Thursday, May 7, 2020
Indonesia kembali kehilangan salah satu musisi terbaiknya. Maestro musik campur sari, Dionisius Prasetyo atau yang lebih dikenal dengan nama Didi Kempot, meninggal dunia, Selasa, 5 Mei 2020, di Solo Jawa Tengah pada pukul 07.30 WIB. Ia diduga meninggal karena serangan jantung. Oleh karena itu Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) turut berbela sungkawa sedalam-dalamnya atas meninggalnya penyanyi legendaris ini.
Demikian siaran pers yang disampaikan Humas Direktorat Jenderal Kebudayaan, Jakarta (5/5/2020).
“Inna lillahi Wa inna ilaihi roji’un, selamat jalan untuk Mas Didi, karya-karyamu membanggakan, kami keluarga besar Direktorat Jenderal Kebudayaan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya, karyamu akan selalu kami kenang,” ungkap Hilmar Farid, Direktur Jendral Kebudayaan di Jakarta, Selasa (5/5/2020).
Direktorat Jenderal Kebudayaan terakhir kali berhasil mengajak Didi Kempot untuk tampil saat acara Pekan Kebudayaan Nasional 2019, Oktober 2019 silam. Saat itu Didi Kempot berhasil menggoyang Panggung Siger pada hari ke empat Pekan Kebudayaan Nasional 2019.
Lebih dari 40 ribuan Sobat Ambyar, penggemar Didi, memadati Parkir Selatan di sisi Istora Senayan. Di depan panggung itu, mereka memadati arena sambil asyik berjoget. Didi Kempot juga berencana tampil kembali pada Pekan Kebudayaan Nasional 2020 mendatang.
Didi Kempot dikenal sebagai sosok seniman yang sangat peduli pada lingkungan sekitarnya. Terbukti sebelum meninggal dunia, dirinya sempat menggelar konser amal rumah dan berhasil mengumpulkan donasi sebanyak 7,6 milyar yang seluruhnya digunakan untuk membantu masyarakat yang terkena dampak pandemi Covid-19.
Melihat hal ini, Hilmar Farid menilai Didi Kempot sebagai sosok seniman yang berbakat dan punya jiwa sosial tinggi. Sikap Didi Kempot tersebut menurut Hilmar membanggakan Indonesia, “Inisiatif gotong royong kemanusiaan almarhum Didi Kempot sangat dihargai, dan sumbangan kreatif almarhum dalam dunia musik Indonesia sangat dihormati oleh semua kalangan,” jelasnya.
Selain itu, Hilmar juga melihat Didi Kempot sebagai seorang musisi yang berhasil menaikan nilai tradisi dan melestarikan budaya asli Indonesia dengan tetap menggunakan bahasa Jawa dan tradisi-tradisi Jawa. Hebatnya lagi, karena musiknya bisa menghibur seluruh kalangan, maka Didi pun disukai oleh semua kalangan masyarakat, bukan hanya etnis Jawa saja.
“Lihat saja seluruh lagunya kebanyakan berbahasa Jawa, tetapi kendati demikian tidak menjadi Jawa sentris karena penggemarnya yang kebanyakan anak muda, bukan hanya orang Jawa,” jelas Hilmar.
Pria kelahiran 31 Desember, 53 tahun silam ini, juga dikenal cukup aktif dalam menyemangati publik di masa pandemi Covid-19 ini. Selain melakukan konser amal, Didi Kempot juga mengajak Masyarakat untuk tetap berada di rumah dan juga tidak melakukan perjalanan mudik.
Didi Kempot juga sempat mengkampanyekan larangan mudik lewat lagu ciptaannya “Ojo Mudik”, yang sempat dirilisnya beberapa hari lalu. Lagu tersebut merupakan karya serta pesannya kepada para penggemar yang merantau di tengah pandemi.
Lagu tersebut bahkan menggandeng sejumlah pejabat di Solo, seperti Walikota FX Hadi Rudyatmo, Komandan Kodim 0735/Surakarta Letkol (Inf) Wiyata Sempana Aji, dan Kapolresta Surakarta AKBP Andy Rifai.
Jika anda mencintai Didi Kempot, mari kita ikuti salah satu pesan terakhir almarhum untuk tidak mudik dulu agar dapat memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Selamat jalan Maestro. (Asep GP)***
Kemendikbud Berduka Atas Berpulangnya Maestro Campur Sari Didi Kempot
Posted by
Tatarjabar.com on Thursday, May 7, 2020
Indonesia kembali kehilangan salah satu musisi terbaiknya. Maestro musik campur sari, Dionisius Prasetyo atau yang lebih dikenal dengan nama Didi Kempot, meninggal dunia, Selasa, 5 Mei 2020, di Solo Jawa Tengah pada pukul 07.30 WIB. Ia diduga meninggal karena serangan jantung. Oleh karena itu Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) turut berbela sungkawa sedalam-dalamnya atas meninggalnya penyanyi legendaris ini.
Demikian siaran pers yang disampaikan Humas Direktorat Jenderal Kebudayaan, Jakarta (5/5/2020).
“Inna lillahi Wa inna ilaihi roji’un, selamat jalan untuk Mas Didi, karya-karyamu membanggakan, kami keluarga besar Direktorat Jenderal Kebudayaan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya, karyamu akan selalu kami kenang,” ungkap Hilmar Farid, Direktur Jendral Kebudayaan di Jakarta, Selasa (5/5/2020).
Direktorat Jenderal Kebudayaan terakhir kali berhasil mengajak Didi Kempot untuk tampil saat acara Pekan Kebudayaan Nasional 2019, Oktober 2019 silam. Saat itu Didi Kempot berhasil menggoyang Panggung Siger pada hari ke empat Pekan Kebudayaan Nasional 2019.
Lebih dari 40 ribuan Sobat Ambyar, penggemar Didi, memadati Parkir Selatan di sisi Istora Senayan. Di depan panggung itu, mereka memadati arena sambil asyik berjoget. Didi Kempot juga berencana tampil kembali pada Pekan Kebudayaan Nasional 2020 mendatang.
Didi Kempot dikenal sebagai sosok seniman yang sangat peduli pada lingkungan sekitarnya. Terbukti sebelum meninggal dunia, dirinya sempat menggelar konser amal rumah dan berhasil mengumpulkan donasi sebanyak 7,6 milyar yang seluruhnya digunakan untuk membantu masyarakat yang terkena dampak pandemi Covid-19.
Melihat hal ini, Hilmar Farid menilai Didi Kempot sebagai sosok seniman yang berbakat dan punya jiwa sosial tinggi. Sikap Didi Kempot tersebut menurut Hilmar membanggakan Indonesia, “Inisiatif gotong royong kemanusiaan almarhum Didi Kempot sangat dihargai, dan sumbangan kreatif almarhum dalam dunia musik Indonesia sangat dihormati oleh semua kalangan,” jelasnya.
Selain itu, Hilmar juga melihat Didi Kempot sebagai seorang musisi yang berhasil menaikan nilai tradisi dan melestarikan budaya asli Indonesia dengan tetap menggunakan bahasa Jawa dan tradisi-tradisi Jawa. Hebatnya lagi, karena musiknya bisa menghibur seluruh kalangan, maka Didi pun disukai oleh semua kalangan masyarakat, bukan hanya etnis Jawa saja.
“Lihat saja seluruh lagunya kebanyakan berbahasa Jawa, tetapi kendati demikian tidak menjadi Jawa sentris karena penggemarnya yang kebanyakan anak muda, bukan hanya orang Jawa,” jelas Hilmar.
Pria kelahiran 31 Desember, 53 tahun silam ini, juga dikenal cukup aktif dalam menyemangati publik di masa pandemi Covid-19 ini. Selain melakukan konser amal, Didi Kempot juga mengajak Masyarakat untuk tetap berada di rumah dan juga tidak melakukan perjalanan mudik.
Didi Kempot juga sempat mengkampanyekan larangan mudik lewat lagu ciptaannya “Ojo Mudik”, yang sempat dirilisnya beberapa hari lalu. Lagu tersebut merupakan karya serta pesannya kepada para penggemar yang merantau di tengah pandemi.
Lagu tersebut bahkan menggandeng sejumlah pejabat di Solo, seperti Walikota FX Hadi Rudyatmo, Komandan Kodim 0735/Surakarta Letkol (Inf) Wiyata Sempana Aji, dan Kapolresta Surakarta AKBP Andy Rifai.
Jika anda mencintai Didi Kempot, mari kita ikuti salah satu pesan terakhir almarhum untuk tidak mudik dulu agar dapat memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Selamat jalan Maestro. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment