Ensiklopedi Sunda, Sastra Sunda, Media Berbahasa Sunda, termasuk perpustakaan punya Kang Ajip Rosidi ini, sangat penting karena banyak memuat khazanah Sastra Sunda. Tentu saja kami dari Kementerian Kebudayaan mendukung sekali inisiatif-inisiatif seperti ini, karena bisa jadi kantong-kantong budaya yang mendukung pemajuan kebudayaan,” tegas Menteri.
Disamping itu pihaknya juga kata Menteri, punya program yang ada kaitannya dengan sastra lisan, tradisi lisan dan manuskrip. Memang kalau hal merawat, konservasi ada di Arsip Nasional atau Perpustakaan Nasional. Tapi yang berhubungan dengan pemajuan, pemanfaatan dan diseminasi literasi pihak Kementerian Kebudayaan punya tim promosi kagiatan sastra dan naskah-naskah Nusantara. Cuntohnya, beberapa waktu yang lalu pihaknya sudah menerbitkan hasil dokumentasi dari berbagai artefak, manuskrip, mushaf Alquran atau aksara prasasti yang ada di nisan-nisan Kuno Aceh. Ada 2 volume yang belum lama ini diluncurkan dalam Pameran Misykat: “Cahaya Peradaban Islam Indonesia” di Museum Nasional.
![]() |
Wakil Walikota Tasikmalaya, Rd. Diky Chandra Negara pun Hadir Mendukung Acara (Foto Asep GP) |
“Ke depannya, Kementerian Kebudayaan akan mengkonservasi prasasti logam yang ditemukan di kita, begitu juga prasasti-prasasti dalam bentuk batu, nipah/lontar, dsb,“ demikian kata Menteri Kabudayaan Fadli Zon, pasti.
Hal ini juga termasuk pemugaran situs Gunung Padang yang diklaim oleh sebagian para ahli sebagai situs megalitikum tertua di dunia (perkiraan usianya antara 10.000 hingga 25.000 tahun Sebelum Masehi, lebih tua dari Piramida Giza Mesir).
Bangunan berupa punden berundak terbuat dari batu-batu besar yang unik dan misterius mengundang penasaran para peneliti ini terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dan dianggap sebagai Punden Berundak terbesar di Asia Tenggara.
“Ya, akan dipugar semaksimal mungkin sebagaimana Candi Borubudur dan Prambanan, akan dicoba dikembalikan seperti bentuk aslinya walau tidak 100 persen, karena kita tidak punya blueprint-nya, tapi yang terpenting bisa terawat dengan baik. Mudah-mudahan tahun 2025 ini bisa dilakukan pemugaran,“ pungkas Pak Menteri, Alumni Sastra Rusia Universitas Indonesia. (Asep GP - Anto Ramadhan)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment