Tuesday, June 4, 2024
Para pelatihnya ahli di bidangnya - lulusan ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia, kini ISBI Bandung), dan jam terbangnya tinggi, sering mengajar dan manggung di berbagai Negara. Para muridnya pun jadi langganan di tiap kejuaraan, hingga sertifikat, piagam penghargaannya banyak dipakai Jalur Prestasi (Japres) untuk masuk SMP, SMA, hingga perguruan tinggi.
Seni itu penghalus jiwa. Belajar seni banyak manfaatnya. Pendidikan seni diajarkan di sekolah-sekolah dan di komunitas/perkumpulan seni untuk mengembangkan bakat dan kreativitas anak didik. Pendidikan seni juga selain untuk melestraikan seni-budaya kita, bisa menumbuhkembangkan produk budaya berbagai etnis/suku bangsa yang ada di Nusanatara.
Seni juga menurut para ahli bisa menajamkan kecerdasan (kognitif), rasa, minat, sikap, emosi dan nilai-nilai yang nantinya akan berkaitan dengan tanggungjawab, gotong royong/kerjasama, disiplin, jujur, percaya diri, dan menghargai sasama (apektif), dan bermanfaat untuk keseimbangan raga/badan, mengatasi persoalan, menguatkan harga diri, dsb, (psikomotorik).
Seni Tari, juga merupakan pengembangan kreativitas dan ekspresi diri, tari adalah bentuk kreativitas dan ekspresi diri. Dalam dunia pendidikan, belajar dan mempertunjukan tarian bertujuan untuk mengembangkan bakat seni para siswa, juga menaikan kreativitasnya, dan mengeksplorasi ekspresi diri siswa lewat gerakan tubuhnya.
Nina - Dida Pendiri dan Pelatih Natya Dance Community (Foto Dok NDC) |
Dengan belajar tari, anak/siswa akan bisa mempertunjukan kreativitasnya dalam hal teknik mekanistik tubuh, punya sikap percaya diri, bisa bergerak secara sistematik-terstruktur, serta mampu berpikir secara sistematis dalam belajar atau mengingat/berpikir.
Nah daripada anak bermain game di Hape berjam-jam atau main tidak karuan, mendingan belajar tari. Banyak manfaatnya, selain yang disebutkan di atas, dengan belajar tari anak akan sehat bugar karena tubuhnya terus bergerak dan kalau prestainya bagus, mengikuti berbagai perlombaan, sertifikat atau piagam penghargaanya bisa dipaka Jalur Prestasi (Japres) bila kelak masuk SMP, SMA atau Perguruan Tinggi, tanpa tes.
Di Bandung banyak tempat kursus atau komunitas seni tari yang tekenal dan hebat-hebat dan banyak melahirkan penari-penari unggulan dan langganan juara dalam berbagai kejuaraan tari. Contohnya Natya Dance Community (NDC) yang dikelola Dua Sejoli – suami istri, Nyi Rd. Nina Lydia, S. Sen, dan Dida Margana, S.Sen.
NDC (di Kemenhum terdaftar dengan nama Natya Seni Nusantara) yang didirikan Nina tahun 2011 di Bekasi, 2015 di Jakarta dan 2017 di Bandung, mengajarkan berbagai Tarian Klasik Sunda dan Tarian Nusantara (Sunda, Jawa, Bali, Sumatera (Padang), Kalimantan, Aceh, dsb, kacuali Jaipong). Muridnya juga banyak, sebelum Covid-19 lebih dari 80 orang, sekarang tinggal 30-an, dari mulai siswa SD, SMP, SMA hingga mahasiswa, rutin tiap Senin Sore (16.00 – 18.30), berlatih di Gedung Pusat Kebudayaan (GPK, dulu YPK) Jl. Naripan No. 7-9 Kota Bandung, dan di Cimindi, di Gg. Tunggal Bakti 2 No. 11 Cigugur Tengah – Cimindi (kalau dari Bandung sesudah jembatan layang/fly over Cimindi, sebelah kiri jalan, belakang Rumah Makan Kiambang Raya), latihannya Jumat Sore (16.00 -17.30) - malamnya 19.00-20.30. Serta hari Sabtu pagi (10.00-12.00).
Para pelatihnya juga ahli dibidangnya dan jam terbangnya tinggi, sering mengajar dan manggung di beberapa Negara juga keduanya lulusan ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia, kini ISBI Bandung).
Nina dari Jurusan Tari ASTI Bandung lulusan tahun 89 dan STSI Surakarta (92). Putra bungsu/bontot Pelukis terkenal Rudyat Martadiradja ini juga pernah jadi koreografer paduan suara, koreografer iklan, dan koreografer model sekaligus jadi modelnya, hingga bisa bertandang dan melakukan pemotretan di negara-negara Eropa (kecauali Inggris), di kota-kota pusat mode dunia seperti Paris, Barcelona dan Milan juga Negara-negara di Asia.
Demikian juga Dida, sama alumni Jurusan Tari ASTI (82) tapi S-1 nya ngambil Seni Rupa di STISI Bandung Jalan Soekarno-Hatta. Dida juga pernah ngajar tari di Wassenaar Belanda, di Komjen, dan manggung di beberapa acara festival seperti Festival Tong Tong (Tong Tong Fair) dan acara 17 Agustusan di Belanda, terus di Expo (2000-2005) di Hanover Jerman, juga di Perancis 1999, dan pernah ngajar juga di Amerika, Jepang dan negara-negara Asia. Kalau di Indonesia mengajar dan mempergelarkan seni sunda, sudah keliling nusantara, diantaranya memeriahkan acara-acara perusahaan minyak Amerika, Caltex. Dida juga sebelumnya dari tahun 91 ngajar tari di Gedung Kesenian Rumentangsiang, Jalan Baranangsiang Bandung, seterusnya ngajar di Gedung Pusat Kebudayaan Jalan Naripan bersama Natya Dance Community, hingga sekarang (sudah 7 tahun berjalan).
Melihat semua rekam jejak para pelatih dan pengelolanya, tidak heran kalau hampir semua murid-murid NDC jadi langganan juara tari di berbagai kejuaraan.
“Alhamdulillah anak-anak sering juara di lomba-lomba tari, baik tari nusantara atau pun tari klasiknya, seperti kemarin di lomba yang diadakeun disparbud kabupaten Bandung 2024, Tari Nusantara NDC Juara 1 dan 2,“ kata Nina bangga. Demikian juga sebelumnya ketika ada lomba tari di BEC, Tari Klasiknya Juara 1 menyabet Piala Disbudpar Jabar, juga Juara 2 nya, serta Tingkat SD juara 1-2 nya diraih NDC.
Alhamduliila kata Nina, kalau mengirim 4 orang muridnya ke kejuaraan, empat-empatnya jadi juara, ngirim 3 penari semuanya jaradi juara. Karena segudang prestasinya itulah NDC sering diundang memeriahkan acara Kemenparekraf, malah pernah 4 kali tampil dalam seminggunya di hotel-hotel yang ada di Jakarta atau di Bandung. Termasuk ketika bulan puasa pun suka ada aja yang mengundang, seperti bulan puasa kemarin, manggung menjadi pembuka di acara perusahaan Jepang.
Begitu juga manggung di tiap daerah seperti di Karawang, Bekasi, Jakarta, hingga di festival tari tahunan di Solo, murid-murid NDC selalu diikutsertakan supaya mendapat tambahan ilmu dan pengalaman.
“Alhamdullilah memang betul seperti kata istri saya, para penari NDC selalu mendominasi di tiap kejuaraan dan sertifikat/piagam penghargaannya banyak yang dipakai Japres untuk masuk SMP, SMA, dan kuliah di perguruan tinggi,“ demikian kata Dida ketika mendampingi Nina saat wawawancara dengan wartawan di Gedung Pusat kebudayaan-Naripan, Bandung.
Studio Tari Cimindi |
Selain itu NDC juga kata Dida, menerima undangan manggung untuk memeriahkan atau jadi pembuka acara peresmian-peresmian, pelantikan instansi dan lembaga maupun perorangan seperti pernikahan, dsb. Ada upacara adat plus Aki Lengser dan komplit dipirig/diiringi gamelan atau yang sederhana dipirig kecapi suling, atau bisa juga dari musik flashdisk. “Mangga, sesuai permohonan aja, Insya Alloh akan kami penuhi,“ katanya.
Dida juga merasa bangga sekali, melihat anak-anak zaman kini (Milenial, Gen-Z) masih ada yang berminat mempelajari tarian daerah, utamanya tari Sunda. “Memang kalau dilihat secara global mah kesenian kita teh terdesak kesenian luar, tapi kalau melihat besarnya animo murid-murid untuk mempelajari seni budaya sendiri mah saya jadi optimis, seni kita akan terus hidup terlestarikan. Masih banyak lagi tarian Sunda warisan leluhur yang harus diolah, diajarkan, dan dikembangkan, jangan hanya terbatas jaipong saja,“ kata Dida serius.
Murid-murid yang belajar di NDC memang semangatnya tinggi, mereka banyak yang datang dari jauh, ada dari Soreang, Cicalengka, Rancaekek, Ujungberung, rutin latihan di GPK Jalan Naripan Bandung atau naik KRD ke Cimindi, dari Statsiun Cimindi mereka jalan kaki kira-kira 200 meter ke arah barat. Mereka tetap riang gembira tak pernah lelah, karena memang senang mempelajari tari.
Tiap bulan Desember antara tanggal 25 atau 31 nya, ada pergelaran rutin evaluasi hasil latihan murid-murid NDC yang biasa digelar di GPK Jalan Naripan. Biasanya berupa pergelaran atau kejuaraan dengan memperebutkan piala walikota Bandung, diantaranya Piala Kang Oded (Oded M. Danial, Alm) atau Disbudpar.
Hasil didikannya memang matang dan motekar, sebagaimana yang disaksikan publik seni Bandung dalam Pergelaran Tari Klasik Sunda Natya Dance Community yang digelar tanggal 26 April 2024 di Gedung Pusat Kebudayaan. Dengan bantuan lighting/lampu dan tata panggung yang artistik sesuai tema tarian, acara terbut mendapat apresiasi dan sambutan yang meriah dari penonton.
“Alhamdulliilah dapat sambutan baik dari penonton, karena disesuaikan dengan kekinian. Kalau selama ini penonton kadang males menyaksikan tari klasik, tapi kalau kita olah, dipermanis lagi dan disesuaikan dengan zaman pasti banyak yang suka. Misalnya Tari Ratu Graeni (karya R. Tjetje Somantri taun 1949) yang biasa ditarikan tunggal dibuat Rampak/banyakan/semi kolosal, komplit dengan ratunya. Begitu juga tarian Narantika Raranganis, tarian klasik zaman Gubenur Jabar Aang Kunaepi, dirobah lagi jadi ada atraksi/gerakan naik ke pundak, dijadikan kekinian dengan tanpa meninggalkan pakem tradisinya, agar menarik dan tidak membosankan penonton. Alhasil penonton menyaksikan pergelaran dua jam itu serasa sekejap, saking asyiknya menyaksikan pergelaran,“ kata Nina merasa puas, terlihat bahagia sekali
Berlatih di Gedung Pusat Kesenian Naripan Bandung |
Tata cara mengajar tari para pelatih NDC memang tidak sembarangan, mottonya juga, “Belajar dengan hati - mengajar dengan hati - berkarya dengan hati”. Artinya kata Nina semuanya harus pakai jiwa, jangan asal ngajar, harus tahu karakter tiap murid, bagaimana cara ngajar murid yang manja atau pendiam, bandel, semua ada caranya. Sebaliknya murid juga belajarnya harus pakai hati, makanya pelatihnya harus ekstra sabar. Kadang-kadang keras juga perlu asal pada waktunya. NDC juga dalam mencipta karya tidak asal-asalan.
Niat dan harapan Nina hingga membuka kelas gratis di komunitas tarinya, ingin ikut melestarikan dan mengembangkan Tari Klasik Sunda dan Tari kreasi Nusantara, agar tidak musnah terlindas zaman.
Ditanya pernah mendapat bantuan dari pemerintah terkait, dia hanya senyum. Tapi Nina tidak menampik kalau pernah mendapat dukungan berupa piala atau kerjasama dalam pergelaran, tapi kelihatannya yang berupa penghargaan khusus dan bantuan dana mah belum. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
June 04, 2024
CB Blogger
IndonesiaNatya Dance Community Wadah Tari Klasik Sunda & Tari Nusantara di Bandung
Posted by
Tatarjabar.com on Tuesday, June 4, 2024
Para pelatihnya ahli di bidangnya - lulusan ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia, kini ISBI Bandung), dan jam terbangnya tinggi, sering mengajar dan manggung di berbagai Negara. Para muridnya pun jadi langganan di tiap kejuaraan, hingga sertifikat, piagam penghargaannya banyak dipakai Jalur Prestasi (Japres) untuk masuk SMP, SMA, hingga perguruan tinggi.
Seni itu penghalus jiwa. Belajar seni banyak manfaatnya. Pendidikan seni diajarkan di sekolah-sekolah dan di komunitas/perkumpulan seni untuk mengembangkan bakat dan kreativitas anak didik. Pendidikan seni juga selain untuk melestraikan seni-budaya kita, bisa menumbuhkembangkan produk budaya berbagai etnis/suku bangsa yang ada di Nusanatara.
Seni juga menurut para ahli bisa menajamkan kecerdasan (kognitif), rasa, minat, sikap, emosi dan nilai-nilai yang nantinya akan berkaitan dengan tanggungjawab, gotong royong/kerjasama, disiplin, jujur, percaya diri, dan menghargai sasama (apektif), dan bermanfaat untuk keseimbangan raga/badan, mengatasi persoalan, menguatkan harga diri, dsb, (psikomotorik).
Seni Tari, juga merupakan pengembangan kreativitas dan ekspresi diri, tari adalah bentuk kreativitas dan ekspresi diri. Dalam dunia pendidikan, belajar dan mempertunjukan tarian bertujuan untuk mengembangkan bakat seni para siswa, juga menaikan kreativitasnya, dan mengeksplorasi ekspresi diri siswa lewat gerakan tubuhnya.
Nina - Dida Pendiri dan Pelatih Natya Dance Community (Foto Dok NDC) |
Dengan belajar tari, anak/siswa akan bisa mempertunjukan kreativitasnya dalam hal teknik mekanistik tubuh, punya sikap percaya diri, bisa bergerak secara sistematik-terstruktur, serta mampu berpikir secara sistematis dalam belajar atau mengingat/berpikir.
Nah daripada anak bermain game di Hape berjam-jam atau main tidak karuan, mendingan belajar tari. Banyak manfaatnya, selain yang disebutkan di atas, dengan belajar tari anak akan sehat bugar karena tubuhnya terus bergerak dan kalau prestainya bagus, mengikuti berbagai perlombaan, sertifikat atau piagam penghargaanya bisa dipaka Jalur Prestasi (Japres) bila kelak masuk SMP, SMA atau Perguruan Tinggi, tanpa tes.
Di Bandung banyak tempat kursus atau komunitas seni tari yang tekenal dan hebat-hebat dan banyak melahirkan penari-penari unggulan dan langganan juara dalam berbagai kejuaraan tari. Contohnya Natya Dance Community (NDC) yang dikelola Dua Sejoli – suami istri, Nyi Rd. Nina Lydia, S. Sen, dan Dida Margana, S.Sen.
NDC (di Kemenhum terdaftar dengan nama Natya Seni Nusantara) yang didirikan Nina tahun 2011 di Bekasi, 2015 di Jakarta dan 2017 di Bandung, mengajarkan berbagai Tarian Klasik Sunda dan Tarian Nusantara (Sunda, Jawa, Bali, Sumatera (Padang), Kalimantan, Aceh, dsb, kacuali Jaipong). Muridnya juga banyak, sebelum Covid-19 lebih dari 80 orang, sekarang tinggal 30-an, dari mulai siswa SD, SMP, SMA hingga mahasiswa, rutin tiap Senin Sore (16.00 – 18.30), berlatih di Gedung Pusat Kebudayaan (GPK, dulu YPK) Jl. Naripan No. 7-9 Kota Bandung, dan di Cimindi, di Gg. Tunggal Bakti 2 No. 11 Cigugur Tengah – Cimindi (kalau dari Bandung sesudah jembatan layang/fly over Cimindi, sebelah kiri jalan, belakang Rumah Makan Kiambang Raya), latihannya Jumat Sore (16.00 -17.30) - malamnya 19.00-20.30. Serta hari Sabtu pagi (10.00-12.00).
Para pelatihnya juga ahli dibidangnya dan jam terbangnya tinggi, sering mengajar dan manggung di beberapa Negara juga keduanya lulusan ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia, kini ISBI Bandung).
Nina dari Jurusan Tari ASTI Bandung lulusan tahun 89 dan STSI Surakarta (92). Putra bungsu/bontot Pelukis terkenal Rudyat Martadiradja ini juga pernah jadi koreografer paduan suara, koreografer iklan, dan koreografer model sekaligus jadi modelnya, hingga bisa bertandang dan melakukan pemotretan di negara-negara Eropa (kecauali Inggris), di kota-kota pusat mode dunia seperti Paris, Barcelona dan Milan juga Negara-negara di Asia.
Demikian juga Dida, sama alumni Jurusan Tari ASTI (82) tapi S-1 nya ngambil Seni Rupa di STISI Bandung Jalan Soekarno-Hatta. Dida juga pernah ngajar tari di Wassenaar Belanda, di Komjen, dan manggung di beberapa acara festival seperti Festival Tong Tong (Tong Tong Fair) dan acara 17 Agustusan di Belanda, terus di Expo (2000-2005) di Hanover Jerman, juga di Perancis 1999, dan pernah ngajar juga di Amerika, Jepang dan negara-negara Asia. Kalau di Indonesia mengajar dan mempergelarkan seni sunda, sudah keliling nusantara, diantaranya memeriahkan acara-acara perusahaan minyak Amerika, Caltex. Dida juga sebelumnya dari tahun 91 ngajar tari di Gedung Kesenian Rumentangsiang, Jalan Baranangsiang Bandung, seterusnya ngajar di Gedung Pusat Kebudayaan Jalan Naripan bersama Natya Dance Community, hingga sekarang (sudah 7 tahun berjalan).
Melihat semua rekam jejak para pelatih dan pengelolanya, tidak heran kalau hampir semua murid-murid NDC jadi langganan juara tari di berbagai kejuaraan.
“Alhamdulillah anak-anak sering juara di lomba-lomba tari, baik tari nusantara atau pun tari klasiknya, seperti kemarin di lomba yang diadakeun disparbud kabupaten Bandung 2024, Tari Nusantara NDC Juara 1 dan 2,“ kata Nina bangga. Demikian juga sebelumnya ketika ada lomba tari di BEC, Tari Klasiknya Juara 1 menyabet Piala Disbudpar Jabar, juga Juara 2 nya, serta Tingkat SD juara 1-2 nya diraih NDC.
Alhamduliila kata Nina, kalau mengirim 4 orang muridnya ke kejuaraan, empat-empatnya jadi juara, ngirim 3 penari semuanya jaradi juara. Karena segudang prestasinya itulah NDC sering diundang memeriahkan acara Kemenparekraf, malah pernah 4 kali tampil dalam seminggunya di hotel-hotel yang ada di Jakarta atau di Bandung. Termasuk ketika bulan puasa pun suka ada aja yang mengundang, seperti bulan puasa kemarin, manggung menjadi pembuka di acara perusahaan Jepang.
Begitu juga manggung di tiap daerah seperti di Karawang, Bekasi, Jakarta, hingga di festival tari tahunan di Solo, murid-murid NDC selalu diikutsertakan supaya mendapat tambahan ilmu dan pengalaman.
“Alhamdullilah memang betul seperti kata istri saya, para penari NDC selalu mendominasi di tiap kejuaraan dan sertifikat/piagam penghargaannya banyak yang dipakai Japres untuk masuk SMP, SMA, dan kuliah di perguruan tinggi,“ demikian kata Dida ketika mendampingi Nina saat wawawancara dengan wartawan di Gedung Pusat kebudayaan-Naripan, Bandung.
Studio Tari Cimindi |
Selain itu NDC juga kata Dida, menerima undangan manggung untuk memeriahkan atau jadi pembuka acara peresmian-peresmian, pelantikan instansi dan lembaga maupun perorangan seperti pernikahan, dsb. Ada upacara adat plus Aki Lengser dan komplit dipirig/diiringi gamelan atau yang sederhana dipirig kecapi suling, atau bisa juga dari musik flashdisk. “Mangga, sesuai permohonan aja, Insya Alloh akan kami penuhi,“ katanya.
Dida juga merasa bangga sekali, melihat anak-anak zaman kini (Milenial, Gen-Z) masih ada yang berminat mempelajari tarian daerah, utamanya tari Sunda. “Memang kalau dilihat secara global mah kesenian kita teh terdesak kesenian luar, tapi kalau melihat besarnya animo murid-murid untuk mempelajari seni budaya sendiri mah saya jadi optimis, seni kita akan terus hidup terlestarikan. Masih banyak lagi tarian Sunda warisan leluhur yang harus diolah, diajarkan, dan dikembangkan, jangan hanya terbatas jaipong saja,“ kata Dida serius.
Murid-murid yang belajar di NDC memang semangatnya tinggi, mereka banyak yang datang dari jauh, ada dari Soreang, Cicalengka, Rancaekek, Ujungberung, rutin latihan di GPK Jalan Naripan Bandung atau naik KRD ke Cimindi, dari Statsiun Cimindi mereka jalan kaki kira-kira 200 meter ke arah barat. Mereka tetap riang gembira tak pernah lelah, karena memang senang mempelajari tari.
Tiap bulan Desember antara tanggal 25 atau 31 nya, ada pergelaran rutin evaluasi hasil latihan murid-murid NDC yang biasa digelar di GPK Jalan Naripan. Biasanya berupa pergelaran atau kejuaraan dengan memperebutkan piala walikota Bandung, diantaranya Piala Kang Oded (Oded M. Danial, Alm) atau Disbudpar.
Hasil didikannya memang matang dan motekar, sebagaimana yang disaksikan publik seni Bandung dalam Pergelaran Tari Klasik Sunda Natya Dance Community yang digelar tanggal 26 April 2024 di Gedung Pusat Kebudayaan. Dengan bantuan lighting/lampu dan tata panggung yang artistik sesuai tema tarian, acara terbut mendapat apresiasi dan sambutan yang meriah dari penonton.
“Alhamdulliilah dapat sambutan baik dari penonton, karena disesuaikan dengan kekinian. Kalau selama ini penonton kadang males menyaksikan tari klasik, tapi kalau kita olah, dipermanis lagi dan disesuaikan dengan zaman pasti banyak yang suka. Misalnya Tari Ratu Graeni (karya R. Tjetje Somantri taun 1949) yang biasa ditarikan tunggal dibuat Rampak/banyakan/semi kolosal, komplit dengan ratunya. Begitu juga tarian Narantika Raranganis, tarian klasik zaman Gubenur Jabar Aang Kunaepi, dirobah lagi jadi ada atraksi/gerakan naik ke pundak, dijadikan kekinian dengan tanpa meninggalkan pakem tradisinya, agar menarik dan tidak membosankan penonton. Alhasil penonton menyaksikan pergelaran dua jam itu serasa sekejap, saking asyiknya menyaksikan pergelaran,“ kata Nina merasa puas, terlihat bahagia sekali
Berlatih di Gedung Pusat Kesenian Naripan Bandung |
Tata cara mengajar tari para pelatih NDC memang tidak sembarangan, mottonya juga, “Belajar dengan hati - mengajar dengan hati - berkarya dengan hati”. Artinya kata Nina semuanya harus pakai jiwa, jangan asal ngajar, harus tahu karakter tiap murid, bagaimana cara ngajar murid yang manja atau pendiam, bandel, semua ada caranya. Sebaliknya murid juga belajarnya harus pakai hati, makanya pelatihnya harus ekstra sabar. Kadang-kadang keras juga perlu asal pada waktunya. NDC juga dalam mencipta karya tidak asal-asalan.
Niat dan harapan Nina hingga membuka kelas gratis di komunitas tarinya, ingin ikut melestarikan dan mengembangkan Tari Klasik Sunda dan Tari kreasi Nusantara, agar tidak musnah terlindas zaman.
Ditanya pernah mendapat bantuan dari pemerintah terkait, dia hanya senyum. Tapi Nina tidak menampik kalau pernah mendapat dukungan berupa piala atau kerjasama dalam pergelaran, tapi kelihatannya yang berupa penghargaan khusus dan bantuan dana mah belum. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment