Home
» Seni Budaya
» Pertunjukan Teater “Pahlawan Tak Dikenal”, Penghormatan Bagi Para Pejuang Batalyon 33 Pelopor Siliwangi
Monday, September 1, 2025
![]() |
Teater 'Pahlawan Tak Dikenal', Lembaga Seni Budaya Manikam Khalustiwa (Foto : Asep GP) |
Acara yang diselengarakan oleh Lembaga Seni Budaya Manikam Khatulistiwa, dengan dukungan Bank BTN ini digelar di Gedung De Majestic, Jalan Braga, Kota Bandung, pada Sabtu (30/8/2025), dalam dua sesi pertunjukan: • Sesi 1: 16.00 – 17.30 WIB • Sesi 2: 19.30 – 21.00 WIB.
Naskah disutradarai oleh Irwan Guntari W.K., menghadirkan fragmen kehidupan rakyat biasa yang tersapu arus revolusi. Tiga tokoh utama — Aryati, Lukas, dan Sumarni, menjadi representasi cinta, kehilangan, dan pilihan hidup yang harus dihadapi di tengah kobaran semangat perjuangan Bandung.
Pertunjukan teater Pahlawan Tak Dikenal adalah sebuah karya dramatik yang dipersembahkan bagi para pejuang Batalyon 33 Pelopor Siliwangi yang berjuang di Bandung Timur. Naskah ini ditulis Vinny Soemantri dengan ilham dari perjuangan mereka, yang tercatat dalam catatan resmi R. Tatang Soemantri serta buku Tiada Berita dari Bandung Timur karya R.J. Rusady Wirahaditenayav — dua tokoh pejuang dari batalyon tersebut.
“Pertunjukan ini bukan sekadar drama panggung, tapi upaya menghidupkan kembali suara-suara yang terpendam dalam catatan harian. Para pahlawan tanpa nama itu nyata, dan kisahnya layak dikenang,” ujar Vinny Soemantri, Penulis Naskah.
![]() |
Vinny Soemantri pemeran tokoh Aryati (kanan) dan Ken Atik Djatmiko (Sumarni) dan Heksa Ramdono (Kapten Lukas) sebagai Pemeran Utama (Foto : Asep GP) |
Pahlawan Tak Dikenal mungkin hanya dapat kita temui pada deretan nisan tanpa nama di Taman Makam Pahlawan. Mereka adalah para pejuang yang gugur di medan perang tanpa pamrih, yang ditemukan tanpa identitas, dicari keluarganya tanpa pernah ditemukan. Pertunjukan ini adalah doa dan penghormatan, sebuah cara untuk menghidupkan kembali nisan-nisan itu lewat suara, tubuh, dan panggung agar pengorbanan mereka tidak hilang ditelan waktu, papar Vinny.
Vinny juga usai pentas, mengatakan pada wartawan, pergelaran mengenang para pahlawan ini bisa memberikan edukasi rasa Nasionalisme kepada generasi muda.
Dalam kehidupan sehari-hari kita juga bisa mengajarkan rasa Nasionalisme kepada anak-anak dengan cara sederhana dan tidak ribet. Salah satu caranya dengan cara mencintai kebersihan lingkungan, menghargai pendapat orang lain dan saling menghormati, itu bentuk Nasionalisme juga.
“Karena Indonesia itu Negara yang penuh dengan etika, bukan Negara yang semerawut, jadi marilah kita kembali ke akar kita,“ tandasnya.
Sementara itu Aming D. Rachman dalam catatan pengantarnya mengatakan, “Sebuah nisan tidak hanya tanda makam, tetapi juga tanda peradaban. Ia adalah pengingat bahwa kita berdiri di atas pengorbanan orang-orang yang namanya seringkali hilang dari buku sejarah. Teater ini mengajak kita untuk menyalakan kembali obor ingatan itu, agar kita tidak kehilangan arah sebagai bangsa.
Pergelaran ini merupakan sebuah penghormatan dari seniman Bandung untuk para pahlawan yang tidak dikenal terutama di Bandung Timur. Jadi pada momen bulan Agustus (memperingati Kemerdekaan RI) ini rasanya kecintaan itu bisa ditumpahkan sedemikian rupa seperti tadi yang kita saksikan di panggung.
![]() |
Vinny Soemantri (Kanan) dan Ken Atik (Foto : Asep GP) |
“Naskah yang dibikin oleh Viny itu betul-betul menjiwai, karena Vinny adalah anak dari seorang pejuang (R. Tatang Soemantri), sehingga dedikasi dari naskah ini dipersembahkan buat para pahlawan yang tidak dikenal, yang memberikan pesan bahwa mereka semua memang harus selamanya dikenang dan dihormati jiwa patriotismenya,“ katanya serius.
Makanya alumni Seni Rupa IKIP (FPSD UPI) Bandung ini berharap naskah-naskah seperti ini bisa bisa memotivasi seniman-seniman muda untuk berkreasi memanggungkan jiwa patriotisme para kusumah bangsa, dari generasi ke generasi. Sehingga nilai-nilai perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan itu bisa terus dicontoh dan dikenang hingga akhir zaman.
Kita sebagai penerus bangsa ini, jangan pernah melupakan sejarah sedikit pun. “Urang moal bisa merdeka lamun teu aya para pahlawan anu berjuang, yeuh nyawa… kadieukeun kamerdekaan, (Kita tidak akan merdeka kalau tidak ada para pahlawan yang rela berjuang mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan)," tegas Aam Mulyana Bendahara PSB – 507 (Persatuan Sapedah Baheula) yang hadir bersama 20 anggota lainnya dengan memakai seragam tentara tempo doeloe, gagah sekali.
![]() |
Anggota PSB dalam balutan kostum Tentara Tempo Doeloe, hadir dalam pergelaran (Foto : Asep GP) |
“Memang ide untuk memunculkan jiwa patriotisme para pahlawan yang terkubur oleh hiruk-pikuk kehidupan yang lain ini, bagus. Penampilan para pemainnya juga bagus, dari awal saya tak beringsut dari tempat duduk, asik menyimak, terbawa suasana. Sama semuanya juga, kan biasanya suka ada yang ngobrol. Ini mah tidak. Hebat!” Kata sastrawan Sunda Etti RS, yang juga hadir, mengapresiasi.
Pergelaran ini bagus, katanya untuk mengenalkan para pahlawan yang tak dikenal kepada generasi muda. Etty berharap, pergelaran ini akan menginspirasi seniman lainnya untuk membuat monolog, teater atau apapun, supaya memunculkan lagi pengetahuan-pengetahuan yang selama ini tidak diketahui publik.
![]() |
Seluruh Pemeran dan Pendukung Acara (Foto : Asep GP) |
“Pahlawan Tak Dikenal bukan sekadar panggung teater, tapi doa dan penghormatan bagi mereka yang gugur tanpa nama. Delapan puluh tahun kita merdeka, namun bangsa ini masih terus digerogoti penjajah dalam wajah baru — para penjilat dan kaum serakah. Melalui teater ini, kami ingin menggugah kesadaran: bahwa kemerdekaan bukan hadiah abadi, melainkan amanah yang harus terus dijaga. Seni adalah cara kami untuk melawan lupa, agar merah putih tetap berkibar dengan harga diri,” demikian kata Irwan Guntari W.K., Sutradara Pergelaran ini.
**
Kredit Produksi:
Aktor: Vinny Soemantri, S. Ken Atik Djatmiko, Heksa Ramdono; Penulis Naskah: Vinny Soemantri ; Sutradara: Irwan Guntari ; Produser: Robby Hermawan ; Pimpinan Produksi: Masgal ; Dramaturg: Rosyid E. Abby ; Pembaca Puisi: Doddi Kiwari ; Penata Musik: Ammy Kurniawan, Adew Habtsa, Farhan; Penyanyi ‘Menghentikan Cipta’ Ganjar Noor; Penata Artistik Tim ManikamKhatulistiwa; Penari Syaiful Ramadhan; Pengibar Bendera: Imam Suryantoko; Penata Kostum: Ken Atik; Desain: Rika Oko; Penata Cahaya: Beben & Adit; Koordinator Properti & Wardrobe : Iving Irvine ; Properti : Dian Ramdan; Dokumentasi : Forum Film Jawa Barat, dan MC : Vanya Vibilla Andjani.
Tentang Manikam Khatulistiwa. Lembaga Seni Budaya Manikam Khatulistiwa adalah komunitas seni yang berfokus pada pementasan teater, literasi sejarah, dan pengembangan seni pertunjukan berbasis kearifan lokal. Melalui karya-karyanya, Manikam Khatulistiwa berkomitmen menjadi jembatan antara seni, sejarah, dan kemanusiaan. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
September 01, 2025
CB Blogger
IndonesiaPertunjukan Teater “Pahlawan Tak Dikenal”, Penghormatan Bagi Para Pejuang Batalyon 33 Pelopor Siliwangi
Posted by
Tatarjabar.com on Monday, September 1, 2025
![]() |
Teater 'Pahlawan Tak Dikenal', Lembaga Seni Budaya Manikam Khalustiwa (Foto : Asep GP) |
Acara yang diselengarakan oleh Lembaga Seni Budaya Manikam Khatulistiwa, dengan dukungan Bank BTN ini digelar di Gedung De Majestic, Jalan Braga, Kota Bandung, pada Sabtu (30/8/2025), dalam dua sesi pertunjukan: • Sesi 1: 16.00 – 17.30 WIB • Sesi 2: 19.30 – 21.00 WIB.
Naskah disutradarai oleh Irwan Guntari W.K., menghadirkan fragmen kehidupan rakyat biasa yang tersapu arus revolusi. Tiga tokoh utama — Aryati, Lukas, dan Sumarni, menjadi representasi cinta, kehilangan, dan pilihan hidup yang harus dihadapi di tengah kobaran semangat perjuangan Bandung.
Pertunjukan teater Pahlawan Tak Dikenal adalah sebuah karya dramatik yang dipersembahkan bagi para pejuang Batalyon 33 Pelopor Siliwangi yang berjuang di Bandung Timur. Naskah ini ditulis Vinny Soemantri dengan ilham dari perjuangan mereka, yang tercatat dalam catatan resmi R. Tatang Soemantri serta buku Tiada Berita dari Bandung Timur karya R.J. Rusady Wirahaditenayav — dua tokoh pejuang dari batalyon tersebut.
“Pertunjukan ini bukan sekadar drama panggung, tapi upaya menghidupkan kembali suara-suara yang terpendam dalam catatan harian. Para pahlawan tanpa nama itu nyata, dan kisahnya layak dikenang,” ujar Vinny Soemantri, Penulis Naskah.
![]() |
Vinny Soemantri pemeran tokoh Aryati (kanan) dan Ken Atik Djatmiko (Sumarni) dan Heksa Ramdono (Kapten Lukas) sebagai Pemeran Utama (Foto : Asep GP) |
Pahlawan Tak Dikenal mungkin hanya dapat kita temui pada deretan nisan tanpa nama di Taman Makam Pahlawan. Mereka adalah para pejuang yang gugur di medan perang tanpa pamrih, yang ditemukan tanpa identitas, dicari keluarganya tanpa pernah ditemukan. Pertunjukan ini adalah doa dan penghormatan, sebuah cara untuk menghidupkan kembali nisan-nisan itu lewat suara, tubuh, dan panggung agar pengorbanan mereka tidak hilang ditelan waktu, papar Vinny.
Vinny juga usai pentas, mengatakan pada wartawan, pergelaran mengenang para pahlawan ini bisa memberikan edukasi rasa Nasionalisme kepada generasi muda.
Dalam kehidupan sehari-hari kita juga bisa mengajarkan rasa Nasionalisme kepada anak-anak dengan cara sederhana dan tidak ribet. Salah satu caranya dengan cara mencintai kebersihan lingkungan, menghargai pendapat orang lain dan saling menghormati, itu bentuk Nasionalisme juga.
“Karena Indonesia itu Negara yang penuh dengan etika, bukan Negara yang semerawut, jadi marilah kita kembali ke akar kita,“ tandasnya.
Sementara itu Aming D. Rachman dalam catatan pengantarnya mengatakan, “Sebuah nisan tidak hanya tanda makam, tetapi juga tanda peradaban. Ia adalah pengingat bahwa kita berdiri di atas pengorbanan orang-orang yang namanya seringkali hilang dari buku sejarah. Teater ini mengajak kita untuk menyalakan kembali obor ingatan itu, agar kita tidak kehilangan arah sebagai bangsa.
Pergelaran ini merupakan sebuah penghormatan dari seniman Bandung untuk para pahlawan yang tidak dikenal terutama di Bandung Timur. Jadi pada momen bulan Agustus (memperingati Kemerdekaan RI) ini rasanya kecintaan itu bisa ditumpahkan sedemikian rupa seperti tadi yang kita saksikan di panggung.
![]() |
Vinny Soemantri (Kanan) dan Ken Atik (Foto : Asep GP) |
“Naskah yang dibikin oleh Viny itu betul-betul menjiwai, karena Vinny adalah anak dari seorang pejuang (R. Tatang Soemantri), sehingga dedikasi dari naskah ini dipersembahkan buat para pahlawan yang tidak dikenal, yang memberikan pesan bahwa mereka semua memang harus selamanya dikenang dan dihormati jiwa patriotismenya,“ katanya serius.
Makanya alumni Seni Rupa IKIP (FPSD UPI) Bandung ini berharap naskah-naskah seperti ini bisa bisa memotivasi seniman-seniman muda untuk berkreasi memanggungkan jiwa patriotisme para kusumah bangsa, dari generasi ke generasi. Sehingga nilai-nilai perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan itu bisa terus dicontoh dan dikenang hingga akhir zaman.
Kita sebagai penerus bangsa ini, jangan pernah melupakan sejarah sedikit pun. “Urang moal bisa merdeka lamun teu aya para pahlawan anu berjuang, yeuh nyawa… kadieukeun kamerdekaan, (Kita tidak akan merdeka kalau tidak ada para pahlawan yang rela berjuang mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan)," tegas Aam Mulyana Bendahara PSB – 507 (Persatuan Sapedah Baheula) yang hadir bersama 20 anggota lainnya dengan memakai seragam tentara tempo doeloe, gagah sekali.
![]() |
Anggota PSB dalam balutan kostum Tentara Tempo Doeloe, hadir dalam pergelaran (Foto : Asep GP) |
“Memang ide untuk memunculkan jiwa patriotisme para pahlawan yang terkubur oleh hiruk-pikuk kehidupan yang lain ini, bagus. Penampilan para pemainnya juga bagus, dari awal saya tak beringsut dari tempat duduk, asik menyimak, terbawa suasana. Sama semuanya juga, kan biasanya suka ada yang ngobrol. Ini mah tidak. Hebat!” Kata sastrawan Sunda Etti RS, yang juga hadir, mengapresiasi.
Pergelaran ini bagus, katanya untuk mengenalkan para pahlawan yang tak dikenal kepada generasi muda. Etty berharap, pergelaran ini akan menginspirasi seniman lainnya untuk membuat monolog, teater atau apapun, supaya memunculkan lagi pengetahuan-pengetahuan yang selama ini tidak diketahui publik.
![]() |
Seluruh Pemeran dan Pendukung Acara (Foto : Asep GP) |
“Pahlawan Tak Dikenal bukan sekadar panggung teater, tapi doa dan penghormatan bagi mereka yang gugur tanpa nama. Delapan puluh tahun kita merdeka, namun bangsa ini masih terus digerogoti penjajah dalam wajah baru — para penjilat dan kaum serakah. Melalui teater ini, kami ingin menggugah kesadaran: bahwa kemerdekaan bukan hadiah abadi, melainkan amanah yang harus terus dijaga. Seni adalah cara kami untuk melawan lupa, agar merah putih tetap berkibar dengan harga diri,” demikian kata Irwan Guntari W.K., Sutradara Pergelaran ini.
**
Kredit Produksi:
Aktor: Vinny Soemantri, S. Ken Atik Djatmiko, Heksa Ramdono; Penulis Naskah: Vinny Soemantri ; Sutradara: Irwan Guntari ; Produser: Robby Hermawan ; Pimpinan Produksi: Masgal ; Dramaturg: Rosyid E. Abby ; Pembaca Puisi: Doddi Kiwari ; Penata Musik: Ammy Kurniawan, Adew Habtsa, Farhan; Penyanyi ‘Menghentikan Cipta’ Ganjar Noor; Penata Artistik Tim ManikamKhatulistiwa; Penari Syaiful Ramadhan; Pengibar Bendera: Imam Suryantoko; Penata Kostum: Ken Atik; Desain: Rika Oko; Penata Cahaya: Beben & Adit; Koordinator Properti & Wardrobe : Iving Irvine ; Properti : Dian Ramdan; Dokumentasi : Forum Film Jawa Barat, dan MC : Vanya Vibilla Andjani.
Tentang Manikam Khatulistiwa. Lembaga Seni Budaya Manikam Khatulistiwa adalah komunitas seni yang berfokus pada pementasan teater, literasi sejarah, dan pengembangan seni pertunjukan berbasis kearifan lokal. Melalui karya-karyanya, Manikam Khatulistiwa berkomitmen menjadi jembatan antara seni, sejarah, dan kemanusiaan. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment