Wednesday, August 21, 2024
Pemenang Hadiah Sastra Rancage, Abdullah Mustappa, Bu Ageng Cicit, Carma Mira dan Ai Koraliati |
Yayasan Rancagé dan Paguyuban Pasundan Berkomitmen kembangkan Budaya Daerah
Empat sastrawan dari tiga daerah di Indonesia mendapat Hadiah Sastra Rancagé 2024, para sastrawan tersebut adalah Abdullah Mustappa (78) yang menulis karya Sastra Sunda Carita anu Duaan (penerbit Dunia Pustaka Jaya, Bandung, 2023), terus Bu Ageng Cicit (82) yang menulis karya Sastera Jawa Tanjung Ngiringan Omah, kumpulan cerita pendek (penerbit Interlude, Yogyakarta, 2023), dan Carma Mira (33) yang menulis karya Sastra Bali Ngantosang Ulungan Bulan, kumpulan cerita pendek (penerbit Pustaka Ekspresi, Tabanan, Bali, 2023).
Selain tiga hadiah di atas, Yayasan Rancage pun menyerahkan hadiah “Samsoedi”, yaitu hadiah untuk bacaan anak-anak berbahasa Sunda. Pemenangnya adalah Si Timu karya Ai Koraliati (penerbit Geger Sunten, Bandung, 2021).
Para pemenang Hadiah Sastra “Rancagé” dan Samsudi tersebut mendapatkan penghargaan berupa piagam, dan uang tunai sebesar Rp7.500.000,00. Selain itu, ada juga cindera mata Kujang dari Pengurus Besar Paguyuban Pasundan.
Penyerahan hadiah dilaksanakan di Aula Mandala Saba Dr. Djundjunan, Gedung Paguyuban Pasundan, Jl. Sumatera No. 41 Kota Bandung, Selasa (20/8/2024). Kegiatan ini juga bertepatan dengan puncak peringatan hari ulang tahun ke-111 Paguyuban Pasundan.
Menurut Etti RS, Ketua I Yayasan Kebudayaan Rancagé, pelaksanaan hadiah sastra kali ini merupakan langkah awal kerja sama dengan Paguyuban Pasundan. Kedua lembaga ini telah berkomitmen untuk bergandengan dalam mengembangkan kebudayaan daerah di masa mendatang.
Hadir dalam kegiatan tersebut Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, M.Si, Ketua Umum Pengurus Besar Paguyuban Pasundan sebagai pribumi, Erry Riyana Hadjapamekas (Ketua Dewan Pembina Rancagé), Pj. Wali Kota Bandung (Ir. Bambang Tirtoyuliono, M.M,) diwakili oleh Staf Ahli Wali Kota Bandung Asep Cucu Cahyadi, Prof. Dr. E. Aminudin Aziz (Kepala Badan Bahasa sekaligus Plt. Kepala Perpustakaan Nasional), para akademisi, serta para sastrawan, seniman dan budayawan, juga mahasiswa dan para inohong Jawa Barat lainnya.
Menurut Titi Surti Nasti, Ketua Umum Yayasan Kebudayaan Rancagé, Hadiah ini telah diberikan sejak tahun 1989, sebagai bentuk apresiasi untuk pengembangan sastra daerah di Indonesia. Adapun buku sastra yang dinilai oleh juri untuk Hadiah Rancage tahun 2024 sebanyak 45 judul. Buku tersebut terdiri atas 11 judul karya sastra Sunda, 18 judul karya sastra Jawa, 12 judul karya sastra Bali, dan 4 judul cerita anak-anak berbahasa Sunda untuk Hadiah “Samsoedi”.
“Hanya ada tiga daerah yang memenuhi kriteria untuk dinilai dalam Hadiah Sastra Rancagé 2024, yaitu sastra Sunda, Jawa, dan Bali. Adapun buku-buku dalam sastra Lampung, Batak, Madura, dan Banjar, belum ada yang memenuhi syarat untuk diberi hadiah tahun ini. Semoga di tahun-tahun mendatang lebih banyak lagi buku yang terbit dari daerah-daerah tersebut,” jelas Titi.
Lebih lanjut Titi mengatakan, setelah melewati perjalanan 36 tahun, Yayasan Rancagé tetap optimis bahwa sastra daerah akan terus berkembang mengikuti zaman. Pasang-surut perhatian masyarakat terhadap sastra daerah adalah hal biasa.
“Bagi kami, yang terpenting adalah memberi komitmen dan menjaga konsistensi agar hadiah ini tidak terputus, bagaimanapun keadaannya,” ungkapnya. Selain itu, mulai tahun depan Yayasan Kebudayaan Rancagé akan memberikan lagi hadiah untuk kategori jasa. Prosedur pemberian hadiah jasa ini akan diumumkan kemudian.
Lalu bagaimana dengan perkembangan karya sastra daerah di lingkungan ketiga etnis pemenang Rancage tahun ini, Dhanu Priyo Prabowo, juri sastra Jawa mengungkapkan penerbitan buku-buku sastra Jawa masih cukup marak. “Gambaran ini memberikan satu semangat bahwa dunia kesusastraan berbahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, masih tetap mendapatkan apresiasi,” ujar Dhanu.
Demikian juga menurut I Nyoman Darma Putra, juri sastra Bali, perkembangan sastra Bali modern dalam 30 tahun terakhir masih cukup stabil. Setiap tahun, ada 10-15 judul buku yang terbit dalam bahasa Bali. “Secara umum, karya sastra Bali yang terbit tahun 2023, baik berupa antologi puisi maupun cerpen menunjukkan kreativitas pengarang Bali dalam pencarian estetika ekspresi. Tiap pengarang menyajikan gaya yang berbeda-beda. Minat, latar belakang pendidikan, daerah asal pengarang yang berbeda-beda ikut menentukan gaya ekspresi mereka,” tutur Darma.
Bagaimana dengan sastra Sunda, Teddi Muhtadin, juri sastra Sunda mengatakan, secara keseluruhan penerbit buku-buku Sunda mengalami penurunan pada beberapa tahun terakhir jika dibandingkan dengan penerbitan buku Sunda 10 tahun yang lalu. “Akan tetapi, secara kualitas penerbitan buku Sunda masih layak dan penting untuk dibaca. Buku-buku karya para senior bisa hadir bersama buku-buku karya pengarang yang lebih muda. Sayangnya, buku bacaan anak-anak sangat sedikit. Seperti piramida terbalik, generasi muda Sunda tidak dipersiapkan menjadi pembaca sastra Sunda. Tentu hal ini harus segera diatasi,” ucap Teddi.
Pemenang hadiah Rancage untuk Sastera Sunda, Abdullah Mustappa, di tengah rasa bahagianya tetap punya kekhawatiran bahasa daerah khususnya Sunda, sedang terancam punah. Oleh karenanya kata Abdullah para sastrawan Sunda harus mencontoh sastrawan-satrawan dari Bali, walaupun sama-sama tidak didukung penuh oleh pemerintah tapi tetap survive, kreatif tiap tahun mengadakan sayembara tentang sastra bahasa Bali, lalu mereka cetak, diterbitkan dalam bentuk buku antologi dan diantara karya yang jadi nomini diusulkan ke Rancage.
“Dari mulai Sayembara hingga mencetak buku sastra bahasa Bali mereka lakukan secara mandiri, makanya tiap tahun terus menghasilkan karya sastera daerah yang berkualitas dan bahasanya terlestarikan. Nah makanya kita juga orang Sunda harus mencontoh mereka, apalagi yang membuat Rancage itu orang Sunda. Kalau orang lain membuat kreativitas kita juga harus lebih dari itu sehingga kehidupan sastra Sunda bisa lebih maju lagi,“ kata Abdullah.
Sastrawan Sunda yang juga pernah jadi Pemred Majalah Sunda Mangle dan kolomnis (Bakekok) Koran Sunda Galura ini juga menghimbau kepada para kaum milenial, jangan terlalu fokus ke media digital (media online), sebab berkaca pada cara-cara orang Bali melestarikan bahasa dan sastranya tadi, media cetak/offline juga penting. Memang media online sudah merupakan keniscayaan di zaman sekarang tapi media cetak juga harus tetap diusahakan tetap ada.
“Semoga perhatian dari badan bahasa dan cara-cara orang Bali melestarikan bahasa dan sastranya menjadi inspirasi dan membesarkan semangat kita untuk terus berusaha melestarikan bahasa dan sastra Sunda dan semoga kualitasnya juga makin maju. Usia Akang sekarang sudah 78 tahun asa pangkolotna, tapi tadi pemenang dari Jawa usianya 82 tahun. Jadi kita jangan mau kalah harus terus menulis, kita harus jadi pelopor sebagaimana Hadiah Sastra Rancage yang didirikan oleh para budayawan kita (Ajip Rosidi, Erry Riyana Hardjapamekas, Edi S. Ekadjati, serta tokoh lainnya)” demikian pungkas Abdullah.
Senada dengan hal itu Erry Riyana Hardjapamekas pun menegaskan kepada para wartawan. “Kita semuanya harus bekerja keras karena perkembangan sastra daerah terancam keras oleh budaya nasional dan internasional, sedangkan di sisi lain undang-undang mewajibkan kita melestarikan bahasa ibu, artinya bahasa daerah harus kita pelihara dan itu bukan hanya tugas Yayasan Rancage, tapi tugas kita semua,” ungkapnya .
Rancage, kata Erry hanya memicu dari satu sisi saja, dari karya sastra daerah. Itu pun terbatas baru beberapa karya sastra daerah dari Sunda, Jawa, Bali, Madura, kadang-kadang Batak, Lampung, Bugis, Banjar, belum semua dan itu harus kita bangkitkan terus, katanya.
“Dan para penerima hadiah itu orang-orang luar biasa, mereka tetap menjaga dan berkarya dalam bahasa daerah, melestarikan bahasa daerah di tengah gempuran nasional (bahasa Indonesia) dan internasional (bahasa Inggris). Semangatnya masih ada tadi kan penerima hadiah ada yang berusia 82, 78 hingga 33 tahun, semoga bisa jadi penyemangan bagi generasi sekarang,“ pungkasnya.
Sementara itu Ketua Paguyuban Pasundan Didi Turmudzi, melihat saat ini ada beberapa krisis yang terjadi di masyarakat Jawa Barat khususnya Sunda, yaitu krisis menggunakan bahasa Sunda. Nah penghargaan seperti ini kata Didi, diharapkan bisa merangsang motivasi kita semua. Karena bagaimanapun basa teh ciciren bangsa – Bahasa itu identitas bangsa, hilang bahasa hilang juga bangsanya. “Oleh karena itu Paguyuban Pasundan merasa perlu bekerjasama dengan Yayasan Rancage, sebab Rancage itu mitra sabaraya rasa dengan Paguyuban Pasundan, misinya sama,“ katanya.
Keduanya Krisis Simbol, tapi apabila bahasa Sunda muncul, dilestarikan oleh masyarakat penuturnya maka simbol-simbol kesundaan yang memang dibutuhkan saat ini pun akan tetap ada.
Ketiga kita krisis suku-suku bangsa. Semoga dengan kegiatan Rancage yang merangkul semua suku bangsa ini memperlihatkan bahwa orang Sunda, Yayasan Rancage, Paguyuban Pasunda tidak sukuisme, tapi sebaliknya ingin merangkul semua suku bangsa untuk sama-sama membangun bangsa.
Didi juga merasakan dalam kehidupan bernegara saat ini, banyak yang tidak waras. Untuk itu kata dia, perlu adanya Kepempimpinan Informal di tiap daerah, kelurahan, desa atau kampung hingga di tengah beban ekonomi ini bisa memandu, menjadi bahan acuan bagaimana kehidupan yang wajar, bagaimana cara bermasyarakat dan bernegara yang baik, hingga ada etika dalam bergaul dan berbudaya serta berpolitik.
“Memang saat ini akhlak kita sedang tidak baik-baik saja, tapi semoga lewat pendekatan pendidikan ini, yang memang pendidikan saat ini terutama di perguruan tinggi tidak membangun karakter, jadi masukan ke depan, bahwa kita ingin melahirkan lulusan alumni-alumni yang jadi tokoh yang mau pasang badan untuk kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta terwujud karakter pantang menyerah, pemberani, fighter, petarung, untuk kelangsungan hidup bangsa,“ pungkasnya.
Menetapkan Para Pemenang
Dewan juri telah menetapkan ada tiga nominé Hadiah Sastra Rancagé 2024 untuk sastra Sunda, yaitu Kembang Kertas karya Ai Koraliati, Balaganjur: Sempalan Tilu Jaman karya Syafe’i Bastaman, dan Carita anu Duaan karya Abdullah Mustappa. Berdasarkan hasil pertimbangan juri, pemenang Hadiah Rancagé 2024 untuk sastra Sunda adalah Carita anu Duaan karya Abdullah Mustappa (penerbit Dunia Pustaka Jaya, Bandung, 2023).
Sedangkan nomine untuk sastra Jawa adalah Ngleluri karya St. Sri Emyani; Tan Peng Nio karya Ki Sudadi, Gendhelan Geguritan Piye Jal karya D’ Eros Sudarjono, dan Wit Tanjung Ngiringan Omah karya Bu Ageng Cicit. Berdasarkan pertimbangan atas karya yang dinilai, ditetapkan pemenang Hadiah Rancagé 2024 untuk sastra Jawa adalah Tanjung Ngiringan Omah, kumpulan cerita pendek karya Bu Ageng Cicit (penerbit Interlude, Yogyakarta, 2023).
Sementara itu, jumlah buku sastra Bali yang terbit pada tahun 2023 adalah 12 judul, meningkat dua judul dibandingkan jumlah terbitan tahun sebelumnya. Setelah menetapkan nominasi, juri mempertimbangkan dan memutuskan bahwa pemenang Hadiah Rancagé 2024 untuk sastra Bali adalah Ngantosang Ulungan Bulan, kumpulan cerita pendek karya Carma Mira (penerbit Pustaka Ekspresi, Tabanan, Bali, 2023). (Asep GP)***
Hadiah Sastra Rancagé 2024
Pemenang Hadiah Sastra Rancage, Abdullah Mustappa, Bu Ageng Cicit, Carma Mira dan Ai Koraliati |
Yayasan Rancagé dan Paguyuban Pasundan Berkomitmen kembangkan Budaya Daerah
Empat sastrawan dari tiga daerah di Indonesia mendapat Hadiah Sastra Rancagé 2024, para sastrawan tersebut adalah Abdullah Mustappa (78) yang menulis karya Sastra Sunda Carita anu Duaan (penerbit Dunia Pustaka Jaya, Bandung, 2023), terus Bu Ageng Cicit (82) yang menulis karya Sastera Jawa Tanjung Ngiringan Omah, kumpulan cerita pendek (penerbit Interlude, Yogyakarta, 2023), dan Carma Mira (33) yang menulis karya Sastra Bali Ngantosang Ulungan Bulan, kumpulan cerita pendek (penerbit Pustaka Ekspresi, Tabanan, Bali, 2023).
Selain tiga hadiah di atas, Yayasan Rancage pun menyerahkan hadiah “Samsoedi”, yaitu hadiah untuk bacaan anak-anak berbahasa Sunda. Pemenangnya adalah Si Timu karya Ai Koraliati (penerbit Geger Sunten, Bandung, 2021).
Para pemenang Hadiah Sastra “Rancagé” dan Samsudi tersebut mendapatkan penghargaan berupa piagam, dan uang tunai sebesar Rp7.500.000,00. Selain itu, ada juga cindera mata Kujang dari Pengurus Besar Paguyuban Pasundan.
Penyerahan hadiah dilaksanakan di Aula Mandala Saba Dr. Djundjunan, Gedung Paguyuban Pasundan, Jl. Sumatera No. 41 Kota Bandung, Selasa (20/8/2024). Kegiatan ini juga bertepatan dengan puncak peringatan hari ulang tahun ke-111 Paguyuban Pasundan.
Menurut Etti RS, Ketua I Yayasan Kebudayaan Rancagé, pelaksanaan hadiah sastra kali ini merupakan langkah awal kerja sama dengan Paguyuban Pasundan. Kedua lembaga ini telah berkomitmen untuk bergandengan dalam mengembangkan kebudayaan daerah di masa mendatang.
Hadir dalam kegiatan tersebut Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, M.Si, Ketua Umum Pengurus Besar Paguyuban Pasundan sebagai pribumi, Erry Riyana Hadjapamekas (Ketua Dewan Pembina Rancagé), Pj. Wali Kota Bandung (Ir. Bambang Tirtoyuliono, M.M,) diwakili oleh Staf Ahli Wali Kota Bandung Asep Cucu Cahyadi, Prof. Dr. E. Aminudin Aziz (Kepala Badan Bahasa sekaligus Plt. Kepala Perpustakaan Nasional), para akademisi, serta para sastrawan, seniman dan budayawan, juga mahasiswa dan para inohong Jawa Barat lainnya.
Menurut Titi Surti Nasti, Ketua Umum Yayasan Kebudayaan Rancagé, Hadiah ini telah diberikan sejak tahun 1989, sebagai bentuk apresiasi untuk pengembangan sastra daerah di Indonesia. Adapun buku sastra yang dinilai oleh juri untuk Hadiah Rancage tahun 2024 sebanyak 45 judul. Buku tersebut terdiri atas 11 judul karya sastra Sunda, 18 judul karya sastra Jawa, 12 judul karya sastra Bali, dan 4 judul cerita anak-anak berbahasa Sunda untuk Hadiah “Samsoedi”.
“Hanya ada tiga daerah yang memenuhi kriteria untuk dinilai dalam Hadiah Sastra Rancagé 2024, yaitu sastra Sunda, Jawa, dan Bali. Adapun buku-buku dalam sastra Lampung, Batak, Madura, dan Banjar, belum ada yang memenuhi syarat untuk diberi hadiah tahun ini. Semoga di tahun-tahun mendatang lebih banyak lagi buku yang terbit dari daerah-daerah tersebut,” jelas Titi.
Lebih lanjut Titi mengatakan, setelah melewati perjalanan 36 tahun, Yayasan Rancagé tetap optimis bahwa sastra daerah akan terus berkembang mengikuti zaman. Pasang-surut perhatian masyarakat terhadap sastra daerah adalah hal biasa.
“Bagi kami, yang terpenting adalah memberi komitmen dan menjaga konsistensi agar hadiah ini tidak terputus, bagaimanapun keadaannya,” ungkapnya. Selain itu, mulai tahun depan Yayasan Kebudayaan Rancagé akan memberikan lagi hadiah untuk kategori jasa. Prosedur pemberian hadiah jasa ini akan diumumkan kemudian.
Lalu bagaimana dengan perkembangan karya sastra daerah di lingkungan ketiga etnis pemenang Rancage tahun ini, Dhanu Priyo Prabowo, juri sastra Jawa mengungkapkan penerbitan buku-buku sastra Jawa masih cukup marak. “Gambaran ini memberikan satu semangat bahwa dunia kesusastraan berbahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, masih tetap mendapatkan apresiasi,” ujar Dhanu.
Demikian juga menurut I Nyoman Darma Putra, juri sastra Bali, perkembangan sastra Bali modern dalam 30 tahun terakhir masih cukup stabil. Setiap tahun, ada 10-15 judul buku yang terbit dalam bahasa Bali. “Secara umum, karya sastra Bali yang terbit tahun 2023, baik berupa antologi puisi maupun cerpen menunjukkan kreativitas pengarang Bali dalam pencarian estetika ekspresi. Tiap pengarang menyajikan gaya yang berbeda-beda. Minat, latar belakang pendidikan, daerah asal pengarang yang berbeda-beda ikut menentukan gaya ekspresi mereka,” tutur Darma.
Bagaimana dengan sastra Sunda, Teddi Muhtadin, juri sastra Sunda mengatakan, secara keseluruhan penerbit buku-buku Sunda mengalami penurunan pada beberapa tahun terakhir jika dibandingkan dengan penerbitan buku Sunda 10 tahun yang lalu. “Akan tetapi, secara kualitas penerbitan buku Sunda masih layak dan penting untuk dibaca. Buku-buku karya para senior bisa hadir bersama buku-buku karya pengarang yang lebih muda. Sayangnya, buku bacaan anak-anak sangat sedikit. Seperti piramida terbalik, generasi muda Sunda tidak dipersiapkan menjadi pembaca sastra Sunda. Tentu hal ini harus segera diatasi,” ucap Teddi.
Pemenang hadiah Rancage untuk Sastera Sunda, Abdullah Mustappa, di tengah rasa bahagianya tetap punya kekhawatiran bahasa daerah khususnya Sunda, sedang terancam punah. Oleh karenanya kata Abdullah para sastrawan Sunda harus mencontoh sastrawan-satrawan dari Bali, walaupun sama-sama tidak didukung penuh oleh pemerintah tapi tetap survive, kreatif tiap tahun mengadakan sayembara tentang sastra bahasa Bali, lalu mereka cetak, diterbitkan dalam bentuk buku antologi dan diantara karya yang jadi nomini diusulkan ke Rancage.
“Dari mulai Sayembara hingga mencetak buku sastra bahasa Bali mereka lakukan secara mandiri, makanya tiap tahun terus menghasilkan karya sastera daerah yang berkualitas dan bahasanya terlestarikan. Nah makanya kita juga orang Sunda harus mencontoh mereka, apalagi yang membuat Rancage itu orang Sunda. Kalau orang lain membuat kreativitas kita juga harus lebih dari itu sehingga kehidupan sastra Sunda bisa lebih maju lagi,“ kata Abdullah.
Sastrawan Sunda yang juga pernah jadi Pemred Majalah Sunda Mangle dan kolomnis (Bakekok) Koran Sunda Galura ini juga menghimbau kepada para kaum milenial, jangan terlalu fokus ke media digital (media online), sebab berkaca pada cara-cara orang Bali melestarikan bahasa dan sastranya tadi, media cetak/offline juga penting. Memang media online sudah merupakan keniscayaan di zaman sekarang tapi media cetak juga harus tetap diusahakan tetap ada.
“Semoga perhatian dari badan bahasa dan cara-cara orang Bali melestarikan bahasa dan sastranya menjadi inspirasi dan membesarkan semangat kita untuk terus berusaha melestarikan bahasa dan sastra Sunda dan semoga kualitasnya juga makin maju. Usia Akang sekarang sudah 78 tahun asa pangkolotna, tapi tadi pemenang dari Jawa usianya 82 tahun. Jadi kita jangan mau kalah harus terus menulis, kita harus jadi pelopor sebagaimana Hadiah Sastra Rancage yang didirikan oleh para budayawan kita (Ajip Rosidi, Erry Riyana Hardjapamekas, Edi S. Ekadjati, serta tokoh lainnya)” demikian pungkas Abdullah.
Senada dengan hal itu Erry Riyana Hardjapamekas pun menegaskan kepada para wartawan. “Kita semuanya harus bekerja keras karena perkembangan sastra daerah terancam keras oleh budaya nasional dan internasional, sedangkan di sisi lain undang-undang mewajibkan kita melestarikan bahasa ibu, artinya bahasa daerah harus kita pelihara dan itu bukan hanya tugas Yayasan Rancage, tapi tugas kita semua,” ungkapnya .
Rancage, kata Erry hanya memicu dari satu sisi saja, dari karya sastra daerah. Itu pun terbatas baru beberapa karya sastra daerah dari Sunda, Jawa, Bali, Madura, kadang-kadang Batak, Lampung, Bugis, Banjar, belum semua dan itu harus kita bangkitkan terus, katanya.
“Dan para penerima hadiah itu orang-orang luar biasa, mereka tetap menjaga dan berkarya dalam bahasa daerah, melestarikan bahasa daerah di tengah gempuran nasional (bahasa Indonesia) dan internasional (bahasa Inggris). Semangatnya masih ada tadi kan penerima hadiah ada yang berusia 82, 78 hingga 33 tahun, semoga bisa jadi penyemangan bagi generasi sekarang,“ pungkasnya.
Sementara itu Ketua Paguyuban Pasundan Didi Turmudzi, melihat saat ini ada beberapa krisis yang terjadi di masyarakat Jawa Barat khususnya Sunda, yaitu krisis menggunakan bahasa Sunda. Nah penghargaan seperti ini kata Didi, diharapkan bisa merangsang motivasi kita semua. Karena bagaimanapun basa teh ciciren bangsa – Bahasa itu identitas bangsa, hilang bahasa hilang juga bangsanya. “Oleh karena itu Paguyuban Pasundan merasa perlu bekerjasama dengan Yayasan Rancage, sebab Rancage itu mitra sabaraya rasa dengan Paguyuban Pasundan, misinya sama,“ katanya.
Keduanya Krisis Simbol, tapi apabila bahasa Sunda muncul, dilestarikan oleh masyarakat penuturnya maka simbol-simbol kesundaan yang memang dibutuhkan saat ini pun akan tetap ada.
Ketiga kita krisis suku-suku bangsa. Semoga dengan kegiatan Rancage yang merangkul semua suku bangsa ini memperlihatkan bahwa orang Sunda, Yayasan Rancage, Paguyuban Pasunda tidak sukuisme, tapi sebaliknya ingin merangkul semua suku bangsa untuk sama-sama membangun bangsa.
Didi juga merasakan dalam kehidupan bernegara saat ini, banyak yang tidak waras. Untuk itu kata dia, perlu adanya Kepempimpinan Informal di tiap daerah, kelurahan, desa atau kampung hingga di tengah beban ekonomi ini bisa memandu, menjadi bahan acuan bagaimana kehidupan yang wajar, bagaimana cara bermasyarakat dan bernegara yang baik, hingga ada etika dalam bergaul dan berbudaya serta berpolitik.
“Memang saat ini akhlak kita sedang tidak baik-baik saja, tapi semoga lewat pendekatan pendidikan ini, yang memang pendidikan saat ini terutama di perguruan tinggi tidak membangun karakter, jadi masukan ke depan, bahwa kita ingin melahirkan lulusan alumni-alumni yang jadi tokoh yang mau pasang badan untuk kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta terwujud karakter pantang menyerah, pemberani, fighter, petarung, untuk kelangsungan hidup bangsa,“ pungkasnya.
Menetapkan Para Pemenang
Dewan juri telah menetapkan ada tiga nominé Hadiah Sastra Rancagé 2024 untuk sastra Sunda, yaitu Kembang Kertas karya Ai Koraliati, Balaganjur: Sempalan Tilu Jaman karya Syafe’i Bastaman, dan Carita anu Duaan karya Abdullah Mustappa. Berdasarkan hasil pertimbangan juri, pemenang Hadiah Rancagé 2024 untuk sastra Sunda adalah Carita anu Duaan karya Abdullah Mustappa (penerbit Dunia Pustaka Jaya, Bandung, 2023).
Sedangkan nomine untuk sastra Jawa adalah Ngleluri karya St. Sri Emyani; Tan Peng Nio karya Ki Sudadi, Gendhelan Geguritan Piye Jal karya D’ Eros Sudarjono, dan Wit Tanjung Ngiringan Omah karya Bu Ageng Cicit. Berdasarkan pertimbangan atas karya yang dinilai, ditetapkan pemenang Hadiah Rancagé 2024 untuk sastra Jawa adalah Tanjung Ngiringan Omah, kumpulan cerita pendek karya Bu Ageng Cicit (penerbit Interlude, Yogyakarta, 2023).
Sementara itu, jumlah buku sastra Bali yang terbit pada tahun 2023 adalah 12 judul, meningkat dua judul dibandingkan jumlah terbitan tahun sebelumnya. Setelah menetapkan nominasi, juri mempertimbangkan dan memutuskan bahwa pemenang Hadiah Rancagé 2024 untuk sastra Bali adalah Ngantosang Ulungan Bulan, kumpulan cerita pendek karya Carma Mira (penerbit Pustaka Ekspresi, Tabanan, Bali, 2023). (Asep GP)***
No comments :
Post a Comment