Friday, April 24, 2020
Hikmat Kurnia (Foto Lucky) |
Dan siapa musuh bersama itu? Sepertinya kedangkalan kemampuan literasi umat ini layak dijadikan musuh bersama. Sebab, kedangkalan kemampuan literasi adalah akar dari kebodohan. Akar dari kemunduran peradaban.
________________
Literasi itu kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat (National Institute for Literacy). Education Development Center (EDC) menyatakan bahwa literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis. Literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimilik dalam hidupnya. Artinya, literasi itu mencakup kemampuan membaca kata dan memahami dunia.
Demikian dikatakan Ketua Ikapi Jakarta, Hikmat Kurnia, dalam menyambut “World Book Day” atau Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia, 23 April 2020.
Buku adalah sarapan utama Hikmat Kurnia |
Membaca, kata Hikmat, memang akar dari literasi. Tanpa membaca, kita tergagap-gagap memahami dunia. Sayangnya hanya ada 1 dari 1.000 orang Indonesia yang membaca buku secara rutin. Ini pekerjaan rumah yang cukup besar bagi sebuah bangsa. Dan hebohnya hoax adalah bukti bangsa ini tidak punya kemampuan saring sebelum sharing, Bukti pendeknya pikiran dan dangkalnya pemahaman.
Lantas apa yang bisa kita perbuat? Apakah kita sebagai bangsa masih perlu mengejar ketinggalan dari bangsa lain? Sepertinya jargon itu sudah kehilangan ruhnya. Sebab, secepat-cepatnya kita mengejar, bangsa lain akan selalu di depan. Bangsa lain tidaklah diam. Kita jadinya sibuk mengejar mimpi bangsa lain. Dan kita akan ngos-ngosan mengejar di belakangnya. Kita tetap akan menjadi follower, tanpa pernah menjadi leader.
“Untuk menjadi leader, bangsa ini harusnya punya impian bersama atau punya musuh bersama. Sebab, itulah yang akan mampu menyatukan semua potensi umat ini. Kalau impian bersama belum punya, sejatinya kita perlu menciptakan musuh bersama. Dan siapa musuh bersama itu? Sepertinya kedangkalan kemampuan literasi umat ini layak dijadikan musuh bersama. Sebab, kedangkalan kemampuan literasi adalah akar dari kebodohan. Akar dari kemunduran peradaban,” kata Hikmat, pasti.
Itulah sebabnya, UNESCO menjelaskan bahwa kemampuan literasi merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk belajar sepanjang hayat. Kemampuan literasi dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, masyarakat, bangsa dan umat manusia.
“Jika bangsa ini hendak meraih kejayaannya, maka suka tidak suka kita harus memperkuat kemampuan literasi setiap individu dari bangsa Indonesia. Tanpa kemampuan literasi yang baik, tidak akan lahir individu-individu hebat,” pungkas Ketua Umum IKA Unpad Periode 2016-2020 yang juga sebagai pemilik penerbitan Agromedia. (AGP)***
Musuh Bersama
Posted by
Tatarjabar.com on Friday, April 24, 2020
Hikmat Kurnia (Foto Lucky) |
Dan siapa musuh bersama itu? Sepertinya kedangkalan kemampuan literasi umat ini layak dijadikan musuh bersama. Sebab, kedangkalan kemampuan literasi adalah akar dari kebodohan. Akar dari kemunduran peradaban.
________________
Literasi itu kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat (National Institute for Literacy). Education Development Center (EDC) menyatakan bahwa literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis. Literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimilik dalam hidupnya. Artinya, literasi itu mencakup kemampuan membaca kata dan memahami dunia.
Demikian dikatakan Ketua Ikapi Jakarta, Hikmat Kurnia, dalam menyambut “World Book Day” atau Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia, 23 April 2020.
Buku adalah sarapan utama Hikmat Kurnia |
Membaca, kata Hikmat, memang akar dari literasi. Tanpa membaca, kita tergagap-gagap memahami dunia. Sayangnya hanya ada 1 dari 1.000 orang Indonesia yang membaca buku secara rutin. Ini pekerjaan rumah yang cukup besar bagi sebuah bangsa. Dan hebohnya hoax adalah bukti bangsa ini tidak punya kemampuan saring sebelum sharing, Bukti pendeknya pikiran dan dangkalnya pemahaman.
Lantas apa yang bisa kita perbuat? Apakah kita sebagai bangsa masih perlu mengejar ketinggalan dari bangsa lain? Sepertinya jargon itu sudah kehilangan ruhnya. Sebab, secepat-cepatnya kita mengejar, bangsa lain akan selalu di depan. Bangsa lain tidaklah diam. Kita jadinya sibuk mengejar mimpi bangsa lain. Dan kita akan ngos-ngosan mengejar di belakangnya. Kita tetap akan menjadi follower, tanpa pernah menjadi leader.
“Untuk menjadi leader, bangsa ini harusnya punya impian bersama atau punya musuh bersama. Sebab, itulah yang akan mampu menyatukan semua potensi umat ini. Kalau impian bersama belum punya, sejatinya kita perlu menciptakan musuh bersama. Dan siapa musuh bersama itu? Sepertinya kedangkalan kemampuan literasi umat ini layak dijadikan musuh bersama. Sebab, kedangkalan kemampuan literasi adalah akar dari kebodohan. Akar dari kemunduran peradaban,” kata Hikmat, pasti.
Itulah sebabnya, UNESCO menjelaskan bahwa kemampuan literasi merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk belajar sepanjang hayat. Kemampuan literasi dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, masyarakat, bangsa dan umat manusia.
“Jika bangsa ini hendak meraih kejayaannya, maka suka tidak suka kita harus memperkuat kemampuan literasi setiap individu dari bangsa Indonesia. Tanpa kemampuan literasi yang baik, tidak akan lahir individu-individu hebat,” pungkas Ketua Umum IKA Unpad Periode 2016-2020 yang juga sebagai pemilik penerbitan Agromedia. (AGP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment