Thursday, May 30, 2024
Terjangan angin teknologi dalam abad serba digital seperti sekarang tidak bisa dihindari lagi. Di satu sisi teknologi digital memang jadi alat hebat yang bisa membantu pekerjaan manusia, tapi di sisi lain bisa menghapus jatidiri manusia selaku makhluk berbudaya. Ini bagaimana cara mengatasinya.
Rupanya para kaum akademisi tidak tinggal diam untuk mencari solusi terbaiknya, terbukti pada tanggal 21 Mei 2024 Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD) Universitas Pendidikan Indonesia Bandung dan University Malaya (UM) Malaysia serta Sekolah Berprestasi Tinggi, SMKA Sharifah Rodziah Telok Mas, Melaka, Malaysia, menggelar Kuliah Umum (Studium Generale) “Peran Teknologi Digital Dalam Pengembangan Seni dan Budaya”.
Kegiatan yang berlangsung di Lt. 4 Auditorium Fakultas Bahasa dan Sastra UPI, Jl. Dr Setiabudhi No. 229 Kota Bandung, menghadirkan para Pemateri ahli di bidangnya seperti: Warli Haryana, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI, Harry Sulastianto, M.Sn, Dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI, Dr. Dzul Afiq Bin Zakaria Pensyarah Kanan/Senior Lecturer –Jabatan Seni Visual /Department of Visual Art Fakulti Seni Kreatif/ Faculty of Creative Arts University of Malaya, Mohd Jasmin bin Md Jamel - Ketua Jabatan Sains Sosial, Maktab Rendah Sains Mara Pendang Jalan Jenun, Kilang Kecil, 06700 Pendang, Kedah Malaysia, Shaydenaim bin Md Salleh, Sekolah Berprestasi tinggi, SMKA Sharifah Rodziah, Telok Mas, 75460, Melaka Malaysia, dan Khairudin Zainudin, MA, Pensyarah (dosen) Malaysian Institute of Art Hometown: Kelantan, Malaysia Based in: Kuala Lumpur Malaysia.
Foto bersama pemateri dan peserta Kuliah Umum Prodi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia. |
Acara ini dipandu Moderator: Andi Suryadi, M.Sn, Dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI.
Kegiatan ini kata Kaprodi Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI Warli Haryana, sangat penting dan menarik, sebab di sini para ahli dari kedua Negara membedah pemahaman keberagaman budaya.
Warli Haryana, S.Pd., M.Pd. sebagai pemateri kunci menyampaikan pentingnya peranan teknologi dalam seni dan budaya di era industri digital. |
“Ya semoga saja dengan adanya acara ini kita bisa terus hidup rukun dan damai diantara bangsa serumpun, saling menghargai budaya masing-masing dan tentu saja andai keberagaman ini kedepannya dikembangkan lagi oleh kedua pihak akan menjadi karya kolaborasi yang hebat dan akan menguntungkan semua. Semoga kuliah umum yang dihadiri 120 lebih mahasiswa ini bermanfaat buat semua,” kata Warli pasti.
Memang kelihatannya para mahasiswa banyak yang tertarik dan bertanya, ditambah masukan-masukan dari para dosen Prodi Pendidikan Seni Rupa yang juga hadir saat itu, diantaranya ada Drs. Heri Santosa, M.Sn. Dr.H. Agus Nursalim,M.Sn, Bandi Sobandi, M.Pd, dan Ardianto,M.Pd, selain itu juga hadir para tamu undangan diantaranya terlihat praktisi seni rupa Pak Aloy (Alosius) dan putrinya yang sering menjuarai lomba seni rupa (menggambar) serta Asma, mahasiswi dari Tunisia yang kuliah di Manajemen Sekolah Pascasarjana UPI Bandung yang merasa tertarik mengikuti studium generale dua Negara ini karena membahas teknologi tanpa menghilangkan seni budaya asali.
Dalam kuliah umumnya Saydenaim membahas sejarah perjalanan Batik Malaysia dari dulu hingga kini. Yang menarik Batik di Malaysia diajarkan di sekolah-sekolah. Ini contoh baik untuk bangsa kita yang notabene pemilik asli batik dan sudah ditetapkan Unesco jadi Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage/ICH) bangsa Indonesia. Jadi kita mesti serius menjaga, mengembangkan dan melestarikan Batik. Gencar mengenalkan batik kepada generasi kiwari lewat mata pelajaran di sekolah TK/PAUD, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi, jangan hanya terbatas beredar di lingkungan pengrajin saja. Sebab kalau batik tidak dkembangkan dan dilestarikan dalam kurun waktu 5 tahun, kepemilikan batik akan diserahkan ke bangsa lain yang lebih menghargainya, begitu aturan Unesco.
Gagasan-gagasan melestarikan budaya bangsa kata Warli sangat penting, sebab bangsa kita kaya akan budaya, tidak ada bangsa lain yang sekaya Indonesia dalam keberagaman budaya, dan hal inilah yang yang membuat bangsa kita dihormati bangsa lain, dengan budaya kita bisa Go Internasional.
Peserta Kuliah Umum Kuliah Umum Prodi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia. |
“Lewat budaya sejatinya kita akan punya citra yang mandiri, punya jatidiri. Walaupun itu ditakut-takuti oleh hebatnya arus teknologi seperti yang viral sekarang “Artivicial Intelligence (AI)” atau kecerdasan buatan, (bidang komputer yang dikhususkan untuk mengatasi masalah kognitif yang umumnya terkait dengan kacerdasan manusia, seperti pembelajaran, penciptaan, dan pengenalan gambar, red). Dalam bidang seni, kita tidak usah alergi bahwa AI itu bukan seni. Tapi sebaliknya selaku akademisi kita harus bisa memanfaatkan teknologi AI jadi inspirasi atau referensi kita ke depan dalam mengembangkan seni,“ kata Warli serius.
Intinya kata Warli kita jangan menutup diri dengan adanya teknologi, komputer robot, dsb, tapi teknologi termasuk AI harus dimanfaatkan jadi alat bantu kerja manusia.
Sesi diskusi yang diisi dengan tanya jawab peserta Kuliah Umum Prodi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia. |
“Kita selaku manusia jangan mau diatur robot/komputer/AI, tapi selaku akademisi bidang seni dan punya dasar seni atau desain, kita bisa memanfaatkan teknologi, mengontrol dan membuat kreasi sesuai jatidiri,“ demikian kata Kaprodi yang juga praktisi seni.
Pamungkas Warli tidak lupa berterima kasih kepada Dekan Fakultas Pendidikan Seni dan Desain UPI Prof. Dr. Phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd, yang saat itu juga hadir membuka acara Kuliah Umum dua nagara tersebut. Pak Dekan memang terlihat menyambut baik, kolaborasi menurutnya akan jadi pengalaman anyar dan memberi manfaat bagi mereka yang haus akan ilmu. Dekan juga berharap kedepannya kegiatan ini dikembangkan lagi jadi kemitraan kerjasama luar negeri, juga tidak hanya sebatas pembelajaran/teori tapi harus menjangkau penelitian dan pengabdian pada masyarakat sesuai Tri dharma Perguruan Tinggi.
Pemberian Sertifi kat kepada Pemateri Kuliah Umum Prodi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia. |
Hal ini langsung disambut baik Warli selaku Kaprodi, apalagi pihak Univeristy Malaya juga gayung bersambut ingin meningkatkan lagi kolaborasi ini. “Ya siapa tahu ke depannya banyak pelajar Malaysia yang berminat kuliah di FPSD UPI Bandung dan Insha Allah kolaborasi/kerjasama dua Negara ini akan kami wujudkan dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran, penelitian dan pengabdian,“ pungkas Warli Haryana. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
May 30, 2024
CB Blogger
IndonesiaPeran Teknologi Digital Dalam Pengembangan Pendidikan Seni dan Budaya
Posted by
Tatarjabar.com on Thursday, May 30, 2024
Terjangan angin teknologi dalam abad serba digital seperti sekarang tidak bisa dihindari lagi. Di satu sisi teknologi digital memang jadi alat hebat yang bisa membantu pekerjaan manusia, tapi di sisi lain bisa menghapus jatidiri manusia selaku makhluk berbudaya. Ini bagaimana cara mengatasinya.
Rupanya para kaum akademisi tidak tinggal diam untuk mencari solusi terbaiknya, terbukti pada tanggal 21 Mei 2024 Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD) Universitas Pendidikan Indonesia Bandung dan University Malaya (UM) Malaysia serta Sekolah Berprestasi Tinggi, SMKA Sharifah Rodziah Telok Mas, Melaka, Malaysia, menggelar Kuliah Umum (Studium Generale) “Peran Teknologi Digital Dalam Pengembangan Seni dan Budaya”.
Kegiatan yang berlangsung di Lt. 4 Auditorium Fakultas Bahasa dan Sastra UPI, Jl. Dr Setiabudhi No. 229 Kota Bandung, menghadirkan para Pemateri ahli di bidangnya seperti: Warli Haryana, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI, Harry Sulastianto, M.Sn, Dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI, Dr. Dzul Afiq Bin Zakaria Pensyarah Kanan/Senior Lecturer –Jabatan Seni Visual /Department of Visual Art Fakulti Seni Kreatif/ Faculty of Creative Arts University of Malaya, Mohd Jasmin bin Md Jamel - Ketua Jabatan Sains Sosial, Maktab Rendah Sains Mara Pendang Jalan Jenun, Kilang Kecil, 06700 Pendang, Kedah Malaysia, Shaydenaim bin Md Salleh, Sekolah Berprestasi tinggi, SMKA Sharifah Rodziah, Telok Mas, 75460, Melaka Malaysia, dan Khairudin Zainudin, MA, Pensyarah (dosen) Malaysian Institute of Art Hometown: Kelantan, Malaysia Based in: Kuala Lumpur Malaysia.
Foto bersama pemateri dan peserta Kuliah Umum Prodi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia. |
Acara ini dipandu Moderator: Andi Suryadi, M.Sn, Dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI.
Kegiatan ini kata Kaprodi Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI Warli Haryana, sangat penting dan menarik, sebab di sini para ahli dari kedua Negara membedah pemahaman keberagaman budaya.
Warli Haryana, S.Pd., M.Pd. sebagai pemateri kunci menyampaikan pentingnya peranan teknologi dalam seni dan budaya di era industri digital. |
“Ya semoga saja dengan adanya acara ini kita bisa terus hidup rukun dan damai diantara bangsa serumpun, saling menghargai budaya masing-masing dan tentu saja andai keberagaman ini kedepannya dikembangkan lagi oleh kedua pihak akan menjadi karya kolaborasi yang hebat dan akan menguntungkan semua. Semoga kuliah umum yang dihadiri 120 lebih mahasiswa ini bermanfaat buat semua,” kata Warli pasti.
Memang kelihatannya para mahasiswa banyak yang tertarik dan bertanya, ditambah masukan-masukan dari para dosen Prodi Pendidikan Seni Rupa yang juga hadir saat itu, diantaranya ada Drs. Heri Santosa, M.Sn. Dr.H. Agus Nursalim,M.Sn, Bandi Sobandi, M.Pd, dan Ardianto,M.Pd, selain itu juga hadir para tamu undangan diantaranya terlihat praktisi seni rupa Pak Aloy (Alosius) dan putrinya yang sering menjuarai lomba seni rupa (menggambar) serta Asma, mahasiswi dari Tunisia yang kuliah di Manajemen Sekolah Pascasarjana UPI Bandung yang merasa tertarik mengikuti studium generale dua Negara ini karena membahas teknologi tanpa menghilangkan seni budaya asali.
Dalam kuliah umumnya Saydenaim membahas sejarah perjalanan Batik Malaysia dari dulu hingga kini. Yang menarik Batik di Malaysia diajarkan di sekolah-sekolah. Ini contoh baik untuk bangsa kita yang notabene pemilik asli batik dan sudah ditetapkan Unesco jadi Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage/ICH) bangsa Indonesia. Jadi kita mesti serius menjaga, mengembangkan dan melestarikan Batik. Gencar mengenalkan batik kepada generasi kiwari lewat mata pelajaran di sekolah TK/PAUD, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi, jangan hanya terbatas beredar di lingkungan pengrajin saja. Sebab kalau batik tidak dkembangkan dan dilestarikan dalam kurun waktu 5 tahun, kepemilikan batik akan diserahkan ke bangsa lain yang lebih menghargainya, begitu aturan Unesco.
Gagasan-gagasan melestarikan budaya bangsa kata Warli sangat penting, sebab bangsa kita kaya akan budaya, tidak ada bangsa lain yang sekaya Indonesia dalam keberagaman budaya, dan hal inilah yang yang membuat bangsa kita dihormati bangsa lain, dengan budaya kita bisa Go Internasional.
Peserta Kuliah Umum Kuliah Umum Prodi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia. |
“Lewat budaya sejatinya kita akan punya citra yang mandiri, punya jatidiri. Walaupun itu ditakut-takuti oleh hebatnya arus teknologi seperti yang viral sekarang “Artivicial Intelligence (AI)” atau kecerdasan buatan, (bidang komputer yang dikhususkan untuk mengatasi masalah kognitif yang umumnya terkait dengan kacerdasan manusia, seperti pembelajaran, penciptaan, dan pengenalan gambar, red). Dalam bidang seni, kita tidak usah alergi bahwa AI itu bukan seni. Tapi sebaliknya selaku akademisi kita harus bisa memanfaatkan teknologi AI jadi inspirasi atau referensi kita ke depan dalam mengembangkan seni,“ kata Warli serius.
Intinya kata Warli kita jangan menutup diri dengan adanya teknologi, komputer robot, dsb, tapi teknologi termasuk AI harus dimanfaatkan jadi alat bantu kerja manusia.
Sesi diskusi yang diisi dengan tanya jawab peserta Kuliah Umum Prodi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia. |
“Kita selaku manusia jangan mau diatur robot/komputer/AI, tapi selaku akademisi bidang seni dan punya dasar seni atau desain, kita bisa memanfaatkan teknologi, mengontrol dan membuat kreasi sesuai jatidiri,“ demikian kata Kaprodi yang juga praktisi seni.
Pamungkas Warli tidak lupa berterima kasih kepada Dekan Fakultas Pendidikan Seni dan Desain UPI Prof. Dr. Phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd, yang saat itu juga hadir membuka acara Kuliah Umum dua nagara tersebut. Pak Dekan memang terlihat menyambut baik, kolaborasi menurutnya akan jadi pengalaman anyar dan memberi manfaat bagi mereka yang haus akan ilmu. Dekan juga berharap kedepannya kegiatan ini dikembangkan lagi jadi kemitraan kerjasama luar negeri, juga tidak hanya sebatas pembelajaran/teori tapi harus menjangkau penelitian dan pengabdian pada masyarakat sesuai Tri dharma Perguruan Tinggi.
Pemberian Sertifi kat kepada Pemateri Kuliah Umum Prodi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia. |
Hal ini langsung disambut baik Warli selaku Kaprodi, apalagi pihak Univeristy Malaya juga gayung bersambut ingin meningkatkan lagi kolaborasi ini. “Ya siapa tahu ke depannya banyak pelajar Malaysia yang berminat kuliah di FPSD UPI Bandung dan Insha Allah kolaborasi/kerjasama dua Negara ini akan kami wujudkan dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran, penelitian dan pengabdian,“ pungkas Warli Haryana. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment