Thursday, June 20, 2024
![]() |
Para Penari dari Galih Pakuan ketika berlatih di GPK Naripan Bandung (Foto Asep GP) |
Ya, bagi yang ingin tahu atau ingin mengapresiasi Tari Klasik Sunda asli yang ditarikan langsung oleh para pakarnya, bisa datang menyaksikannya secara langsung dan gratis di Gedung Pusat Kebudayaan (GPK/YPK), Jalan Naripan No 7-9 Kota Bandung, Sabtu (22/6/2024) mulai Pk.19.00 - 21.00.
Kita akan saksikan bagaimana kabisa atau skill para penari istana taun 80-an seperti Indrawati Lukman, Irawati Durban, Yeti Mamat, Yusriani, Yuli Sunarya, Aim Salim, Yuli Sunarya, dsb, yang usianya 70-an tahun ke atas, dengan semangatnya yang membara mengenalkan kembali pusaka seni adiluhung warisan leluhur, agar seni tari klasik Sunda terus dijaga dan dilestarikan keberadaannya oleh generasi kiwari, teu tumpur kari catur (tidak musnah tinggal cerita). Akan ada 4 dari 5 genre Tari Klasik Sunda yang akan dipertunjukan seperti, Tari Keurseus/Kursus, Tayub, Tari Topeng, dan Tari Kreasi (minusTari Rakyat).
Para penari lainnya yaitu Indra Rahmat, Mamat Rahmat, Dedi Rosala, Sutisna, Yuli Mulyawan, Dida Margana, Nina, Weli, Irma, ISBI Baudung (Tari Badaya) dsb, termasuk para penari dari kaum milenial yang tergabung di Natya Dance Community sebagai regenerasinya menampilkan Narantika Rarangganis, ditambah Margo dari Calipornia Amerika Serikat murid Irawati Durban, serta para Nayaga dari alumni Karawitan ISBI Bandung dan Pka Dana-Kendang.
![]() |
Giat berlatih |
Dalam rangkaian pergelaran juga akan ada prosesi serah terima jabatan Ketua Galih Pakuan dari Yuli Sunarya (murid dan asisten inohong/tokoh) Tari Sunda R. Nugraha Soediredja, sekarang mengajar tari di Lises Unpad dan berhasil membuat payung hukum/legalitas Galih Pakuan) yang sudah selesai masa jabatannya, kepada Risyani, S.ST., M.Sen, (dosen ISBI), yang dengan tegas menyatakan pada wartawan akan lebih memajukan lagi Galih Pakuan, seperti melanjutkan diklat kepada generasi muda dan juga menggelar seminar-seminar.
Riwayat Galih Pakuan, sebagaimana yang dijelaskan Aim Salim, Irawati Durban, Yati Mamat, Yuli Sunarya dan Ahmad Zakaria, lahir ketika Aang Kunaefi jadi Gubernur Jawa Barat. Ketika itu Pak Aang (tahun 79) ingin punya tim kesenian Sunda yang khusus untuk menyambut para tamu Negara utamanya yang berkunjung ke Jawa Barat, termasuk ke Istana Bogor. Kemudian beliau memanggil Enoch Atmadibrata, tokoh tari yang juga menjabat Kepala Pembinaan Kebudayaan Jawa Barat. Seterusnya berembuk bersama para inohong seni-budaya Sunda lainnya, termasuk Nugraha Soediredja, dan seniman lainnya yang ahli pencak silat, dogdog lojor, angklung buncis, dsb, lalu semua kesenian itu dirangkum dibuat satu protokoler untuk menyambut tamu Negara dengan konsep kesenian bernama Tari PURAGABAYA berupa helaran/arak-arakan kesenian, seterusnya ketika dipergelarkan di panggung bernama Narantika Rarangganis.
![]() |
Para nonoman berlatih Narantika Rarangganis |
Ya dari sanalah lahirnya Galih Pakuan, tim kesenian andalan Jawa Barat yang diprakarsai Gubernur Aang Kunaefi. Kalau kebetulan ada tamu negara datang ke Jawa Barat atau ke Istana Bogor, pasti akan disambut para penari-penari cantik dan lemah gemulai dari Galih Pakuan.
Saatnya Pewarisan
Nah sekarang, kata Aim Salim (84) yang dari tahun 67 hingga sekarang masih mengajarkan tari (sekarang matuh di Gedung Kesenian Rumentangsiang, Jalan Baranangsiang Kota Bandung), para mantan penari istana yang kini sudah sepuh itu berkumpul kembali, silaturahmi, sakalian sertijab ketua dari Yuli Sunarya kepada Risyani serta mengenalkan kembali tari klasik yang sudah langka kepada generasi milenial.
![]() |
Muhammad Aim Salim, S. Sen (84) masih ngajar di Setialuyu Rumentangsiang |
“Diharapkan pergelaran ini membuka mata dan hati para generasi muda dan tertarik untuk mengenal, mempelajari dan melestarikan kesenian Sunda klasik, sebab jenis Tari Klasik Sunda memang jarang ditonton, kalah sama tari rakyat Bajidoran, Jaipongan. Nah seandainya Tari Klasik yang akan kami pergelarkan ini banyak yang nonton, ini suatu pencerahan buat generasi muda untuk mengenal tarian yang lebih sopan,“ demikian kata irawati Durban yang pernah jadi Dosen Tari selama 40 tahun (1968 - 2008) ketika ISBI Bandung masih bernama Kori, ASTI, dan STSI. Alumni Interior Seni Rupa ITB ’61 ini hingga kini masih ngajar tari di sanggar yang dirintisnya, Pusat Bina Tari di Museum Sribaduga Bandung.
![]() |
Yuli Sunarya, Ketua Galih Pakuan yang akan maren, masih ngajar di Lises Unpad |
Demikian juga harapan Yeti Mamat yang dari tahun 70-an hingga sekarang masih ngajar Tari Klasik dan Jaipongan di GGM (Gelanggang Generasi Muda, Jalan Merdeka Bandung). “Pergelaran ini hitung-hitung mencari bibit yang akan melestarikan Tari Klasik Sunda, semoga generasi muda, kaum milenial, bisa mengenal dan mencintai kesenian Sunda yang hampir punah ini,” katanya pasti.
Motivasi Galih Pakuan yang ingin melestarikan dan mewariskan Tari Klasik Sunda yang terancam punah patut didukung semua pihak. Sebab sanggar-sanggar seni sekarang lebih mengajarkan Jaipongan. Demikian juga di sekolah-sekolah, kurikulum tarinya sudah banyak dimodifikasi tari modern, sedangkan tari klasik yang merupakan aset Jawa Barat dianaktirikan. Nah oleh sebab itulah para penari kasepuhan yang mencintai tari klasik yang tergabung Galih Pakuan membuat pergelaran untuk mengenalkan warisan luhung leluhur itu kepada generasi muda. Diharapkan pergelaran ini banyak ditonton oleh para pemerhati tari klasik dan para nonomanan (generasi muda).
![]() |
Yeti Mamat (kiri) dan Irawati Durban (Kanan) masih aktif mengajar di sanggarnya |
“Para nonoman mungkin banyak yang kurang suka nontonTari Klasik asli ini, tapi ini sebuah tarekah para pakar untuk mengenalkannya pada mereka agar ke depannya para generasi muda mencintai dan mau melestarikan tari klasik ini,” kata Indrawati Lukman (80) yang kini masih ngajar tari di sanggarnya, Studio Tari Indra (STI) di Jalan Senam III No. 15 Arcamanik Bandung.
Penari yang sudah berkiprah 55 tahun ini juga berharap pemerintah mendukung niat baik seniman Sunda yang ingin menjadikan Bandung “Kota Budaya”, dan Indrawati pernah mengusulkan ke Pj Walikota Bandung agar Pendopo seberang Alun-alun Bandung diisi pergelaran tari.
![]() |
Indrawati Lukman, Pendopo harus diramaikan dengan pergelaran Tari Sunda |
“Kita kan punya Pendopo yang sekarang dibuka untuk umum Sabtu-Minggu, tapi sayangnya tidak ada apa-apa. Padahal bisa diramaikan dengan kesenian Sunda, tari-tarian Sunda, masyarakat pun akan mengenal tarian Sunda dan terhibur. Tentu saja para senimannya harus diberi tunjangan, tidak usah besar yang penting ada perhatian dari pemerintah, kalau seniman kan hidupnya dari mana lagi kalau bukan dari manggung .Alhamdulillah sudah ada respon dari Pak Bambang (Pj Walikota Bandung Bambang Tirtoyuliono), tinggal di follow up saja,” katanya pasti.
Murid saehu tari Sunda Raden Tjetje Somantri juga mengajak guru-guru kesenian SD-SMP-SMA mengadakan ekstrakurikuler kesenian Tari Klasik Sunda. Tidak apa-apa jaipongan juga asal jangan melupakan Tari Klasik Sunda yang sudah jadi ciri khas Parahyangan, dan tidak usah mengajarkan yang susah-susah, cukup satu tarian saja untuk mengenalkan kepada para siswa.
![]() |
Risyani (kanan) Ketua Galih Pakuan sekarang bersama Ahmad Zakaria (Wakil Ketua GP) siap mewariskan tari klasik Sunda |
Para seniman muda seperti Ahmad zakaria juga berharap pemerintah ikut medukung niat baik para seniman dalam melestarikan dan mengembangkan tari klasik Sunda. Demikian juga harapan Dida Margana dan Nyi Rd. Nina Lydia dari Natya Dance Community (NDC).
“Yang sepuhnya tetap semangat dan sehat agar bisa terus membimbing para generasi muda. Demikian juga para generasi milenial dengan adanya pergelaran ini bisa lebih mencintai kesenian daerah.Semoga kesenian Sunda, tari Sunda langgeng adanya,“ katanya.
Dalam pergelaran hari Sabtu tanggal 22 Juni 2024 akan diundang, tiap UKM (unit Kegiatan Mahasiswa) Seni Sunda yang ada di perguruan tinggi seperti Lises Unpad, Listra Unpar, Kabumi UPI, LSS ITB, ISBI, SMKI, dsb, termasuk Damas, Paguyuban Pasundan, Disbudpar kota Bandung, Disparbud Jabar, Alumni SMA 5, SMA 5, SMA Santa Angela, dan banyak lagi.
“Malah penyanyi senior Tetty Kadi juga akan hadir, juga Pak Endo akan mengundang publik seni dari Jakarta. Ya, harapan saya banyak yang menonton. Silakan saja datang, terbuka untuk semua orang dan pertunjukan tari klasik ini gratis, tapi kalau ada yang mau menyumbang donasi juga alhamdulillah, ditampi kalayan kabingahan,“ kata Nina yang kebetulan jadi penari dan panitia. Dia juga curhat pendanaan memang agak tersendat, semoga banyak donator yang mendukung, katanya. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
June 20, 2024
CB Blogger
IndonesiaPara Maestro Tari Klasik Sunda Galih Pakuan Akan Magelaran 22 Juni 2024
Posted by
Tatarjabar.com on Thursday, June 20, 2024
![]() |
Para Penari dari Galih Pakuan ketika berlatih di GPK Naripan Bandung (Foto Asep GP) |
Ya, bagi yang ingin tahu atau ingin mengapresiasi Tari Klasik Sunda asli yang ditarikan langsung oleh para pakarnya, bisa datang menyaksikannya secara langsung dan gratis di Gedung Pusat Kebudayaan (GPK/YPK), Jalan Naripan No 7-9 Kota Bandung, Sabtu (22/6/2024) mulai Pk.19.00 - 21.00.
Kita akan saksikan bagaimana kabisa atau skill para penari istana taun 80-an seperti Indrawati Lukman, Irawati Durban, Yeti Mamat, Yusriani, Yuli Sunarya, Aim Salim, Yuli Sunarya, dsb, yang usianya 70-an tahun ke atas, dengan semangatnya yang membara mengenalkan kembali pusaka seni adiluhung warisan leluhur, agar seni tari klasik Sunda terus dijaga dan dilestarikan keberadaannya oleh generasi kiwari, teu tumpur kari catur (tidak musnah tinggal cerita). Akan ada 4 dari 5 genre Tari Klasik Sunda yang akan dipertunjukan seperti, Tari Keurseus/Kursus, Tayub, Tari Topeng, dan Tari Kreasi (minusTari Rakyat).
Para penari lainnya yaitu Indra Rahmat, Mamat Rahmat, Dedi Rosala, Sutisna, Yuli Mulyawan, Dida Margana, Nina, Weli, Irma, ISBI Baudung (Tari Badaya) dsb, termasuk para penari dari kaum milenial yang tergabung di Natya Dance Community sebagai regenerasinya menampilkan Narantika Rarangganis, ditambah Margo dari Calipornia Amerika Serikat murid Irawati Durban, serta para Nayaga dari alumni Karawitan ISBI Bandung dan Pka Dana-Kendang.
![]() |
Giat berlatih |
Dalam rangkaian pergelaran juga akan ada prosesi serah terima jabatan Ketua Galih Pakuan dari Yuli Sunarya (murid dan asisten inohong/tokoh) Tari Sunda R. Nugraha Soediredja, sekarang mengajar tari di Lises Unpad dan berhasil membuat payung hukum/legalitas Galih Pakuan) yang sudah selesai masa jabatannya, kepada Risyani, S.ST., M.Sen, (dosen ISBI), yang dengan tegas menyatakan pada wartawan akan lebih memajukan lagi Galih Pakuan, seperti melanjutkan diklat kepada generasi muda dan juga menggelar seminar-seminar.
Riwayat Galih Pakuan, sebagaimana yang dijelaskan Aim Salim, Irawati Durban, Yati Mamat, Yuli Sunarya dan Ahmad Zakaria, lahir ketika Aang Kunaefi jadi Gubernur Jawa Barat. Ketika itu Pak Aang (tahun 79) ingin punya tim kesenian Sunda yang khusus untuk menyambut para tamu Negara utamanya yang berkunjung ke Jawa Barat, termasuk ke Istana Bogor. Kemudian beliau memanggil Enoch Atmadibrata, tokoh tari yang juga menjabat Kepala Pembinaan Kebudayaan Jawa Barat. Seterusnya berembuk bersama para inohong seni-budaya Sunda lainnya, termasuk Nugraha Soediredja, dan seniman lainnya yang ahli pencak silat, dogdog lojor, angklung buncis, dsb, lalu semua kesenian itu dirangkum dibuat satu protokoler untuk menyambut tamu Negara dengan konsep kesenian bernama Tari PURAGABAYA berupa helaran/arak-arakan kesenian, seterusnya ketika dipergelarkan di panggung bernama Narantika Rarangganis.
![]() |
Para nonoman berlatih Narantika Rarangganis |
Ya dari sanalah lahirnya Galih Pakuan, tim kesenian andalan Jawa Barat yang diprakarsai Gubernur Aang Kunaefi. Kalau kebetulan ada tamu negara datang ke Jawa Barat atau ke Istana Bogor, pasti akan disambut para penari-penari cantik dan lemah gemulai dari Galih Pakuan.
Saatnya Pewarisan
Nah sekarang, kata Aim Salim (84) yang dari tahun 67 hingga sekarang masih mengajarkan tari (sekarang matuh di Gedung Kesenian Rumentangsiang, Jalan Baranangsiang Kota Bandung), para mantan penari istana yang kini sudah sepuh itu berkumpul kembali, silaturahmi, sakalian sertijab ketua dari Yuli Sunarya kepada Risyani serta mengenalkan kembali tari klasik yang sudah langka kepada generasi milenial.
![]() |
Muhammad Aim Salim, S. Sen (84) masih ngajar di Setialuyu Rumentangsiang |
“Diharapkan pergelaran ini membuka mata dan hati para generasi muda dan tertarik untuk mengenal, mempelajari dan melestarikan kesenian Sunda klasik, sebab jenis Tari Klasik Sunda memang jarang ditonton, kalah sama tari rakyat Bajidoran, Jaipongan. Nah seandainya Tari Klasik yang akan kami pergelarkan ini banyak yang nonton, ini suatu pencerahan buat generasi muda untuk mengenal tarian yang lebih sopan,“ demikian kata irawati Durban yang pernah jadi Dosen Tari selama 40 tahun (1968 - 2008) ketika ISBI Bandung masih bernama Kori, ASTI, dan STSI. Alumni Interior Seni Rupa ITB ’61 ini hingga kini masih ngajar tari di sanggar yang dirintisnya, Pusat Bina Tari di Museum Sribaduga Bandung.
![]() |
Yuli Sunarya, Ketua Galih Pakuan yang akan maren, masih ngajar di Lises Unpad |
Demikian juga harapan Yeti Mamat yang dari tahun 70-an hingga sekarang masih ngajar Tari Klasik dan Jaipongan di GGM (Gelanggang Generasi Muda, Jalan Merdeka Bandung). “Pergelaran ini hitung-hitung mencari bibit yang akan melestarikan Tari Klasik Sunda, semoga generasi muda, kaum milenial, bisa mengenal dan mencintai kesenian Sunda yang hampir punah ini,” katanya pasti.
Motivasi Galih Pakuan yang ingin melestarikan dan mewariskan Tari Klasik Sunda yang terancam punah patut didukung semua pihak. Sebab sanggar-sanggar seni sekarang lebih mengajarkan Jaipongan. Demikian juga di sekolah-sekolah, kurikulum tarinya sudah banyak dimodifikasi tari modern, sedangkan tari klasik yang merupakan aset Jawa Barat dianaktirikan. Nah oleh sebab itulah para penari kasepuhan yang mencintai tari klasik yang tergabung Galih Pakuan membuat pergelaran untuk mengenalkan warisan luhung leluhur itu kepada generasi muda. Diharapkan pergelaran ini banyak ditonton oleh para pemerhati tari klasik dan para nonomanan (generasi muda).
![]() |
Yeti Mamat (kiri) dan Irawati Durban (Kanan) masih aktif mengajar di sanggarnya |
“Para nonoman mungkin banyak yang kurang suka nontonTari Klasik asli ini, tapi ini sebuah tarekah para pakar untuk mengenalkannya pada mereka agar ke depannya para generasi muda mencintai dan mau melestarikan tari klasik ini,” kata Indrawati Lukman (80) yang kini masih ngajar tari di sanggarnya, Studio Tari Indra (STI) di Jalan Senam III No. 15 Arcamanik Bandung.
Penari yang sudah berkiprah 55 tahun ini juga berharap pemerintah mendukung niat baik seniman Sunda yang ingin menjadikan Bandung “Kota Budaya”, dan Indrawati pernah mengusulkan ke Pj Walikota Bandung agar Pendopo seberang Alun-alun Bandung diisi pergelaran tari.
![]() |
Indrawati Lukman, Pendopo harus diramaikan dengan pergelaran Tari Sunda |
“Kita kan punya Pendopo yang sekarang dibuka untuk umum Sabtu-Minggu, tapi sayangnya tidak ada apa-apa. Padahal bisa diramaikan dengan kesenian Sunda, tari-tarian Sunda, masyarakat pun akan mengenal tarian Sunda dan terhibur. Tentu saja para senimannya harus diberi tunjangan, tidak usah besar yang penting ada perhatian dari pemerintah, kalau seniman kan hidupnya dari mana lagi kalau bukan dari manggung .Alhamdulillah sudah ada respon dari Pak Bambang (Pj Walikota Bandung Bambang Tirtoyuliono), tinggal di follow up saja,” katanya pasti.
Murid saehu tari Sunda Raden Tjetje Somantri juga mengajak guru-guru kesenian SD-SMP-SMA mengadakan ekstrakurikuler kesenian Tari Klasik Sunda. Tidak apa-apa jaipongan juga asal jangan melupakan Tari Klasik Sunda yang sudah jadi ciri khas Parahyangan, dan tidak usah mengajarkan yang susah-susah, cukup satu tarian saja untuk mengenalkan kepada para siswa.
![]() |
Risyani (kanan) Ketua Galih Pakuan sekarang bersama Ahmad Zakaria (Wakil Ketua GP) siap mewariskan tari klasik Sunda |
Para seniman muda seperti Ahmad zakaria juga berharap pemerintah ikut medukung niat baik para seniman dalam melestarikan dan mengembangkan tari klasik Sunda. Demikian juga harapan Dida Margana dan Nyi Rd. Nina Lydia dari Natya Dance Community (NDC).
“Yang sepuhnya tetap semangat dan sehat agar bisa terus membimbing para generasi muda. Demikian juga para generasi milenial dengan adanya pergelaran ini bisa lebih mencintai kesenian daerah.Semoga kesenian Sunda, tari Sunda langgeng adanya,“ katanya.
Dalam pergelaran hari Sabtu tanggal 22 Juni 2024 akan diundang, tiap UKM (unit Kegiatan Mahasiswa) Seni Sunda yang ada di perguruan tinggi seperti Lises Unpad, Listra Unpar, Kabumi UPI, LSS ITB, ISBI, SMKI, dsb, termasuk Damas, Paguyuban Pasundan, Disbudpar kota Bandung, Disparbud Jabar, Alumni SMA 5, SMA 5, SMA Santa Angela, dan banyak lagi.
“Malah penyanyi senior Tetty Kadi juga akan hadir, juga Pak Endo akan mengundang publik seni dari Jakarta. Ya, harapan saya banyak yang menonton. Silakan saja datang, terbuka untuk semua orang dan pertunjukan tari klasik ini gratis, tapi kalau ada yang mau menyumbang donasi juga alhamdulillah, ditampi kalayan kabingahan,“ kata Nina yang kebetulan jadi penari dan panitia. Dia juga curhat pendanaan memang agak tersendat, semoga banyak donator yang mendukung, katanya. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment