Wednesday, August 24, 2022
Sebagaimana diketahui, baru-baru ini Rektor Universitas Negeri Lampung (Unila) Karomani kena OTT (Operasi Tangkap Tangan) KPK, diduga terkait penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri. Rektor meminta sejumlah uang (ratusan juta) kepada calon mahasiswa agar bisa diterima di Unila.
Hal ini mengundang banyak reaksi keras dari berbagai kalangan, khususnya dari kaum akademisi. Termasuk Direktur EDAS (Eksplorasi Dinamika dan Analisis Sosial) Dr. Wawan Gunawan,S.Sos.,M.Si, turut berkomentar. "Disatu sisi ini adalah tamparan bagi dunia pendidikan, namun di sisi lain juga kabar baik bagi dunia kampus,” demikian kata Kang Wagoen (sapaan akrabnya) dalam siaran persnya yang sampai ke meja redaksi.
Kata Wagoen, dunia birokrasi kampus saat ini sudah masuk pada tahap industrialisasi pendidikan yang mengkhawatirkan. Kejadian memalukan ini. "Tak hanya terjadi di Universitas Negeri Lampung saja, namun juga di kampus-kampus perguruan tinggi lainnya,” katanya kesal.
Kata Wagoen, banyak jalur pendidikan tinggi seperti jalur mandiri menjadi ajang mengekploitasi materi. Dan kejadian kemarin, mungkin Unila kebetulan lagi sial saja karena KPK masuk dan mengawasi dunia pendidikan.
Tapi Wagoen mendukung KPK untuk terus membongkar praktik korupsi di lingkungan kampus karena yakin dugaan praktik yang sama pun terjadi di kampus-kampus lainnya.
“Saya katakan di satu sisi ini kabar gembira karena memang praktik semacam ini di dunia pendidikan tinggi sudah parah sehingga masuknya KPK ke kampus patut didorong. Tapi kita prihatin karena dunia pendidikan ternyata seolah-olah tidak memberikan contoh yang baik,” katanya prihatin.
Padahal kata Wagoen, dunia pendidikan, dunia intelektual, telah melahirkan orang-orang terdidik, seperti bupati atau anggota legislatif. Tapi yang menjadi koruptor sekarang tidak hanya produk pendidikan, tetapi juga dunia pendidikannya sendiri. Masuk peribahasa, "Bukan lagi guru kencing berdiri murid kencing berlari, namun guru pun sekarang sudah kencing berlari,” katanya.
Wagoen berharap, dunia pendidikan harus bertanggung jawab atas rusaknya mental yang terjadi dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi dan perlu ada terobosan agar keluar dari persoalan ini. Pungkas Doktor jebolan Fisip Ilmu Pemerintahan Unpad yang kini mengajar tetap di Fisip Unjani Kota Cimahi. (Asep GP)*** Tatarjabar.com August 24, 2022 CB Blogger Indonesia
Kasus OTT Rektor Unila, Tamparan Sekaligus Kabar Baik Bagi Dunia kampus
Posted by
Tatarjabar.com on Wednesday, August 24, 2022
Sebagaimana diketahui, baru-baru ini Rektor Universitas Negeri Lampung (Unila) Karomani kena OTT (Operasi Tangkap Tangan) KPK, diduga terkait penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri. Rektor meminta sejumlah uang (ratusan juta) kepada calon mahasiswa agar bisa diterima di Unila.
Hal ini mengundang banyak reaksi keras dari berbagai kalangan, khususnya dari kaum akademisi. Termasuk Direktur EDAS (Eksplorasi Dinamika dan Analisis Sosial) Dr. Wawan Gunawan,S.Sos.,M.Si, turut berkomentar. "Disatu sisi ini adalah tamparan bagi dunia pendidikan, namun di sisi lain juga kabar baik bagi dunia kampus,” demikian kata Kang Wagoen (sapaan akrabnya) dalam siaran persnya yang sampai ke meja redaksi.
Kata Wagoen, dunia birokrasi kampus saat ini sudah masuk pada tahap industrialisasi pendidikan yang mengkhawatirkan. Kejadian memalukan ini. "Tak hanya terjadi di Universitas Negeri Lampung saja, namun juga di kampus-kampus perguruan tinggi lainnya,” katanya kesal.
Kata Wagoen, banyak jalur pendidikan tinggi seperti jalur mandiri menjadi ajang mengekploitasi materi. Dan kejadian kemarin, mungkin Unila kebetulan lagi sial saja karena KPK masuk dan mengawasi dunia pendidikan.
Tapi Wagoen mendukung KPK untuk terus membongkar praktik korupsi di lingkungan kampus karena yakin dugaan praktik yang sama pun terjadi di kampus-kampus lainnya.
“Saya katakan di satu sisi ini kabar gembira karena memang praktik semacam ini di dunia pendidikan tinggi sudah parah sehingga masuknya KPK ke kampus patut didorong. Tapi kita prihatin karena dunia pendidikan ternyata seolah-olah tidak memberikan contoh yang baik,” katanya prihatin.
Padahal kata Wagoen, dunia pendidikan, dunia intelektual, telah melahirkan orang-orang terdidik, seperti bupati atau anggota legislatif. Tapi yang menjadi koruptor sekarang tidak hanya produk pendidikan, tetapi juga dunia pendidikannya sendiri. Masuk peribahasa, "Bukan lagi guru kencing berdiri murid kencing berlari, namun guru pun sekarang sudah kencing berlari,” katanya.
Wagoen berharap, dunia pendidikan harus bertanggung jawab atas rusaknya mental yang terjadi dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi dan perlu ada terobosan agar keluar dari persoalan ini. Pungkas Doktor jebolan Fisip Ilmu Pemerintahan Unpad yang kini mengajar tetap di Fisip Unjani Kota Cimahi. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment