Home
» Seni Budaya
» Kolaborasi Internasional FSP ISBI Bandung - The Human Expression (T.H.E) Dance Company Singapura
Friday, December 15, 2023
Tubuh Tabu karya ISBI (Foto Asep GP) |
Rabu sore (13/12/2023) Kampus ISBI Jalan Buah Batu 212 Bandung yang sedang sepi tiba-tiba dikejutkan dengan munculnya tubuh-tubuh terbungkus baju biru yang keluar dari Gedung Kesenian Sunan Ambu yang berlari, melompat, meliuk-liuk ke segala arah mengikuti suara tambur kecil mirip rebana yang tiada henti terus dipukul oleh pemimpinnya menuyusuri segenap penjuru kampus ISBI. Mereka menari dan terus menari sendiri dan berpasangan, begitu lentur dan gemulai menempati ruang dan waktu mengsiyaratkan sesuatu, bahkan beberapa penonton pun diajak menari lalu larut, asyik dengan gerak imajinya sendiri-sendiri.
Ya itulah pergelaran “Searching Blue” dari T.H.E Dance Company dengan Direktur Artistik dan Koreografer Utama Kuik Swee Boon, dari Singapura.
Mengambil inspirasi dari Extended Mind Thesis dan "My Stroke of Insight" dari Dr. Jill Bolte Taylor, Searching Blue merupakan upaya untuk menemukan kembali dan memahami kemampuan tubuh yang sering terabaikan dalam merasakan dan mempersepsikan ketika kita merenungkan dan merekonstruksi hubungan yang dimiliki oleh setiap orang dengan satu sama lain dan dengan dunia.
Tubuh Tabu karya ISBI (Foto Asep GP) |
Sembilan (9) orang delegasi dari T.H.E Dance Company tiba di ISBI Bandung pada Selasa pagi (12/12/2023). Kedatangannya langsung disambut oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Sistem Informasi dan Kerja Sama Dr. Supriatna, S.Sn., M.Sn. yang didampingi oleh Dekan Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) Dr. Ismet Ruchimat, S.Sen., M.Hum. bersama jajarannya di Gedung Rektorat ISBI Bandung.
Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung dan The Human Expression (T.H.E) Dance Company dari Singapura memang berkolaborasi menyelenggarakan beberapa kegiatan yang dilaksanakan selama 2 hari dari tanggal 12-13 Desember 2023 di Kampus ISBI Bandung.
Selama 2 hari itu T.H.E Dance Company akan memberikan beberapa program yaitu, Lokakarya & Kelas Master HollowBodyTM.
Tubuh Tabu karya ISBI (Foto Asep GP) |
HollowBodyTM ini adalah metodologi dan filosofi gerakan khas yang dianjurkan oleh direktur artistik dan koreografer utama T.H.E Dance Company Singapura, Kuik Swee Boon. Ini adalah metodologi yang digunakan oleh para seniman tari di T.H.E Dance Company untuk berlatih. Bukan sekadar estetika gerakan atau kondisi eksistensial, ini adalah proses pengalaman, menggunakan alat improvisasi untuk memandu para praktisi menuju kesadaran fisiologis yang lebih tinggi yang beresonansi dalam pilihan gerakan, pendekatan, dan ekspresi mereka.
HollowBodyTM didasarkan pada pemahaman tentang tubuh sebagai pondasi dunia manusia. Sebagai wadah untuk pikiran, emosi dan energi, pengalaman dan pengetahuan manusia yang diwujudkan melampaui bahasa dan logika. Metodologi HollowBodyTM berusaha untuk membangun tingkat kepercayaan dan akses pada praktisi yang dapat memunculkan impuls dan kebutuhan yang dalam, serta menggali konektivitas bawaan antara pikiran, hati, dan tubuh. Dengan keingintahuan, potensi, dan keterbatasan praktisi menjadi sepenuhnya tersedia untuk diri mereka sendiri, pemahaman diri dan ekspresi kreatif terungkap.
Tubuh Tabu karya ISBI (Foto Asep GP) |
Saat ini, praktik jangka panjang dari metodologi HollowBodyTM telah secara alami masuk ke dalam kreasi dan suara pertunjukan T.H.E Dance Company.
T.H.E Dance Company percaya bahwa dengan HollowBodyTM, tarian dan gerakan dapat dirangkul sebagai pilar fundamental dalam kehidupan yang menawarkan hubungan yang mendalam dengan tubuh, dan pada gilirannya adalah dunia.
Selain Lokakarya dan Pertunjukan ada juga Pemutaran Film Pán: Why we are here
Selain Lokakarya dan Pertunjukan ada juga Pemutaran Film Pán: Why we are here
Pán: Why we are here menampilkan pertunjukan live streaming asli Pán - yang digagas pada tahun 2020, dan dianugerahi sebagai Pertunjukan Asia Terbaik di Edinburgh Fringe Festival pada tahun 2021 - yang diedit ulang dan difilmkan ulang sebagian untuk menawarkan penafsiran ulang karya tersebut dalam konteks ruang sosial kita sehari-hari, yang memberikan makna lebih dalam melalui pengalaman nyata.
Melalui perspektif filmis Maurice Lai, seorang pembuat film tari yang terkenal di Hong Kong dan Taiwan, Pán: Why we are here melihat kembali konsep aslinya yang diusulkan oleh Direktur Artistik dan Koreografer Utama T.H.E, Kuik Swee Boon, untuk menekankan pentingnya memikirkan kembali esensi budaya, serta mempromosikan keterbukaan dan inklusivitas, di tengah-tengah kehidupan bersama yang multikultural. Tujuannya adalah untuk memperluas konsep dan konsensus ini ke berbagai komunitas.
Pán: Why We're Here dipersembahkan sebagai bagian dari rangkaian program T.H.E Dance Company untuk ulang tahun yang ke-15.
Ismet Ruchimat (Tengah baju putih) bersama delegasi seni dari Singapura (Foto Asep GP) |
Sedang FSP ISBI Bandung menampilkan pertunjukan “Tubuh Tabu” yang merupakan hasil kolaborasi mahasiswa jurusan Seni Tari Rifa Rasyidah Dhiyaulhaq, Welas Wulanari, Tarizka Putri Nifiracc, Tarizka Putri Nifira, dan Indah Purnamasari yang dibimbing oleh Dr. Alfiyanto, M.Sn. bersama Dinar Rizkianti, S.Sn., M.Sn. (dosen seni tari ISBI Bandung). Karya ini juga meraih Juara III pada Festival Karya Inovasi Tari Virtual Mahasiswa dan Umum Se-Indonesia dalam rangka Dies Natalis Ke 58 ISI Padangpanjang pada tanggal 27 November 2023 yang lalu.
Ismet Ruchimat Dekan Fakultas Seni Pertujukan ISBI Bandung, usai pergelaran mengatakan pada wartawan, inisiatif The Human Expression (T.H.E) Dance Company dari Singapura telah memberi sebuah kontribusi kultural terutama untuk ISBI Bandung, bahwa pekerjaan kreatif itu harus juga dikolaborasikan dengan potensi-potensi kultural yang ada di ISBI Bandung, terutama secara khusus dan umumnya bahwa kreativitas yang didatangkan mereka, tumbuhkembangnya tidak hanya dalam bentuk praktikal tapi juga dalam bentuk workshop, dll.
“Dan saya pikir ini suatu keberuntungan sekali bagi ISBI ketika mereka memberikan sebuah gambaran tentang bagaimana perkembangan dunia tari kontemporer dan juga bagaimana mecoba mengoneksikan konten pertumbuhan tari yang ada di ISBI Bandung,“ demikian kata Ismet.
Dr. Alfiyanto, tari itu tubuh sebagai simbol (Foto Asep GP) |
Menurut Ismet, ini adalah sebuah perjalanan luar biasa setelah pandemi melakukan kerja kreatif lagi, dia berharap kerja ini tidak hanya satu kali, pihaknya juga harus melakukan kerja-kerja kolaborasi dengan berbagai produk-produk kreatif yang lainya lagi, termasuk melakukan lawatan seni balasan ke Singapura. Sehingga para mahasiswa ISBI pun bisa memenuhi kualifikasi standar internasional seperti mereka.
Ismet juga menerangkan, tarian yang ada di ISBI digali dari tradisional, seperti “Tubuh Tabu” yang meraih Juara Festival Tari Se-Indonesia di Padang Panjang. Itu merupakan salahsatu kerja kreatif mahasiswa yang mengedepankan modal kontemporer yang diambil dari literasi-literasi kearifan lokal.
Tatarjabar.com
December 15, 2023
CB Blogger
Indonesia“Kalau misalnya tarian kontemporer dari Singapura tadi menjadi inspirasi kita untuk menggali tarian, Itu bisa. Tarian mereka “lebih” (bagus, red) karena Singapura Negara yang multikultur dan kita juga sama Negara multikultur. Tapi kita harus mengedepankan proses-proses kearifan lokalnya yang justru lebih dalam lagi spiritualnya,“ demkian kata Ismet yang juga pendiri kelompok musik Samba Sunda yang sudah melanglangbuana.
Sementara itu menurut Dr. Alfiyanto, tarian kontemporer dari Singapura ini sebuah pengalaman yang terbaru dalam kretaivitas tari kongtemporer. Karena di dalamnya ada sebuah tawaran-tawaran bahwa untuk menjadi penari yang baik itu harus benar melalui proses banget.
“Kalau di kita kan proses itu cenderung by project. Tapi bagi mereka ada projek gak ada projek terus berlatih, sehingga tubuhnya itu benar-benar tubuh penari banget. Baik itu peraganya kuat, rasanya kuat, imajinasinya kuat, karena si koreografernya itu lebih kepada untuk mengkompilasi, adapun gerak-gerak itu semuanya hasil dari experience individu si penari itu. Jadi si koreografer itu tidak pusing untuk mencari gerak-gerak lagi,“ tandasnya.
Dan menurut dosen tari ini, pergelaran seni kontemporer dari singapura ini pengalaman yang bagus terutama buat orang-orang tari terutama bagi koreografer dan penari. “Minimal untuk tubuh penari itu harusnya seperti itu. Kan esensinya tari itu tubuh sebagai simbol, karena tari bukan bahasa oral, tapi benar-benar bahasa tubuh, bagaimana tubuh itu hadir sebagai simbol di atas panggung,“ demikian pungkasnya. (Asep GP)***
Kolaborasi Internasional FSP ISBI Bandung - The Human Expression (T.H.E) Dance Company Singapura
Posted by
Tatarjabar.com on Friday, December 15, 2023
Tubuh Tabu karya ISBI (Foto Asep GP) |
Rabu sore (13/12/2023) Kampus ISBI Jalan Buah Batu 212 Bandung yang sedang sepi tiba-tiba dikejutkan dengan munculnya tubuh-tubuh terbungkus baju biru yang keluar dari Gedung Kesenian Sunan Ambu yang berlari, melompat, meliuk-liuk ke segala arah mengikuti suara tambur kecil mirip rebana yang tiada henti terus dipukul oleh pemimpinnya menuyusuri segenap penjuru kampus ISBI. Mereka menari dan terus menari sendiri dan berpasangan, begitu lentur dan gemulai menempati ruang dan waktu mengsiyaratkan sesuatu, bahkan beberapa penonton pun diajak menari lalu larut, asyik dengan gerak imajinya sendiri-sendiri.
Ya itulah pergelaran “Searching Blue” dari T.H.E Dance Company dengan Direktur Artistik dan Koreografer Utama Kuik Swee Boon, dari Singapura.
Mengambil inspirasi dari Extended Mind Thesis dan "My Stroke of Insight" dari Dr. Jill Bolte Taylor, Searching Blue merupakan upaya untuk menemukan kembali dan memahami kemampuan tubuh yang sering terabaikan dalam merasakan dan mempersepsikan ketika kita merenungkan dan merekonstruksi hubungan yang dimiliki oleh setiap orang dengan satu sama lain dan dengan dunia.
Tubuh Tabu karya ISBI (Foto Asep GP) |
Sembilan (9) orang delegasi dari T.H.E Dance Company tiba di ISBI Bandung pada Selasa pagi (12/12/2023). Kedatangannya langsung disambut oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Sistem Informasi dan Kerja Sama Dr. Supriatna, S.Sn., M.Sn. yang didampingi oleh Dekan Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) Dr. Ismet Ruchimat, S.Sen., M.Hum. bersama jajarannya di Gedung Rektorat ISBI Bandung.
Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung dan The Human Expression (T.H.E) Dance Company dari Singapura memang berkolaborasi menyelenggarakan beberapa kegiatan yang dilaksanakan selama 2 hari dari tanggal 12-13 Desember 2023 di Kampus ISBI Bandung.
Selama 2 hari itu T.H.E Dance Company akan memberikan beberapa program yaitu, Lokakarya & Kelas Master HollowBodyTM.
Tubuh Tabu karya ISBI (Foto Asep GP) |
HollowBodyTM ini adalah metodologi dan filosofi gerakan khas yang dianjurkan oleh direktur artistik dan koreografer utama T.H.E Dance Company Singapura, Kuik Swee Boon. Ini adalah metodologi yang digunakan oleh para seniman tari di T.H.E Dance Company untuk berlatih. Bukan sekadar estetika gerakan atau kondisi eksistensial, ini adalah proses pengalaman, menggunakan alat improvisasi untuk memandu para praktisi menuju kesadaran fisiologis yang lebih tinggi yang beresonansi dalam pilihan gerakan, pendekatan, dan ekspresi mereka.
HollowBodyTM didasarkan pada pemahaman tentang tubuh sebagai pondasi dunia manusia. Sebagai wadah untuk pikiran, emosi dan energi, pengalaman dan pengetahuan manusia yang diwujudkan melampaui bahasa dan logika. Metodologi HollowBodyTM berusaha untuk membangun tingkat kepercayaan dan akses pada praktisi yang dapat memunculkan impuls dan kebutuhan yang dalam, serta menggali konektivitas bawaan antara pikiran, hati, dan tubuh. Dengan keingintahuan, potensi, dan keterbatasan praktisi menjadi sepenuhnya tersedia untuk diri mereka sendiri, pemahaman diri dan ekspresi kreatif terungkap.
Tubuh Tabu karya ISBI (Foto Asep GP) |
Saat ini, praktik jangka panjang dari metodologi HollowBodyTM telah secara alami masuk ke dalam kreasi dan suara pertunjukan T.H.E Dance Company.
T.H.E Dance Company percaya bahwa dengan HollowBodyTM, tarian dan gerakan dapat dirangkul sebagai pilar fundamental dalam kehidupan yang menawarkan hubungan yang mendalam dengan tubuh, dan pada gilirannya adalah dunia.
Selain Lokakarya dan Pertunjukan ada juga Pemutaran Film Pán: Why we are here
Selain Lokakarya dan Pertunjukan ada juga Pemutaran Film Pán: Why we are here
Pán: Why we are here menampilkan pertunjukan live streaming asli Pán - yang digagas pada tahun 2020, dan dianugerahi sebagai Pertunjukan Asia Terbaik di Edinburgh Fringe Festival pada tahun 2021 - yang diedit ulang dan difilmkan ulang sebagian untuk menawarkan penafsiran ulang karya tersebut dalam konteks ruang sosial kita sehari-hari, yang memberikan makna lebih dalam melalui pengalaman nyata.
Melalui perspektif filmis Maurice Lai, seorang pembuat film tari yang terkenal di Hong Kong dan Taiwan, Pán: Why we are here melihat kembali konsep aslinya yang diusulkan oleh Direktur Artistik dan Koreografer Utama T.H.E, Kuik Swee Boon, untuk menekankan pentingnya memikirkan kembali esensi budaya, serta mempromosikan keterbukaan dan inklusivitas, di tengah-tengah kehidupan bersama yang multikultural. Tujuannya adalah untuk memperluas konsep dan konsensus ini ke berbagai komunitas.
Pán: Why We're Here dipersembahkan sebagai bagian dari rangkaian program T.H.E Dance Company untuk ulang tahun yang ke-15.
Ismet Ruchimat (Tengah baju putih) bersama delegasi seni dari Singapura (Foto Asep GP) |
Sedang FSP ISBI Bandung menampilkan pertunjukan “Tubuh Tabu” yang merupakan hasil kolaborasi mahasiswa jurusan Seni Tari Rifa Rasyidah Dhiyaulhaq, Welas Wulanari, Tarizka Putri Nifiracc, Tarizka Putri Nifira, dan Indah Purnamasari yang dibimbing oleh Dr. Alfiyanto, M.Sn. bersama Dinar Rizkianti, S.Sn., M.Sn. (dosen seni tari ISBI Bandung). Karya ini juga meraih Juara III pada Festival Karya Inovasi Tari Virtual Mahasiswa dan Umum Se-Indonesia dalam rangka Dies Natalis Ke 58 ISI Padangpanjang pada tanggal 27 November 2023 yang lalu.
Ismet Ruchimat Dekan Fakultas Seni Pertujukan ISBI Bandung, usai pergelaran mengatakan pada wartawan, inisiatif The Human Expression (T.H.E) Dance Company dari Singapura telah memberi sebuah kontribusi kultural terutama untuk ISBI Bandung, bahwa pekerjaan kreatif itu harus juga dikolaborasikan dengan potensi-potensi kultural yang ada di ISBI Bandung, terutama secara khusus dan umumnya bahwa kreativitas yang didatangkan mereka, tumbuhkembangnya tidak hanya dalam bentuk praktikal tapi juga dalam bentuk workshop, dll.
“Dan saya pikir ini suatu keberuntungan sekali bagi ISBI ketika mereka memberikan sebuah gambaran tentang bagaimana perkembangan dunia tari kontemporer dan juga bagaimana mecoba mengoneksikan konten pertumbuhan tari yang ada di ISBI Bandung,“ demikian kata Ismet.
Dr. Alfiyanto, tari itu tubuh sebagai simbol (Foto Asep GP) |
Menurut Ismet, ini adalah sebuah perjalanan luar biasa setelah pandemi melakukan kerja kreatif lagi, dia berharap kerja ini tidak hanya satu kali, pihaknya juga harus melakukan kerja-kerja kolaborasi dengan berbagai produk-produk kreatif yang lainya lagi, termasuk melakukan lawatan seni balasan ke Singapura. Sehingga para mahasiswa ISBI pun bisa memenuhi kualifikasi standar internasional seperti mereka.
Ismet juga menerangkan, tarian yang ada di ISBI digali dari tradisional, seperti “Tubuh Tabu” yang meraih Juara Festival Tari Se-Indonesia di Padang Panjang. Itu merupakan salahsatu kerja kreatif mahasiswa yang mengedepankan modal kontemporer yang diambil dari literasi-literasi kearifan lokal.
“Kalau misalnya tarian kontemporer dari Singapura tadi menjadi inspirasi kita untuk menggali tarian, Itu bisa. Tarian mereka “lebih” (bagus, red) karena Singapura Negara yang multikultur dan kita juga sama Negara multikultur. Tapi kita harus mengedepankan proses-proses kearifan lokalnya yang justru lebih dalam lagi spiritualnya,“ demkian kata Ismet yang juga pendiri kelompok musik Samba Sunda yang sudah melanglangbuana.
Sementara itu menurut Dr. Alfiyanto, tarian kontemporer dari Singapura ini sebuah pengalaman yang terbaru dalam kretaivitas tari kongtemporer. Karena di dalamnya ada sebuah tawaran-tawaran bahwa untuk menjadi penari yang baik itu harus benar melalui proses banget.
“Kalau di kita kan proses itu cenderung by project. Tapi bagi mereka ada projek gak ada projek terus berlatih, sehingga tubuhnya itu benar-benar tubuh penari banget. Baik itu peraganya kuat, rasanya kuat, imajinasinya kuat, karena si koreografernya itu lebih kepada untuk mengkompilasi, adapun gerak-gerak itu semuanya hasil dari experience individu si penari itu. Jadi si koreografer itu tidak pusing untuk mencari gerak-gerak lagi,“ tandasnya.
Dan menurut dosen tari ini, pergelaran seni kontemporer dari singapura ini pengalaman yang bagus terutama buat orang-orang tari terutama bagi koreografer dan penari. “Minimal untuk tubuh penari itu harusnya seperti itu. Kan esensinya tari itu tubuh sebagai simbol, karena tari bukan bahasa oral, tapi benar-benar bahasa tubuh, bagaimana tubuh itu hadir sebagai simbol di atas panggung,“ demikian pungkasnya. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment