Sunday, March 8, 2020
Ketua Ika Unpad Hikmat Kurnia (kiri) didampingi moderator Enton Supriatna. |
Sebagaimana diketahui pada tanggal 4 April 2020, Ikatan Alumni (IKA) Unpad akan menyelenggarakan hajatan besar 4 tahun sekali, Reuni Akbar dan Pemilu Raya yang akan berlangsung di Kampus Unpad Jl. Dipatikur No. 35 Bandung.
______________________
Sebelum semua itu berlangsung, ada beberapa acara yang digelar panitia termasuk mengadakan FGD (Focus Group Discussion) bertema “Quo Vadis IKA Unpad”. Acara yang dihadiri para alumni lintas fakultas, angkatan dan jurusan serta para timses dari ke-6 calon ketua IKA Unpad ini berlangsung di Aula Pikiran Rakyat, Jalan Asia-Afrika No. 77 Bandung (5/3/2020).
“Dalam Pemilu Raya tersebut tentunya akan terpilih ketua IKA Unpad yang baru, nah untuk membekali para kandidat/calon ketua umum tersebut dirasa perlu ada masukan dari para alumni, senior, bahkan kaum milenial (mahasiswa dan alumni muda) tentang bagaimana wajah IKA Unpad yang diinginkan para stakeholder (alumni dan masyarakat umum), hingga kita tahu akan kemana arah IKA Unpad, bagaimana IKA Unpad yang ideal itu, yang siap berkontribusi pada para alumni, almamater, dan negaranya. Nah untuk itulah program ini dibuat, supaya kita dapat masukan yang membangun, agar ke depan IKA Unpad lebih baik”, demikian kata Ketua Umum IKA Unpad, Hikmat Kurnia pada wartawan.
Harapan Hikmat, oganisasi IKA Unpad ke depan jadi solid dan harus bisa menampung semua kebutuhan alumni dan bisa berkontribusi pada almamater dan masyarakat. Karena IKA unpad membawahi para alumni Unpad yang berkiprah di berbagai bidang, profesi dan kegiatan, mereka harus dihimpun jadi satu kekuatan, jadi potensi yang bisa deksekusi jadi kontribusi dengan tindakan-tindakan nyata. “Jadi ini harus dirumuskan potensi ini dalam wadah IKA Unpad dan IKA unpad inilah yang kita harapkan ke depan lebih berdaya, beramanfaat dan lebih bermartabat”, demikian imbuhnya.
Sebagai organisasi dari para alumni, masih kata Hikmat, tugas utama dari IKA Unpad adalah mengoptimalkan peran para alumni agar bisa berkontribusi dan bermanfaat baik bagi alumni sendiri, alamamater masyarakat. Untuk itu, hal utama yang harus diperkuat IKA Unpad adalah harus kuat berdaya, harus mampu menyelesaikan keorganisasian dengan baik, misalnya bagaimana hubungan dengan IKA Komda (Komisariat Daerah), komfak (Komisariat Fakultas) itu harus dibina, harus ada aturan main yang jelas, ada sistem pendanaan dan kordinasi yang baik. Kalau semua itu dilaksanakan dengan baik rasanya IKA Unpad akan jadi rumah para alumni, rumah bersama.
“Dalam kepengurusan saya Alhamdulillah sudah terbentuk 7 komda baru dan satu di luar negeri (Washington). Itu dalam rangka mensinergikan semua potensi di daerah dan di luar negeri sehingga alumni Unpad bisa berkontribusi dimana dia tinggal dan berada, dan itu menjadi tugas alumni Unpad agar bermanfaat pada lingkungan dan pada masyarakat”, demikian pungkas Hikmat.
Sementara itu Guru besar Sejarah, Prof. Reiza Diena Putra mengatakan bahwa, ke depan kontribusi-kontribusi yang sifatnya finansial memang menjadi penting untuk bisa mendorong sebuah perguruan tinggi, termasuk Unpad untuk bergerak lebih dinamis. Namun yang lebih esensial lagi kata Reiza, yang nanti menjadi Ketua Umum Ika Unpad bisa mendorong, mengakselerasi yang namanya Kampus Merdeka.
Kang Reiza, Pentingnya “Kampus Merdeka” dalam desain perguruan tinggi. |
Konsep Kampus Merdeka kata Reiza ini sangat baik diterjemahkan oleh desain Perguruan Tinggi karena dengan konsep ini beberapa perubahan yang sangat mendasar seperti konsep SKS (Sistem Kredit Semester) tidak lagi diterjemahkan satu SKS sebagai satu jam pembelajaran tapi diterjemahkan sebagai satu jam kegiatan. Artinya satu jam di dalam kampus sama dengan satu jam di luar kampus. Kedua yang lebih esensial lagi adalah kemerdekaan yang diberikan pada mahasiswa, yaitu kemerdekaan menempuh 3 semester kegiatannya di luar program studi. “Mudah-mudahan ke depan IKA Unpad bisa menterjemahkan ini dalam tatanan akademik, bisa jadi masih banyak yang kebingungan”, demikian katanya.
Dalam Kampus Merdeka, satu semester (20 SKS) memang masih didedikasikan bagi para mahasiswa untuk belajar di luar prodi di dalam kampus tapi 40 SKS sisanya diberi kemerdekaan penuh untuk belajar di luar kampus. “Nah, belajar di luar kampus inilah alangkah baiknya bisa diterjemahkan dalam arti dikolaborasikan oleh IKA Unpad. Bagaimana IKA Unpad turut berkontribusi adanya 40 SKS ini, betul-betul mampu memberikan bekal yang optimal bagi para mahasiswa kita dalam tataran soft skill magang dan aktivitas lain karena IKA punya jaringan luas di dalam dan di luar negeri”, pungkas Reiza.
Kaum Milenial pun berharap IKA jadi jembatan bagi para mahasiswa dan alumni muda. |
Kaum milenial dari BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) juga alumni muda yang baru lulus seperti Ismu (mantan Ketua BEM Unpad) sama-sama berharap IKA Unpad bisa menjawab tantangan alumni-alumni muda agar bisa menyalurkan (link and match) ke para alumni yang sudah ada di dunia kerja.
“Saya berharap IKA hadir sebagai pembuka dan penuntun jalan bagi alumni muda. Hingga kalau alumni itu besar atas bantuan IKA nantinya gampang dirangkul atau bahkan dengan sendirinya akan besar kecintaannya terhadap Unpad, beda dengan para alumni yang besar oleh dirinya sendiri”, demikian kata Ismu yang mengaku banyak kolaborasi dan dibantu kegiatan IKA Unpad, termasuk mendapat beasiswa.
Kang GK (Prof. Ganjar Kurnia) Rektor Unpad ke-10 yang hadir pada saat itu pun turut menyumbangkan saran-sarannya. Sebagaimana kita ketahui Kang GK adalah aktivis yang handal semasa mahasiswanya. Dia pernah aktif di Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa serta Damas, juga mendirikan Pramuka Unpad dan Lises Unpad.
Kang GK yang aktif di organisasi sejak SMP melihat tantangan di organisasi itu hanya adalah ketika etika kita tidak membuat program kerja dengan nyata. Jadi program kerja yang dibuat, sering dibuat menggunakan bahasa GBHN, bukan bahasa yang bisa dioperasionalkan denga fungsi waktu dan sebagainya.
Kang GK, Jangan sampai ganti ketua ganti kebijakan, moal beres-beres. |
“Sebaiknya, ketua atau calon ketua itu dialas saja oleh kita. Kita itu maunya apa buatlah program oleh kita dan program itu harus dikerjakan oleh ketua, siapapun ketuanya harus ikuti program itu jangan sampai ganti ketua ganti kebijakan, ganti rektor ganti kebijakan, moal beres-beres, jadi harus ada kontiunitas”, demikian kata Kang GK.
Buatlah unit-unit kecil apa yang bisa dikontribusikan untuk mahasiswa, misalnya ditulis paling tidak IKA Unpad menyiapkan 100.000 beasiswa untuk mahasiswa. ”Kalau tidak ya diturunkan untuk satu mahasiswa, tapi jelas”, selorohnya mengundang tawa hadirin.
Berhubungan dengan Kampus Merdeka juga sama, unit-unit kecil inilah yang harus dibangun, interaksi dalam materi kegiatan kuliah ini gampang dijadikan program rill, misalnya IKA sekurang-kurangnya mengadakan pertemuan dengan fakultas minimal satu kali setahun untuk membicarakan evaluasi kurikulum.
“Jadi pengalaman saya hampir semua organisasi progamnya sangat abstrak. Program itu ga usah banyak-banyak cukup 5/6 program tapi bisa dilaksanakan, hingga semua organisasi bisa mengatur kegiatannya dalam 4 tahun masa kepemimpinan itu”, kata GK pasti.
Tentang kontribusi terhadap Unpad, kata Kang GK, itu sadah lama dimulai Fakultas Hukum dan Pertanian membangun perpustakaan oleh alumni, malah Fakultas Ekonomi sudah lebih dulu para alumninya udunan membuat gedung MM (Magister Managemen). “Anu kaduga (gampang, terjangkau) saja program mah tapi bisa dilaksanakan”, katanya.
Kontribusi terhadap Negara, susah bagaimana mengukurnya, tapi kalau ada isu-isu penting di Negara minimal ngariung diskusi untuk menyampaikan sesuatu/pemikiran. Buatlah kelompok-kelompok legislasi untuk menyikapi persoalan Negara.
Terakhir Kang GK selain mengatakan kampus merdeka harus dilembagakan, balik bertanya. “Apa IKA Unpad setiap tahun menerima daftar lulusan dari universitas? Ini gampang dilacak karena mereka kan sudah punya alamat email dan itu bisa jadi pegangan dan ini sangat penting karena ini juga berkaitan dengan World Class University, sebab reputasi alumni diukur mereka bekeja dimana saja, jadi fungsi IKA juga memberi kontribusi agar universitas jadi WCU”, demikian pungkasnya.
Sementara Prof. Keri Lestari memberi masukan bagaimana pentingnya para alumni berperan untuk memajukan universitas, baik pemeringkatan global, karena ada survey pengguna alumni melalui employer reputation, bahwa pengembangan kurikulum harus sesuai dengan tantangan SDM terkini. Keri juga berharap ke depannya IKA Unpad menjembatani magang mahasiswa terkait salah satu implementasi Kampus Merdeka serta pentingnya media pemersatu untuk penggalangan dana dalam satu wadah, dalam bentuk Dana Abadi universitas PTNBH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum) untuk kemajuan Unpad, juga sinergi antara alumni dan universitas dalam menguatkan reputasi Unpad di tatanan reginonal dan global. (Asep GP)***
Quo Vadis IKA Unpad
Posted by
Tatarjabar.com on Sunday, March 8, 2020
Ketua Ika Unpad Hikmat Kurnia (kiri) didampingi moderator Enton Supriatna. |
Sebagaimana diketahui pada tanggal 4 April 2020, Ikatan Alumni (IKA) Unpad akan menyelenggarakan hajatan besar 4 tahun sekali, Reuni Akbar dan Pemilu Raya yang akan berlangsung di Kampus Unpad Jl. Dipatikur No. 35 Bandung.
______________________
Sebelum semua itu berlangsung, ada beberapa acara yang digelar panitia termasuk mengadakan FGD (Focus Group Discussion) bertema “Quo Vadis IKA Unpad”. Acara yang dihadiri para alumni lintas fakultas, angkatan dan jurusan serta para timses dari ke-6 calon ketua IKA Unpad ini berlangsung di Aula Pikiran Rakyat, Jalan Asia-Afrika No. 77 Bandung (5/3/2020).
“Dalam Pemilu Raya tersebut tentunya akan terpilih ketua IKA Unpad yang baru, nah untuk membekali para kandidat/calon ketua umum tersebut dirasa perlu ada masukan dari para alumni, senior, bahkan kaum milenial (mahasiswa dan alumni muda) tentang bagaimana wajah IKA Unpad yang diinginkan para stakeholder (alumni dan masyarakat umum), hingga kita tahu akan kemana arah IKA Unpad, bagaimana IKA Unpad yang ideal itu, yang siap berkontribusi pada para alumni, almamater, dan negaranya. Nah untuk itulah program ini dibuat, supaya kita dapat masukan yang membangun, agar ke depan IKA Unpad lebih baik”, demikian kata Ketua Umum IKA Unpad, Hikmat Kurnia pada wartawan.
Harapan Hikmat, oganisasi IKA Unpad ke depan jadi solid dan harus bisa menampung semua kebutuhan alumni dan bisa berkontribusi pada almamater dan masyarakat. Karena IKA unpad membawahi para alumni Unpad yang berkiprah di berbagai bidang, profesi dan kegiatan, mereka harus dihimpun jadi satu kekuatan, jadi potensi yang bisa deksekusi jadi kontribusi dengan tindakan-tindakan nyata. “Jadi ini harus dirumuskan potensi ini dalam wadah IKA Unpad dan IKA unpad inilah yang kita harapkan ke depan lebih berdaya, beramanfaat dan lebih bermartabat”, demikian imbuhnya.
Sebagai organisasi dari para alumni, masih kata Hikmat, tugas utama dari IKA Unpad adalah mengoptimalkan peran para alumni agar bisa berkontribusi dan bermanfaat baik bagi alumni sendiri, alamamater masyarakat. Untuk itu, hal utama yang harus diperkuat IKA Unpad adalah harus kuat berdaya, harus mampu menyelesaikan keorganisasian dengan baik, misalnya bagaimana hubungan dengan IKA Komda (Komisariat Daerah), komfak (Komisariat Fakultas) itu harus dibina, harus ada aturan main yang jelas, ada sistem pendanaan dan kordinasi yang baik. Kalau semua itu dilaksanakan dengan baik rasanya IKA Unpad akan jadi rumah para alumni, rumah bersama.
“Dalam kepengurusan saya Alhamdulillah sudah terbentuk 7 komda baru dan satu di luar negeri (Washington). Itu dalam rangka mensinergikan semua potensi di daerah dan di luar negeri sehingga alumni Unpad bisa berkontribusi dimana dia tinggal dan berada, dan itu menjadi tugas alumni Unpad agar bermanfaat pada lingkungan dan pada masyarakat”, demikian pungkas Hikmat.
Sementara itu Guru besar Sejarah, Prof. Reiza Diena Putra mengatakan bahwa, ke depan kontribusi-kontribusi yang sifatnya finansial memang menjadi penting untuk bisa mendorong sebuah perguruan tinggi, termasuk Unpad untuk bergerak lebih dinamis. Namun yang lebih esensial lagi kata Reiza, yang nanti menjadi Ketua Umum Ika Unpad bisa mendorong, mengakselerasi yang namanya Kampus Merdeka.
Kang Reiza, Pentingnya “Kampus Merdeka” dalam desain perguruan tinggi. |
Konsep Kampus Merdeka kata Reiza ini sangat baik diterjemahkan oleh desain Perguruan Tinggi karena dengan konsep ini beberapa perubahan yang sangat mendasar seperti konsep SKS (Sistem Kredit Semester) tidak lagi diterjemahkan satu SKS sebagai satu jam pembelajaran tapi diterjemahkan sebagai satu jam kegiatan. Artinya satu jam di dalam kampus sama dengan satu jam di luar kampus. Kedua yang lebih esensial lagi adalah kemerdekaan yang diberikan pada mahasiswa, yaitu kemerdekaan menempuh 3 semester kegiatannya di luar program studi. “Mudah-mudahan ke depan IKA Unpad bisa menterjemahkan ini dalam tatanan akademik, bisa jadi masih banyak yang kebingungan”, demikian katanya.
Dalam Kampus Merdeka, satu semester (20 SKS) memang masih didedikasikan bagi para mahasiswa untuk belajar di luar prodi di dalam kampus tapi 40 SKS sisanya diberi kemerdekaan penuh untuk belajar di luar kampus. “Nah, belajar di luar kampus inilah alangkah baiknya bisa diterjemahkan dalam arti dikolaborasikan oleh IKA Unpad. Bagaimana IKA Unpad turut berkontribusi adanya 40 SKS ini, betul-betul mampu memberikan bekal yang optimal bagi para mahasiswa kita dalam tataran soft skill magang dan aktivitas lain karena IKA punya jaringan luas di dalam dan di luar negeri”, pungkas Reiza.
Kaum Milenial pun berharap IKA jadi jembatan bagi para mahasiswa dan alumni muda. |
Kaum milenial dari BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) juga alumni muda yang baru lulus seperti Ismu (mantan Ketua BEM Unpad) sama-sama berharap IKA Unpad bisa menjawab tantangan alumni-alumni muda agar bisa menyalurkan (link and match) ke para alumni yang sudah ada di dunia kerja.
“Saya berharap IKA hadir sebagai pembuka dan penuntun jalan bagi alumni muda. Hingga kalau alumni itu besar atas bantuan IKA nantinya gampang dirangkul atau bahkan dengan sendirinya akan besar kecintaannya terhadap Unpad, beda dengan para alumni yang besar oleh dirinya sendiri”, demikian kata Ismu yang mengaku banyak kolaborasi dan dibantu kegiatan IKA Unpad, termasuk mendapat beasiswa.
Kang GK (Prof. Ganjar Kurnia) Rektor Unpad ke-10 yang hadir pada saat itu pun turut menyumbangkan saran-sarannya. Sebagaimana kita ketahui Kang GK adalah aktivis yang handal semasa mahasiswanya. Dia pernah aktif di Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa serta Damas, juga mendirikan Pramuka Unpad dan Lises Unpad.
Kang GK yang aktif di organisasi sejak SMP melihat tantangan di organisasi itu hanya adalah ketika etika kita tidak membuat program kerja dengan nyata. Jadi program kerja yang dibuat, sering dibuat menggunakan bahasa GBHN, bukan bahasa yang bisa dioperasionalkan denga fungsi waktu dan sebagainya.
Kang GK, Jangan sampai ganti ketua ganti kebijakan, moal beres-beres. |
“Sebaiknya, ketua atau calon ketua itu dialas saja oleh kita. Kita itu maunya apa buatlah program oleh kita dan program itu harus dikerjakan oleh ketua, siapapun ketuanya harus ikuti program itu jangan sampai ganti ketua ganti kebijakan, ganti rektor ganti kebijakan, moal beres-beres, jadi harus ada kontiunitas”, demikian kata Kang GK.
Buatlah unit-unit kecil apa yang bisa dikontribusikan untuk mahasiswa, misalnya ditulis paling tidak IKA Unpad menyiapkan 100.000 beasiswa untuk mahasiswa. ”Kalau tidak ya diturunkan untuk satu mahasiswa, tapi jelas”, selorohnya mengundang tawa hadirin.
Berhubungan dengan Kampus Merdeka juga sama, unit-unit kecil inilah yang harus dibangun, interaksi dalam materi kegiatan kuliah ini gampang dijadikan program rill, misalnya IKA sekurang-kurangnya mengadakan pertemuan dengan fakultas minimal satu kali setahun untuk membicarakan evaluasi kurikulum.
“Jadi pengalaman saya hampir semua organisasi progamnya sangat abstrak. Program itu ga usah banyak-banyak cukup 5/6 program tapi bisa dilaksanakan, hingga semua organisasi bisa mengatur kegiatannya dalam 4 tahun masa kepemimpinan itu”, kata GK pasti.
Tentang kontribusi terhadap Unpad, kata Kang GK, itu sadah lama dimulai Fakultas Hukum dan Pertanian membangun perpustakaan oleh alumni, malah Fakultas Ekonomi sudah lebih dulu para alumninya udunan membuat gedung MM (Magister Managemen). “Anu kaduga (gampang, terjangkau) saja program mah tapi bisa dilaksanakan”, katanya.
Kontribusi terhadap Negara, susah bagaimana mengukurnya, tapi kalau ada isu-isu penting di Negara minimal ngariung diskusi untuk menyampaikan sesuatu/pemikiran. Buatlah kelompok-kelompok legislasi untuk menyikapi persoalan Negara.
Terakhir Kang GK selain mengatakan kampus merdeka harus dilembagakan, balik bertanya. “Apa IKA Unpad setiap tahun menerima daftar lulusan dari universitas? Ini gampang dilacak karena mereka kan sudah punya alamat email dan itu bisa jadi pegangan dan ini sangat penting karena ini juga berkaitan dengan World Class University, sebab reputasi alumni diukur mereka bekeja dimana saja, jadi fungsi IKA juga memberi kontribusi agar universitas jadi WCU”, demikian pungkasnya.
Sementara Prof. Keri Lestari memberi masukan bagaimana pentingnya para alumni berperan untuk memajukan universitas, baik pemeringkatan global, karena ada survey pengguna alumni melalui employer reputation, bahwa pengembangan kurikulum harus sesuai dengan tantangan SDM terkini. Keri juga berharap ke depannya IKA Unpad menjembatani magang mahasiswa terkait salah satu implementasi Kampus Merdeka serta pentingnya media pemersatu untuk penggalangan dana dalam satu wadah, dalam bentuk Dana Abadi universitas PTNBH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum) untuk kemajuan Unpad, juga sinergi antara alumni dan universitas dalam menguatkan reputasi Unpad di tatanan reginonal dan global. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment