Home
» Pendidikan
» Kunjungi Institut Teknologi Kalimantan, Mendikbud Evaluasi Perguruan Tinggi Berdasarkan Delapan IKU
Thursday, April 8, 2021
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mengevaluasi semua perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Indonesia berdasarkan delapan Indikator Kinerja Utama (IKU). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim pada kunjungan kerjanya ke Provinsi Kalimantan Timur menyambangi Institut Teknnologi Kalimantan (ITK).
Nadiem mengatakan bagi perguruan tinggi yang berhasil meningkatkan IKU atau mencapai target, nantinya akan diberikan bonus pendanaan, dimana sebelumnya perguruan tinggi hanya mendapatkan dana alokasi dasar dan/atau dana afirmasi. “Harapan saya pada perguruan tinggi adalah terpenuhinya target delapan IKU. Oleh karena itu, kita harus memikirkan perubahan fundamental yang berpihak kepada mahasiswa,” ujar Mendikbud di ITK Balikapapan, Rabu (07/04/2021).
Kepada rektor, dosen, dan mahasiswa ITK, Mendikbud menyampaikan kedelapan IKU yang menjadi landasan transformasi pendidikan tinggi. Pertama, adalah lulusan mendapat pekerjaan yang layak dengan pendapatan di atas upah minimum regional, menjadi wirausaha, atau melanjutkan studi, “Apakah lulusan dapat kerja atau berwirausaha? Ada berapa lulusan yang mendapatkan pekerjaan? Kalau ternyata keluar universitas ujung-ujungnya mendapat pekerjaan yang setara lulusan SMA, itu berarti tidak berhasil,” ujar Mendikbud.
Kemudian indikator kedua yang ditetapkan Kemendikbud bagi perguruan tinggi adalah para mahasiswa mendapatkan pengalaman di luar kampus. Kegiatannya bisa berupa magang, proyek di desa, mengajar, riset, berwirausaha, serta pertukaran pelajar. “Yang saya inginkan, mendidik mahasiswa itu bukan hanya dilakukan oleh universitas tetapi dilakukan oleh berbagai macam organisasi. Program magang bersertifikat selama satu semester yang dihadirkan terobosan Kampus Merdeka itulah kuncinya,” tegas Mendikbud.
Sedangkan, indikator ketiga adalah dosen berkegiatan di luar kampus dengan mencari pengalaman industri atau berkegiatan di kampus lain. Keempat, praktisi mengajar di dalam kampus atau merekrut dosen yang berpengalaman di industri.
Kelima, adalah hasil kerja dosen (hasil riset dan pengabdian masyarakat) dapat digunakan masyarakat dan mendapatkan rekognisi internasional. "Berapa jumlah riset yang menghasilkan karya nyata, inovasi, kebijakan atau publikasi yang standarnya internasional berupa riset terapan. Berguna tidak risetnya? Dijadikan acuan tidak? Dijadikan produk atau tidak?” ujar Mendikbud menjelaskan konteks indikator yang dimaksud.
Indikator keenam, adalah program studi bekerja sama dengan mitra kelas dunia dalam kurikulum, magang, dan penyerapan lulusan. Ketujuh, yang ditetapkan Kemendikbud adalah kelas yang kolaboratif dan partisipatif melalui evaluasi berbasis proyek atau metode studi kasus dan indikator terakhir (Kedelapan), program studi berstandar internasional dengan akreditasi atau sertifikasi tingkat internasional. “Jadi dari mahasiswa, kepala prodi (program studi), dosen, sampai ke rektor harus fokus kepada delapan IKU. Nanti akan ada insentif keuangannya bagi yang mencapai delapan IKU itu,” jelas Mendikbud.
Turut hadir pada kesempatan dialog Mendikbud dengan sivitas akademika ITK adalah Rektor Universitas Mulawarman, Masjaya dan Rektor Universitas Balikpapan, Isradi Zainal.
Program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah Merdeka Untuk Masa Depan yang Menjanjikan
Selain penekanan pada delapan IKU, Mendikbud pada kesempatan dialog dengan sivitas akademika ITK juga menjelaskan perubahan skema bantuan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah). Kemendikbud telah mengubah skema KIP Kuliah dengan memberikan bantuan biaya pendidikan (uang kuliah) dan biaya hidup yang jauh lebih tinggi. Perubahan ini dinamakan KIP Kuliah Merdeka dan berlaku untuk mahasiswa baru yang menerima KIP Kuliah pada tahun 2021.
“Saya luar biasa senangnya melihat mahasiswa angkatan 2021 menerima KIP Kuliah Merdeka. Dulunya anak-anak yang menerima KIP Kuliah itu banyak yang terdiskriminasi karena mereka tidak berani ataupun tidak diterima di program studi yang prestisius. Tapi sekarang dengan adanya KIP Kuliah Merdeka ini akan benar-benar meningkatkan rasa kepercayaan diri mahasiswa-mahasiswa tidak mampu yang ingin mengenyam pendidikan di kampus-kampus terhebat dan termahal,” kata Mendikbud.
Senada dengan itu, Rektor Universitas Mulawarman, Masjaya mengatakan, “Saya sangat mengapresiasi kebijakan-kebijakan Kemendikbud yang luar biasa, terutama KIP Kuliah Merdeka. Kemarin waktu seleksi Bidikmisi sangat sulit sekali bagi prodi menerima mahasiswa karena UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang tinggi, sekarang mulai banyak yang menerima karena ada KIP Kuliah Merdeka,” ujar Rektor Universitas Mulawarman.
Salah satu penerima KIP Kuliah Merdeka, Ageng Margiyatno, mahasiswa baru ITK jurusan Teknik Mesin ini sangat termotivasi dan bersemangat untuk terus melanjutkan kuliah dengan KIP Kuliah Merdeka. “Saya memanfaatkan program KIP Kuliah Merdeka untuk dapat kuliah di ITK. Ini adalah mimpi saya untuk menjadi seorang pengusaha pada sektor industri,” kata Ageng.
Ageng berharap, program KIP Kuliah Merdeka ini dapat tersosialisasi dengan baik sehingga banyak calon mahasiswa yang kurang mampu terutama di daerah terluar, terdepan, tertinggal (3T) dapat mewujudkan impiannya. “Saya harap untuk kedepannya dapat tersosialisasikan kepada seluruh Indonesia terutama daerah 3T,” harapnya.
Sementara itu, penerima KIP Kuliah Merdeka yang lain, Iin Armia mengutarakan proses pendaftaran KIP Kuliah Merdeka sangat mudah. “Alhamdulillah sangat bersyukur dan sangat terbantu sekali dengan adanya KIP Kuliah Merdeka ini. Saat mendaftar tidak ada kendala sama sekali. Itulah kenapa saya bisa berkuliah disini,” ujar Iin.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian mengapresiasi program-program Kemendikbud yang telah digulirkan, terutama KIP Kuliah Merdeka. “Dalam kesempatan yang luar biasa ini, saya ingin memberikan apresiasi yang tinggi kepada Mas Menteri yang sudah membuktikan diri sebagai pemberani untuk menerobos berbagai hal yang mungkin menjadi problem dasar dalam pendidikan kita,” tutur Hetifah.
Sebagai informasi, untuk prodi berakreditasi A, mahasiswa penerima KIP Kuliah Merdeka bisa mendapatkan maksimal Rp 12 juta. Kemudian, prodi berakreditasi B bisa mendapatkan maksimal Rp 4 juta. Sementara itu, prodi berakreditasi C bisa mendapatkan maksimal Rp 2,4 juta.
Kemudian, biaya hidup bagi penerima KIP Kuliah Tahun 2021 disesuaikan dengan indeks harga daerah. Besaran biaya hidup yang diterima mahasiswa pemegang KIP Kuliah Merdeka ini dibagi ke dalam lima klaster daerah. Klaster pertama sebesar Rp 800.000, klaster kedua sebesar Rp 950.000, klaster ketiga sebesar Rp 1,1 juta, daerah klaster keempat sebesar Rp 1.250.00, dan klaster kelima sebesar Rp 1.400.000.
Peresmian Gedung Laboratorium Terpadu ITK Penanda Pembangunan yang Indonesia Sentris
Sebelum berdialog dengan mahasiswa, dosen dan rektor, Mendikbud terlebih dahulu meresmikan gedung Laboratorium Terpadu Institut Teknologi Kalimantan (ITK). Peresmian ditandai dengan gunting pita dan penandatanganan prasasti yang kemudian dilanjutkan meninjau laboratorium yang ada di Lab Terpadu ini. “Saya mengucapkan selamat atas diresmikannya laboratorium terpadu ini,” kata Mendikbud.
Mendikbud menilai, ITK sebagai institut teknologi berstatus negeri di luar pulau Jawa, akan turut mewujudkan visi Presiden RI, yaitu pembangunan yang Indonesia sentris, terutama pada bidang teknologi. “Semoga dengan hadirnya laboratorium terpadu, ITK dapat lebih menghasilkan SDM-SDM yang unggul untuk Indonesia maju,” ujarnya.
Mendikbud mengatakan, laboratorium terpadu ini merupakan ide yang sangat baik untuk mengintegrasikan pembelajaran. Jika di Jakarta ada co-working space, Mendikbud meyakini lokasi ini akan menjadi co-laboratorium space. “Ini bisa jadi pernikahan berbagai macam prodi dan di situlah terjadinya inovasi,” ujar Mendikbud.
Mendikbud berharap ITK dan universitas lain di Kalimantan Timur dapat mengangkat obor perubahan melalui Kampus Merdeka di luar pulau Jawa. “Di sini kemungkinan mengambil berbagai macam lompatan sangat memungkinkan. Ada berbagai macam ekosistem industri dan sumber daya alam yang dekat dengan mahasiswa dan para dosen,” jelasnya.
Mendikbud menekankan faktor penting dalam membuat sebuah perubahan yaitu keberanian mengambil risiko dan terus mencoba hal baru dengan menyesuaikan kebutuhan zaman. “Gagal tak masalah. Kalau gagal berarti kita tengah mencoba berinovasi,” kata Mendikbud.
Pada kesempatan ini, Mendikbud juga secara simbolis menyerahkan Surat Keputusan (SK) dua program studi kepada Rektor ITK, Budi Santosa yaitu program studi Rekayasa Keselamatan dan Teknologi Pangan. (Rls/Asep GP)***
Kunjungi Institut Teknologi Kalimantan, Mendikbud Evaluasi Perguruan Tinggi Berdasarkan Delapan IKU
Posted by
Tatarjabar.com on Thursday, April 8, 2021
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mengevaluasi semua perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Indonesia berdasarkan delapan Indikator Kinerja Utama (IKU). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim pada kunjungan kerjanya ke Provinsi Kalimantan Timur menyambangi Institut Teknnologi Kalimantan (ITK).
Nadiem mengatakan bagi perguruan tinggi yang berhasil meningkatkan IKU atau mencapai target, nantinya akan diberikan bonus pendanaan, dimana sebelumnya perguruan tinggi hanya mendapatkan dana alokasi dasar dan/atau dana afirmasi. “Harapan saya pada perguruan tinggi adalah terpenuhinya target delapan IKU. Oleh karena itu, kita harus memikirkan perubahan fundamental yang berpihak kepada mahasiswa,” ujar Mendikbud di ITK Balikapapan, Rabu (07/04/2021).
Kepada rektor, dosen, dan mahasiswa ITK, Mendikbud menyampaikan kedelapan IKU yang menjadi landasan transformasi pendidikan tinggi. Pertama, adalah lulusan mendapat pekerjaan yang layak dengan pendapatan di atas upah minimum regional, menjadi wirausaha, atau melanjutkan studi, “Apakah lulusan dapat kerja atau berwirausaha? Ada berapa lulusan yang mendapatkan pekerjaan? Kalau ternyata keluar universitas ujung-ujungnya mendapat pekerjaan yang setara lulusan SMA, itu berarti tidak berhasil,” ujar Mendikbud.
Kemudian indikator kedua yang ditetapkan Kemendikbud bagi perguruan tinggi adalah para mahasiswa mendapatkan pengalaman di luar kampus. Kegiatannya bisa berupa magang, proyek di desa, mengajar, riset, berwirausaha, serta pertukaran pelajar. “Yang saya inginkan, mendidik mahasiswa itu bukan hanya dilakukan oleh universitas tetapi dilakukan oleh berbagai macam organisasi. Program magang bersertifikat selama satu semester yang dihadirkan terobosan Kampus Merdeka itulah kuncinya,” tegas Mendikbud.
Sedangkan, indikator ketiga adalah dosen berkegiatan di luar kampus dengan mencari pengalaman industri atau berkegiatan di kampus lain. Keempat, praktisi mengajar di dalam kampus atau merekrut dosen yang berpengalaman di industri.
Kelima, adalah hasil kerja dosen (hasil riset dan pengabdian masyarakat) dapat digunakan masyarakat dan mendapatkan rekognisi internasional. "Berapa jumlah riset yang menghasilkan karya nyata, inovasi, kebijakan atau publikasi yang standarnya internasional berupa riset terapan. Berguna tidak risetnya? Dijadikan acuan tidak? Dijadikan produk atau tidak?” ujar Mendikbud menjelaskan konteks indikator yang dimaksud.
Indikator keenam, adalah program studi bekerja sama dengan mitra kelas dunia dalam kurikulum, magang, dan penyerapan lulusan. Ketujuh, yang ditetapkan Kemendikbud adalah kelas yang kolaboratif dan partisipatif melalui evaluasi berbasis proyek atau metode studi kasus dan indikator terakhir (Kedelapan), program studi berstandar internasional dengan akreditasi atau sertifikasi tingkat internasional. “Jadi dari mahasiswa, kepala prodi (program studi), dosen, sampai ke rektor harus fokus kepada delapan IKU. Nanti akan ada insentif keuangannya bagi yang mencapai delapan IKU itu,” jelas Mendikbud.
Turut hadir pada kesempatan dialog Mendikbud dengan sivitas akademika ITK adalah Rektor Universitas Mulawarman, Masjaya dan Rektor Universitas Balikpapan, Isradi Zainal.
Program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah Merdeka Untuk Masa Depan yang Menjanjikan
Selain penekanan pada delapan IKU, Mendikbud pada kesempatan dialog dengan sivitas akademika ITK juga menjelaskan perubahan skema bantuan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah). Kemendikbud telah mengubah skema KIP Kuliah dengan memberikan bantuan biaya pendidikan (uang kuliah) dan biaya hidup yang jauh lebih tinggi. Perubahan ini dinamakan KIP Kuliah Merdeka dan berlaku untuk mahasiswa baru yang menerima KIP Kuliah pada tahun 2021.
“Saya luar biasa senangnya melihat mahasiswa angkatan 2021 menerima KIP Kuliah Merdeka. Dulunya anak-anak yang menerima KIP Kuliah itu banyak yang terdiskriminasi karena mereka tidak berani ataupun tidak diterima di program studi yang prestisius. Tapi sekarang dengan adanya KIP Kuliah Merdeka ini akan benar-benar meningkatkan rasa kepercayaan diri mahasiswa-mahasiswa tidak mampu yang ingin mengenyam pendidikan di kampus-kampus terhebat dan termahal,” kata Mendikbud.
Senada dengan itu, Rektor Universitas Mulawarman, Masjaya mengatakan, “Saya sangat mengapresiasi kebijakan-kebijakan Kemendikbud yang luar biasa, terutama KIP Kuliah Merdeka. Kemarin waktu seleksi Bidikmisi sangat sulit sekali bagi prodi menerima mahasiswa karena UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang tinggi, sekarang mulai banyak yang menerima karena ada KIP Kuliah Merdeka,” ujar Rektor Universitas Mulawarman.
Salah satu penerima KIP Kuliah Merdeka, Ageng Margiyatno, mahasiswa baru ITK jurusan Teknik Mesin ini sangat termotivasi dan bersemangat untuk terus melanjutkan kuliah dengan KIP Kuliah Merdeka. “Saya memanfaatkan program KIP Kuliah Merdeka untuk dapat kuliah di ITK. Ini adalah mimpi saya untuk menjadi seorang pengusaha pada sektor industri,” kata Ageng.
Ageng berharap, program KIP Kuliah Merdeka ini dapat tersosialisasi dengan baik sehingga banyak calon mahasiswa yang kurang mampu terutama di daerah terluar, terdepan, tertinggal (3T) dapat mewujudkan impiannya. “Saya harap untuk kedepannya dapat tersosialisasikan kepada seluruh Indonesia terutama daerah 3T,” harapnya.
Sementara itu, penerima KIP Kuliah Merdeka yang lain, Iin Armia mengutarakan proses pendaftaran KIP Kuliah Merdeka sangat mudah. “Alhamdulillah sangat bersyukur dan sangat terbantu sekali dengan adanya KIP Kuliah Merdeka ini. Saat mendaftar tidak ada kendala sama sekali. Itulah kenapa saya bisa berkuliah disini,” ujar Iin.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian mengapresiasi program-program Kemendikbud yang telah digulirkan, terutama KIP Kuliah Merdeka. “Dalam kesempatan yang luar biasa ini, saya ingin memberikan apresiasi yang tinggi kepada Mas Menteri yang sudah membuktikan diri sebagai pemberani untuk menerobos berbagai hal yang mungkin menjadi problem dasar dalam pendidikan kita,” tutur Hetifah.
Sebagai informasi, untuk prodi berakreditasi A, mahasiswa penerima KIP Kuliah Merdeka bisa mendapatkan maksimal Rp 12 juta. Kemudian, prodi berakreditasi B bisa mendapatkan maksimal Rp 4 juta. Sementara itu, prodi berakreditasi C bisa mendapatkan maksimal Rp 2,4 juta.
Kemudian, biaya hidup bagi penerima KIP Kuliah Tahun 2021 disesuaikan dengan indeks harga daerah. Besaran biaya hidup yang diterima mahasiswa pemegang KIP Kuliah Merdeka ini dibagi ke dalam lima klaster daerah. Klaster pertama sebesar Rp 800.000, klaster kedua sebesar Rp 950.000, klaster ketiga sebesar Rp 1,1 juta, daerah klaster keempat sebesar Rp 1.250.00, dan klaster kelima sebesar Rp 1.400.000.
Peresmian Gedung Laboratorium Terpadu ITK Penanda Pembangunan yang Indonesia Sentris
Sebelum berdialog dengan mahasiswa, dosen dan rektor, Mendikbud terlebih dahulu meresmikan gedung Laboratorium Terpadu Institut Teknologi Kalimantan (ITK). Peresmian ditandai dengan gunting pita dan penandatanganan prasasti yang kemudian dilanjutkan meninjau laboratorium yang ada di Lab Terpadu ini. “Saya mengucapkan selamat atas diresmikannya laboratorium terpadu ini,” kata Mendikbud.
Mendikbud menilai, ITK sebagai institut teknologi berstatus negeri di luar pulau Jawa, akan turut mewujudkan visi Presiden RI, yaitu pembangunan yang Indonesia sentris, terutama pada bidang teknologi. “Semoga dengan hadirnya laboratorium terpadu, ITK dapat lebih menghasilkan SDM-SDM yang unggul untuk Indonesia maju,” ujarnya.
Mendikbud mengatakan, laboratorium terpadu ini merupakan ide yang sangat baik untuk mengintegrasikan pembelajaran. Jika di Jakarta ada co-working space, Mendikbud meyakini lokasi ini akan menjadi co-laboratorium space. “Ini bisa jadi pernikahan berbagai macam prodi dan di situlah terjadinya inovasi,” ujar Mendikbud.
Mendikbud berharap ITK dan universitas lain di Kalimantan Timur dapat mengangkat obor perubahan melalui Kampus Merdeka di luar pulau Jawa. “Di sini kemungkinan mengambil berbagai macam lompatan sangat memungkinkan. Ada berbagai macam ekosistem industri dan sumber daya alam yang dekat dengan mahasiswa dan para dosen,” jelasnya.
Mendikbud menekankan faktor penting dalam membuat sebuah perubahan yaitu keberanian mengambil risiko dan terus mencoba hal baru dengan menyesuaikan kebutuhan zaman. “Gagal tak masalah. Kalau gagal berarti kita tengah mencoba berinovasi,” kata Mendikbud.
Pada kesempatan ini, Mendikbud juga secara simbolis menyerahkan Surat Keputusan (SK) dua program studi kepada Rektor ITK, Budi Santosa yaitu program studi Rekayasa Keselamatan dan Teknologi Pangan. (Rls/Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment