Home
» Jawa Barat
» Jawa Barat Menurut Seniman dan Budayawan Sunda Adjie Esa Poetra : Dicari Gubernur Yang Bisa Merubah Nama Jawa Barat Menjadi Provinsi Sunda
Monday, November 13, 2023
Nama “ Sunda” itu menjadi penting buat membentuk jati diri, kepribadian, karakter. Karakter menurut para ahli penting untuk menentukan masa depan. Kalau Jawa Barat tidak diganti namanya (menjadi Provinsi Sunda/Tatar Sunda) tidak akan maju-maju. Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpad Prof. Dr. Hj.Ernie Tisnawati Sule, Jawa Barat tidak punya local branding dan kata Burhanudin Abdullah, kepribadian sebuah provinsi itu akan mendongkrak perekonomian.
Adzie Esa Poetra bukan hanya dikenal sebagai guru vokal yang sejak tahun 1975 hingga kini banyak melahirkan para penyanyi terkenal Nasional dan Internasional seperti Rossa, Melly Goeslaw, Inka Cristy, Merry Andanie, Janita Janet, Rita Efendi, Faisal Amir, Nike Ardila (Almh), Indri AFI, Brinet Idol, Yungyung (China Selatan Idol), Fauzia (Singapura Idol), dll, tapi Pembina Perguruan Silat Tadjimalela ini dikenal vokal mengkritisi keadaan politik, ekonomi dan sosial di Indonesia, terutama Jawa Barat.
“Saya ingin mengingatkan ke teman-teman bangsa Indonesia terutama para politisi, cobalah politik itu jangan dianggap heureuy (main-main), tapi harus berbudaya, harus berkebudayaan, harus membudayakan budi, budaya itu kan budi pekerti - harus berbudi! Indonesia sekarang lingkungan hidupnya hancur, bangsa kita IQ nya terendah di Asia Tenggara, belum kemiskinan,“ kata Adjie ketika di temui wartawan di Bandung.
Begitu juga orang Sunda menurut Adjie kurang daya saingnya di tanahnya sendiri (jati kasilih ku junti), orang Sunda yang duduk di DPRD saja cuma 25%, padahal menurut survey BPS (Biro Pusat Statistik) 2020, Jawa Barat 75% dihuni Orang Sunda. Orang Sunda sudah kehilangan jatidiri hingga tidak dihargai, hanya dianggap bagian dari Jawa. Oleh karena itu menurutnya nama Jawa Barat harus diganti, harus ada nama Sunda-nya (sudah ada usulan, diantaranya Provinsi Sunda, Provinsi Tatar Sunda, dsb). Karena nama Jabar kurang efektif, dan perjuangan mengganti nama itu sudah sejak tahun 1956 (Kongres Pemuda Sunda), hingga sekarang terus bergaung termasuk oleh pihak Adjie.
Begitu juga orang Sunda menurut Adjie kurang daya saingnya di tanahnya sendiri (jati kasilih ku junti), orang Sunda yang duduk di DPRD saja cuma 25%, padahal menurut survey BPS (Biro Pusat Statistik) 2020, Jawa Barat 75% dihuni Orang Sunda. Orang Sunda sudah kehilangan jatidiri hingga tidak dihargai, hanya dianggap bagian dari Jawa. Oleh karena itu menurutnya nama Jawa Barat harus diganti, harus ada nama Sunda-nya (sudah ada usulan, diantaranya Provinsi Sunda, Provinsi Tatar Sunda, dsb). Karena nama Jabar kurang efektif, dan perjuangan mengganti nama itu sudah sejak tahun 1956 (Kongres Pemuda Sunda), hingga sekarang terus bergaung termasuk oleh pihak Adjie.
Nama “ Sunda” itu menjadi penting buat membentuk jati diri, kepribadian, karakter. Karakter menurut para ahli penting untuk menentukan masa depan. “Kalau Jawa Barat tidak diganti namanya tidak akan maju-maju,“ tegas Adjie sambil menyitir pernyaataan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpad Prof.Dr. Ernie Tisnawati Sule bahwa Jawa Barat tidak punya local branding dan pernyataan Burhanudin Abdullah yang setuju bahwa kepribadian sebuah provinsi itu akan mendongkrak perekonomian.
Orang Sunda di Jabar dirasa Adjie hanya jadi anak bawangnya Jawa, dianaktirikan. Buktinya RAPBD Jawa barat pasti nomer 3 padahal penduduk lebih banyak. Dan ketika mengajukan pemekaran daerah pun sulit diketuk palunya. Kenapa Jateng lebih banyak daerah yang dimekarkan padahal penduduknya sedikit hanya 39 juta jiwa sedangkan Jawa Barat lebih banyak 48 juta lebih. “Kalau desanya sedikit ya otomatis dana desa bantuan dari APBN juga sedikit,“ sesalnya.
Adjie juga mengatakan, pernah dengar cerita Ceu Popong ketika menanyakan kepada pihak terkait kenapa bantuan ke Jabar sedikit, dan jawabannya tidak mengenakan, Jabar sudah terwakili sama Jateng dan Jatim. “Jadi Jabar dianggap sepele anak bawang, padahal Jabar daerah penyangga ibukota, dekat ke ibukota harusnya jabar lebih berdaya lebih hebat. Kenapa kalah sama Banten. Persentase penduduk miskinnya juga kalah sama Banten mereka masuk 10 besar (data BPS Maret 2023 : 6,7%). Padahal Banten jadi provinsi baru di tahun 2000, Banten juga akan membuat jembatan laut yang menghubungkan Pulau Jawa - Sumatera, Merak dan Bakaheuni Lampung, walau ditunda.
“Persentase Penduduk Miskin Jabar (2023) 7,62% atau 3, 89 juta, jadi di posisi ranking 16 selama puluhan tahun, tidak maju-maju. Partisipasi Pendidikan Usia SMP (2022) 95,27% - ranking 27 di bawah rata-rata nasional 95,92%. Untuk SMA (2022) 68,66% -ranking 32 di bawah rata-rata nasional 73,15%. Kuliah 23,99% - ranking 24 di bawah rata-rata nasional 25.99%. Indeks Kebahagiaan Jabar (2021) 70,23 point-ranking 32 dibawah rata-rata nasional 71,49%,“ demikian rincian Adjie
“Jadi tidak bisa tidak, kalau orang Sunda ingin maju harus mengganti nama Jawa Barat. Itu intinya kalau Jabar mau maju ganti nama. Ini cara out of the box, sebab dari dulu kita tidak maju-maju, moyodok tah. Dan ini harus ada gubernur yang sanggup merubah nama, begitu juga DPRD nya. Karena prosedurnya menurut Permendagri Nomor 30 Tahun 2012, penggantian nama harus melalui usulan gubernur diajukan ke DPR” tegas Adjie. Dan itu sudah beberapa kali diusulkan Adjie dan para inohong ke gubernur tapi tak pernah ada balasan.
Orang Jabar banyak yang pintar banyak kaum inteleknya, tapi kenapa tidak ada yang jadi presiden dan tiap ada yang berani mencalonkandiri jadi Capres tidak didukung. Tapi mungkin akan lain ceritanya kalau mereka berjasa mau merubah nama Jawa Barat menjadi Provinsi Tatar Sunda, misalnya. Karena bisa menyatukan 75% orang Sunda yang menghuni Jawa Barat, belum 25% pendatang yang kebanyakannya Sunda Kultural.
Di Jawa Barat menang banyak orang luar (china keturunan, Padang, Batak, Jawa, dsb) yang mengaku Sunda dan mengabdi, membela Sunda. Diantaranya ada Hapy Bone, Fadli Zon, Rizal Ramli, dulu ada Tan Deseng (seniman), Wildan Nasution (penyiar), Rem Sylado (musisi) dan banyak lagi.
Dalam masalah perubahan nama Jabar juga yang membela dan mendukung habis-habisan itu justru Sunda Kultural seperti Fadli Zon dan Rizal Ramli. Kata mereka nama Jabar memang harus diganti tidak eksotis seolah Jabar hanya bagian dari Jawa, anak bawangna Jawa. Jawa barat seolah Sunda bukan Jawa juga bukan, kacingcalang.
Perubahan nama harus jadi cara out of the box, karena selama ini cara-cara standar Jabar belasan taun gagal, kalau berhasil tentu dari dulu Jabar maju dalam berbagai bidang, pendidikan, ekonomi. Kenyataannya kalau berpijak ke tujuan NKRI aja gagal. Misalnya dalam masalah Perlindungan terhadap masyarakatnya kan harus bagus, tapi kenapa masih memukuli para demonstran. Terus stunting (gizi anak) juga parah, begitu juga kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan ke Komnas HAM.
Demikian juga lingkungan hidup sudah rusak, lingkungan pemukiman kita paling kumuh. Atau itu saja dalam tujuan NKRI pertama, melindungi bangsa dan seluruh tumpah darah, hancur. Terus dalam hal kebudayaan, 300 kesenian tradisional musnah, kearifan lokalnya hilang, belum tingkat kecerdasannya yang di bawah standar. Pendidikan di kita mengkhawatirkan, yang kuliah aja hanya 25% di usia kuliah, SMA lebih parah lagi hanya 32%, persentasenya kalah dengan Papua dan Banten.
Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, PDB (Produk Domestik Bruto) rendah, rankingnya tidak masuk 10 besar, tidak sejahtera. Pasalnya ini, menurut Adjie persoalan ekonomi, kenapa ekonomi, karena kita tidak punya daya saing. Kalau punya daya saing misalnya sekolah tidak gratis pun kita akan mampu, karena punya duit.
Jatidiri Orang Sunda dihancurkan Belanda Selama Berabad-abad
Sebagaima kita tahu, Sunda menurut R.W. van Bemmelen (1949) adalah sebuah dataran bagian baratlaut wilayah India Timur dan bagian tenggaranya dinami Sahul. Dataran Sunda dikelilingi sistem Gunung Sunda yang melingkar sepanjang 7.000 km. Dataran Sunda terdiri atas dua bagian utama, bagian utara meliputi Kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang Lautan Pasifik bagian barat dan selatan yang terbentang dari timur ke barat mulai Maluku bagian selatan hingga Lembah Brahmaputra di Assam (India). Dengan demikian, bagian selatan dataran Sunda dibentuk kawasan mulai Pulau Banda di timur terus ke barat melalui pulau-pulau di Kepulauan Sunda Kecil, Jawa, Sumatera, Kepulauan Andaman, dan Nikobar sampai ke Arakan Yoma di Birma. Dataran ini selanjutnya bersambung dengan kawasan sistem gunung Himalaya di barat dan Sahul di timur.
Selain itu ada, jauh sebelum ada nama Indonesia dan Nusantara, kepulauan yang ada di seluruh Indonesia ini bernama Sunda, pulau-pulau besar (Sunda Besar) terdiri dari Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan dan pulau-pulau kecil (Sunda Kecil), Bali, Nusa Tenggara, dan Timor.
Kata Adjie, Sebelum dirubah Belanda menjadi West Java seluruh Nusantara ini dikenal orang-orang barat dengan nama Sundaland. Nama Sunda dirubah Belanda tahun1925 jadi Jawa Barat (West Java), sebab Sunda dianggap membahayakan, orangnya pintar-pintar dan susah ditaklukan. Hal itu memang dikatakan Tome Pires, seorang bangsa Portugis yang mengelana ke Kepulauan Nusantara dengan kapal layar abad ke - 15 (1513) yang memuji orang Sunda sebagai “Kstaria yang Jujur dan Gagah Berani”.
Intinya, Sunda dulunya bangsa yang unggul, tanahnya sangat luas, gemah ripah loh jinawi, budayanya luhung, orang-orangnya pintar, jujur dan pemberani. Tapi sekarang Sunda tinggal sekumpulan etnis yang mendiami wilayah Barat pulau Jawa dan disebut Jawa Barat. Memang etnis terbesar kedua di Indonesia tapi kurang daya saingnya serta diperlakukan tidak adil.
Untuk mengembalikan Sunda yang unggul, gemah ripah loh jinawi, rea ketan rea keton sepi paling towong rampog, diperlukan cara out of the box (cara lain) karena cara-cara standar yang selama ini dipakai tidak menghasilkan kemajuan.Caranya yaitu dengan perubahan nama Jawa Barat menjadi Provinsi Sunda/Tatar Sunda.
“Jadi perubahan nama itu menjadi cara yang penting sebagai out the box untuk mendukung cara standar yang sudah lebih dulu dijalankan, yang gagal terus. Jawa Barat kan gagal terus, hanya dilihat sebelah mata,” tegas Adjie.
Jadi intinya dirubah nama jadi provinsi sunda itu berhubungan dengan jatidiri dan daya saing dan ini merupakan cara out of the box yang belum pernah dilakukan dan perlu dilakukan. Ya kalau dengan nama Jabar maju terus mah tidak masalah, kenyataannya provinsi pangmoyodokna,tertinggal di segala bidang. Ini ganti nama itu salah satu solusi, nanti setelah itu akan kita tindaklanjuti dengan Majelis Adat Istiadat Sunda.
“Jadi ganti nama itu akan otomatis menaikan lagi kearifan lokal dan orang Sunda akan kembali bangga akan dirinya, bakal bicara lagi menggunakan bahasa Sunda, punya tangtungan lagi, akan bepegang teguh pada catur watak : orang Sunda kukuh kana jangji, orang Sunda leber wawanen, orang Sunda silih wawangi,” kata Adjie.
Jadi kata Adjie, pokoknya sekarang di Jawa Barat harus ada gubernur baru dan wakil rakyat (anggota DPRD) yang baru, yang pro perubahan nama sebagai cara out of the box, karena cara seperti itu sangat menentukan daya saing, di dalamnya ada jatidiri. Jangan sampai Jawa Barat moyodok terus (kalah berkembang sama provinsi lain), padahal orang Jawa Barat pintar-pintar SDM nya bagus, banyak kaum intelektualnya, perguruan tingginya juga berkualitas banyak yang kelas dunia.
“Dengan berubah nama mejadi Provinsi Sunda, kearifan lokal akan kembali bergeliat. Dan akan kita akan tindaklanjuti dengan 'Majelis Adat Istiadat Sunda Sabilulungan'. Hingga pendatang pun harus bisa menyesuaikandiri dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung, seperti orang Sunda yang suka pindah cai pindah tampian (pandai menyesuaikan diri) dimana pun berada. Tapi Alhamdulillah banyak pendatang yang akhirnya jadi Sunda Kultural, nyaah, cinta dan mengabdi di bumi Pasundan,” demikian pungkas Koordinator Penggemar Olahraga dan Kebudayaan HMI, Pimpinan Sekolah Vocal Adjie Esa Poetra, dan Pegiat Silat Tajimalela sejak 73. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
November 13, 2023
CB Blogger
IndonesiaOrang Sunda di Jabar dirasa Adjie hanya jadi anak bawangnya Jawa, dianaktirikan. Buktinya RAPBD Jawa barat pasti nomer 3 padahal penduduk lebih banyak. Dan ketika mengajukan pemekaran daerah pun sulit diketuk palunya. Kenapa Jateng lebih banyak daerah yang dimekarkan padahal penduduknya sedikit hanya 39 juta jiwa sedangkan Jawa Barat lebih banyak 48 juta lebih. “Kalau desanya sedikit ya otomatis dana desa bantuan dari APBN juga sedikit,“ sesalnya.
Adjie juga mengatakan, pernah dengar cerita Ceu Popong ketika menanyakan kepada pihak terkait kenapa bantuan ke Jabar sedikit, dan jawabannya tidak mengenakan, Jabar sudah terwakili sama Jateng dan Jatim. “Jadi Jabar dianggap sepele anak bawang, padahal Jabar daerah penyangga ibukota, dekat ke ibukota harusnya jabar lebih berdaya lebih hebat. Kenapa kalah sama Banten. Persentase penduduk miskinnya juga kalah sama Banten mereka masuk 10 besar (data BPS Maret 2023 : 6,7%). Padahal Banten jadi provinsi baru di tahun 2000, Banten juga akan membuat jembatan laut yang menghubungkan Pulau Jawa - Sumatera, Merak dan Bakaheuni Lampung, walau ditunda.
(Foto. Dok. Pribadi) |
“Persentase Penduduk Miskin Jabar (2023) 7,62% atau 3, 89 juta, jadi di posisi ranking 16 selama puluhan tahun, tidak maju-maju. Partisipasi Pendidikan Usia SMP (2022) 95,27% - ranking 27 di bawah rata-rata nasional 95,92%. Untuk SMA (2022) 68,66% -ranking 32 di bawah rata-rata nasional 73,15%. Kuliah 23,99% - ranking 24 di bawah rata-rata nasional 25.99%. Indeks Kebahagiaan Jabar (2021) 70,23 point-ranking 32 dibawah rata-rata nasional 71,49%,“ demikian rincian Adjie
“Jadi tidak bisa tidak, kalau orang Sunda ingin maju harus mengganti nama Jawa Barat. Itu intinya kalau Jabar mau maju ganti nama. Ini cara out of the box, sebab dari dulu kita tidak maju-maju, moyodok tah. Dan ini harus ada gubernur yang sanggup merubah nama, begitu juga DPRD nya. Karena prosedurnya menurut Permendagri Nomor 30 Tahun 2012, penggantian nama harus melalui usulan gubernur diajukan ke DPR” tegas Adjie. Dan itu sudah beberapa kali diusulkan Adjie dan para inohong ke gubernur tapi tak pernah ada balasan.
Orang Jabar banyak yang pintar banyak kaum inteleknya, tapi kenapa tidak ada yang jadi presiden dan tiap ada yang berani mencalonkandiri jadi Capres tidak didukung. Tapi mungkin akan lain ceritanya kalau mereka berjasa mau merubah nama Jawa Barat menjadi Provinsi Tatar Sunda, misalnya. Karena bisa menyatukan 75% orang Sunda yang menghuni Jawa Barat, belum 25% pendatang yang kebanyakannya Sunda Kultural.
Di Jawa Barat menang banyak orang luar (china keturunan, Padang, Batak, Jawa, dsb) yang mengaku Sunda dan mengabdi, membela Sunda. Diantaranya ada Hapy Bone, Fadli Zon, Rizal Ramli, dulu ada Tan Deseng (seniman), Wildan Nasution (penyiar), Rem Sylado (musisi) dan banyak lagi.
Dalam masalah perubahan nama Jabar juga yang membela dan mendukung habis-habisan itu justru Sunda Kultural seperti Fadli Zon dan Rizal Ramli. Kata mereka nama Jabar memang harus diganti tidak eksotis seolah Jabar hanya bagian dari Jawa, anak bawangna Jawa. Jawa barat seolah Sunda bukan Jawa juga bukan, kacingcalang.
Perubahan nama harus jadi cara out of the box, karena selama ini cara-cara standar Jabar belasan taun gagal, kalau berhasil tentu dari dulu Jabar maju dalam berbagai bidang, pendidikan, ekonomi. Kenyataannya kalau berpijak ke tujuan NKRI aja gagal. Misalnya dalam masalah Perlindungan terhadap masyarakatnya kan harus bagus, tapi kenapa masih memukuli para demonstran. Terus stunting (gizi anak) juga parah, begitu juga kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan ke Komnas HAM.
Demikian juga lingkungan hidup sudah rusak, lingkungan pemukiman kita paling kumuh. Atau itu saja dalam tujuan NKRI pertama, melindungi bangsa dan seluruh tumpah darah, hancur. Terus dalam hal kebudayaan, 300 kesenian tradisional musnah, kearifan lokalnya hilang, belum tingkat kecerdasannya yang di bawah standar. Pendidikan di kita mengkhawatirkan, yang kuliah aja hanya 25% di usia kuliah, SMA lebih parah lagi hanya 32%, persentasenya kalah dengan Papua dan Banten.
Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, PDB (Produk Domestik Bruto) rendah, rankingnya tidak masuk 10 besar, tidak sejahtera. Pasalnya ini, menurut Adjie persoalan ekonomi, kenapa ekonomi, karena kita tidak punya daya saing. Kalau punya daya saing misalnya sekolah tidak gratis pun kita akan mampu, karena punya duit.
Jatidiri Orang Sunda dihancurkan Belanda Selama Berabad-abad
Sebagaima kita tahu, Sunda menurut R.W. van Bemmelen (1949) adalah sebuah dataran bagian baratlaut wilayah India Timur dan bagian tenggaranya dinami Sahul. Dataran Sunda dikelilingi sistem Gunung Sunda yang melingkar sepanjang 7.000 km. Dataran Sunda terdiri atas dua bagian utama, bagian utara meliputi Kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang Lautan Pasifik bagian barat dan selatan yang terbentang dari timur ke barat mulai Maluku bagian selatan hingga Lembah Brahmaputra di Assam (India). Dengan demikian, bagian selatan dataran Sunda dibentuk kawasan mulai Pulau Banda di timur terus ke barat melalui pulau-pulau di Kepulauan Sunda Kecil, Jawa, Sumatera, Kepulauan Andaman, dan Nikobar sampai ke Arakan Yoma di Birma. Dataran ini selanjutnya bersambung dengan kawasan sistem gunung Himalaya di barat dan Sahul di timur.
Selain itu ada, jauh sebelum ada nama Indonesia dan Nusantara, kepulauan yang ada di seluruh Indonesia ini bernama Sunda, pulau-pulau besar (Sunda Besar) terdiri dari Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan dan pulau-pulau kecil (Sunda Kecil), Bali, Nusa Tenggara, dan Timor.
Kata Adjie, Sebelum dirubah Belanda menjadi West Java seluruh Nusantara ini dikenal orang-orang barat dengan nama Sundaland. Nama Sunda dirubah Belanda tahun1925 jadi Jawa Barat (West Java), sebab Sunda dianggap membahayakan, orangnya pintar-pintar dan susah ditaklukan. Hal itu memang dikatakan Tome Pires, seorang bangsa Portugis yang mengelana ke Kepulauan Nusantara dengan kapal layar abad ke - 15 (1513) yang memuji orang Sunda sebagai “Kstaria yang Jujur dan Gagah Berani”.
Intinya, Sunda dulunya bangsa yang unggul, tanahnya sangat luas, gemah ripah loh jinawi, budayanya luhung, orang-orangnya pintar, jujur dan pemberani. Tapi sekarang Sunda tinggal sekumpulan etnis yang mendiami wilayah Barat pulau Jawa dan disebut Jawa Barat. Memang etnis terbesar kedua di Indonesia tapi kurang daya saingnya serta diperlakukan tidak adil.
Untuk mengembalikan Sunda yang unggul, gemah ripah loh jinawi, rea ketan rea keton sepi paling towong rampog, diperlukan cara out of the box (cara lain) karena cara-cara standar yang selama ini dipakai tidak menghasilkan kemajuan.Caranya yaitu dengan perubahan nama Jawa Barat menjadi Provinsi Sunda/Tatar Sunda.
“Jadi perubahan nama itu menjadi cara yang penting sebagai out the box untuk mendukung cara standar yang sudah lebih dulu dijalankan, yang gagal terus. Jawa Barat kan gagal terus, hanya dilihat sebelah mata,” tegas Adjie.
Jadi intinya dirubah nama jadi provinsi sunda itu berhubungan dengan jatidiri dan daya saing dan ini merupakan cara out of the box yang belum pernah dilakukan dan perlu dilakukan. Ya kalau dengan nama Jabar maju terus mah tidak masalah, kenyataannya provinsi pangmoyodokna,tertinggal di segala bidang. Ini ganti nama itu salah satu solusi, nanti setelah itu akan kita tindaklanjuti dengan Majelis Adat Istiadat Sunda.
Bersama cucu tercinta (Foto. Dok. Pribadi) |
“Jadi ganti nama itu akan otomatis menaikan lagi kearifan lokal dan orang Sunda akan kembali bangga akan dirinya, bakal bicara lagi menggunakan bahasa Sunda, punya tangtungan lagi, akan bepegang teguh pada catur watak : orang Sunda kukuh kana jangji, orang Sunda leber wawanen, orang Sunda silih wawangi,” kata Adjie.
Jadi kata Adjie, pokoknya sekarang di Jawa Barat harus ada gubernur baru dan wakil rakyat (anggota DPRD) yang baru, yang pro perubahan nama sebagai cara out of the box, karena cara seperti itu sangat menentukan daya saing, di dalamnya ada jatidiri. Jangan sampai Jawa Barat moyodok terus (kalah berkembang sama provinsi lain), padahal orang Jawa Barat pintar-pintar SDM nya bagus, banyak kaum intelektualnya, perguruan tingginya juga berkualitas banyak yang kelas dunia.
“Dengan berubah nama mejadi Provinsi Sunda, kearifan lokal akan kembali bergeliat. Dan akan kita akan tindaklanjuti dengan 'Majelis Adat Istiadat Sunda Sabilulungan'. Hingga pendatang pun harus bisa menyesuaikandiri dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung, seperti orang Sunda yang suka pindah cai pindah tampian (pandai menyesuaikan diri) dimana pun berada. Tapi Alhamdulillah banyak pendatang yang akhirnya jadi Sunda Kultural, nyaah, cinta dan mengabdi di bumi Pasundan,” demikian pungkas Koordinator Penggemar Olahraga dan Kebudayaan HMI, Pimpinan Sekolah Vocal Adjie Esa Poetra, dan Pegiat Silat Tajimalela sejak 73. (Asep GP)***
Jawa Barat Menurut Seniman dan Budayawan Sunda Adjie Esa Poetra : Dicari Gubernur Yang Bisa Merubah Nama Jawa Barat Menjadi Provinsi Sunda
Posted by
Tatarjabar.com on Monday, November 13, 2023
Nama “ Sunda” itu menjadi penting buat membentuk jati diri, kepribadian, karakter. Karakter menurut para ahli penting untuk menentukan masa depan. Kalau Jawa Barat tidak diganti namanya (menjadi Provinsi Sunda/Tatar Sunda) tidak akan maju-maju. Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpad Prof. Dr. Hj.Ernie Tisnawati Sule, Jawa Barat tidak punya local branding dan kata Burhanudin Abdullah, kepribadian sebuah provinsi itu akan mendongkrak perekonomian.
Adzie Esa Poetra bukan hanya dikenal sebagai guru vokal yang sejak tahun 1975 hingga kini banyak melahirkan para penyanyi terkenal Nasional dan Internasional seperti Rossa, Melly Goeslaw, Inka Cristy, Merry Andanie, Janita Janet, Rita Efendi, Faisal Amir, Nike Ardila (Almh), Indri AFI, Brinet Idol, Yungyung (China Selatan Idol), Fauzia (Singapura Idol), dll, tapi Pembina Perguruan Silat Tadjimalela ini dikenal vokal mengkritisi keadaan politik, ekonomi dan sosial di Indonesia, terutama Jawa Barat.
“Saya ingin mengingatkan ke teman-teman bangsa Indonesia terutama para politisi, cobalah politik itu jangan dianggap heureuy (main-main), tapi harus berbudaya, harus berkebudayaan, harus membudayakan budi, budaya itu kan budi pekerti - harus berbudi! Indonesia sekarang lingkungan hidupnya hancur, bangsa kita IQ nya terendah di Asia Tenggara, belum kemiskinan,“ kata Adjie ketika di temui wartawan di Bandung.
Begitu juga orang Sunda menurut Adjie kurang daya saingnya di tanahnya sendiri (jati kasilih ku junti), orang Sunda yang duduk di DPRD saja cuma 25%, padahal menurut survey BPS (Biro Pusat Statistik) 2020, Jawa Barat 75% dihuni Orang Sunda. Orang Sunda sudah kehilangan jatidiri hingga tidak dihargai, hanya dianggap bagian dari Jawa. Oleh karena itu menurutnya nama Jawa Barat harus diganti, harus ada nama Sunda-nya (sudah ada usulan, diantaranya Provinsi Sunda, Provinsi Tatar Sunda, dsb). Karena nama Jabar kurang efektif, dan perjuangan mengganti nama itu sudah sejak tahun 1956 (Kongres Pemuda Sunda), hingga sekarang terus bergaung termasuk oleh pihak Adjie.
Begitu juga orang Sunda menurut Adjie kurang daya saingnya di tanahnya sendiri (jati kasilih ku junti), orang Sunda yang duduk di DPRD saja cuma 25%, padahal menurut survey BPS (Biro Pusat Statistik) 2020, Jawa Barat 75% dihuni Orang Sunda. Orang Sunda sudah kehilangan jatidiri hingga tidak dihargai, hanya dianggap bagian dari Jawa. Oleh karena itu menurutnya nama Jawa Barat harus diganti, harus ada nama Sunda-nya (sudah ada usulan, diantaranya Provinsi Sunda, Provinsi Tatar Sunda, dsb). Karena nama Jabar kurang efektif, dan perjuangan mengganti nama itu sudah sejak tahun 1956 (Kongres Pemuda Sunda), hingga sekarang terus bergaung termasuk oleh pihak Adjie.
Nama “ Sunda” itu menjadi penting buat membentuk jati diri, kepribadian, karakter. Karakter menurut para ahli penting untuk menentukan masa depan. “Kalau Jawa Barat tidak diganti namanya tidak akan maju-maju,“ tegas Adjie sambil menyitir pernyaataan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpad Prof.Dr. Ernie Tisnawati Sule bahwa Jawa Barat tidak punya local branding dan pernyataan Burhanudin Abdullah yang setuju bahwa kepribadian sebuah provinsi itu akan mendongkrak perekonomian.
Orang Sunda di Jabar dirasa Adjie hanya jadi anak bawangnya Jawa, dianaktirikan. Buktinya RAPBD Jawa barat pasti nomer 3 padahal penduduk lebih banyak. Dan ketika mengajukan pemekaran daerah pun sulit diketuk palunya. Kenapa Jateng lebih banyak daerah yang dimekarkan padahal penduduknya sedikit hanya 39 juta jiwa sedangkan Jawa Barat lebih banyak 48 juta lebih. “Kalau desanya sedikit ya otomatis dana desa bantuan dari APBN juga sedikit,“ sesalnya.
Adjie juga mengatakan, pernah dengar cerita Ceu Popong ketika menanyakan kepada pihak terkait kenapa bantuan ke Jabar sedikit, dan jawabannya tidak mengenakan, Jabar sudah terwakili sama Jateng dan Jatim. “Jadi Jabar dianggap sepele anak bawang, padahal Jabar daerah penyangga ibukota, dekat ke ibukota harusnya jabar lebih berdaya lebih hebat. Kenapa kalah sama Banten. Persentase penduduk miskinnya juga kalah sama Banten mereka masuk 10 besar (data BPS Maret 2023 : 6,7%). Padahal Banten jadi provinsi baru di tahun 2000, Banten juga akan membuat jembatan laut yang menghubungkan Pulau Jawa - Sumatera, Merak dan Bakaheuni Lampung, walau ditunda.
“Persentase Penduduk Miskin Jabar (2023) 7,62% atau 3, 89 juta, jadi di posisi ranking 16 selama puluhan tahun, tidak maju-maju. Partisipasi Pendidikan Usia SMP (2022) 95,27% - ranking 27 di bawah rata-rata nasional 95,92%. Untuk SMA (2022) 68,66% -ranking 32 di bawah rata-rata nasional 73,15%. Kuliah 23,99% - ranking 24 di bawah rata-rata nasional 25.99%. Indeks Kebahagiaan Jabar (2021) 70,23 point-ranking 32 dibawah rata-rata nasional 71,49%,“ demikian rincian Adjie
“Jadi tidak bisa tidak, kalau orang Sunda ingin maju harus mengganti nama Jawa Barat. Itu intinya kalau Jabar mau maju ganti nama. Ini cara out of the box, sebab dari dulu kita tidak maju-maju, moyodok tah. Dan ini harus ada gubernur yang sanggup merubah nama, begitu juga DPRD nya. Karena prosedurnya menurut Permendagri Nomor 30 Tahun 2012, penggantian nama harus melalui usulan gubernur diajukan ke DPR” tegas Adjie. Dan itu sudah beberapa kali diusulkan Adjie dan para inohong ke gubernur tapi tak pernah ada balasan.
Orang Jabar banyak yang pintar banyak kaum inteleknya, tapi kenapa tidak ada yang jadi presiden dan tiap ada yang berani mencalonkandiri jadi Capres tidak didukung. Tapi mungkin akan lain ceritanya kalau mereka berjasa mau merubah nama Jawa Barat menjadi Provinsi Tatar Sunda, misalnya. Karena bisa menyatukan 75% orang Sunda yang menghuni Jawa Barat, belum 25% pendatang yang kebanyakannya Sunda Kultural.
Di Jawa Barat menang banyak orang luar (china keturunan, Padang, Batak, Jawa, dsb) yang mengaku Sunda dan mengabdi, membela Sunda. Diantaranya ada Hapy Bone, Fadli Zon, Rizal Ramli, dulu ada Tan Deseng (seniman), Wildan Nasution (penyiar), Rem Sylado (musisi) dan banyak lagi.
Dalam masalah perubahan nama Jabar juga yang membela dan mendukung habis-habisan itu justru Sunda Kultural seperti Fadli Zon dan Rizal Ramli. Kata mereka nama Jabar memang harus diganti tidak eksotis seolah Jabar hanya bagian dari Jawa, anak bawangna Jawa. Jawa barat seolah Sunda bukan Jawa juga bukan, kacingcalang.
Perubahan nama harus jadi cara out of the box, karena selama ini cara-cara standar Jabar belasan taun gagal, kalau berhasil tentu dari dulu Jabar maju dalam berbagai bidang, pendidikan, ekonomi. Kenyataannya kalau berpijak ke tujuan NKRI aja gagal. Misalnya dalam masalah Perlindungan terhadap masyarakatnya kan harus bagus, tapi kenapa masih memukuli para demonstran. Terus stunting (gizi anak) juga parah, begitu juga kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan ke Komnas HAM.
Demikian juga lingkungan hidup sudah rusak, lingkungan pemukiman kita paling kumuh. Atau itu saja dalam tujuan NKRI pertama, melindungi bangsa dan seluruh tumpah darah, hancur. Terus dalam hal kebudayaan, 300 kesenian tradisional musnah, kearifan lokalnya hilang, belum tingkat kecerdasannya yang di bawah standar. Pendidikan di kita mengkhawatirkan, yang kuliah aja hanya 25% di usia kuliah, SMA lebih parah lagi hanya 32%, persentasenya kalah dengan Papua dan Banten.
Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, PDB (Produk Domestik Bruto) rendah, rankingnya tidak masuk 10 besar, tidak sejahtera. Pasalnya ini, menurut Adjie persoalan ekonomi, kenapa ekonomi, karena kita tidak punya daya saing. Kalau punya daya saing misalnya sekolah tidak gratis pun kita akan mampu, karena punya duit.
Jatidiri Orang Sunda dihancurkan Belanda Selama Berabad-abad
Sebagaima kita tahu, Sunda menurut R.W. van Bemmelen (1949) adalah sebuah dataran bagian baratlaut wilayah India Timur dan bagian tenggaranya dinami Sahul. Dataran Sunda dikelilingi sistem Gunung Sunda yang melingkar sepanjang 7.000 km. Dataran Sunda terdiri atas dua bagian utama, bagian utara meliputi Kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang Lautan Pasifik bagian barat dan selatan yang terbentang dari timur ke barat mulai Maluku bagian selatan hingga Lembah Brahmaputra di Assam (India). Dengan demikian, bagian selatan dataran Sunda dibentuk kawasan mulai Pulau Banda di timur terus ke barat melalui pulau-pulau di Kepulauan Sunda Kecil, Jawa, Sumatera, Kepulauan Andaman, dan Nikobar sampai ke Arakan Yoma di Birma. Dataran ini selanjutnya bersambung dengan kawasan sistem gunung Himalaya di barat dan Sahul di timur.
Selain itu ada, jauh sebelum ada nama Indonesia dan Nusantara, kepulauan yang ada di seluruh Indonesia ini bernama Sunda, pulau-pulau besar (Sunda Besar) terdiri dari Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan dan pulau-pulau kecil (Sunda Kecil), Bali, Nusa Tenggara, dan Timor.
Kata Adjie, Sebelum dirubah Belanda menjadi West Java seluruh Nusantara ini dikenal orang-orang barat dengan nama Sundaland. Nama Sunda dirubah Belanda tahun1925 jadi Jawa Barat (West Java), sebab Sunda dianggap membahayakan, orangnya pintar-pintar dan susah ditaklukan. Hal itu memang dikatakan Tome Pires, seorang bangsa Portugis yang mengelana ke Kepulauan Nusantara dengan kapal layar abad ke - 15 (1513) yang memuji orang Sunda sebagai “Kstaria yang Jujur dan Gagah Berani”.
Intinya, Sunda dulunya bangsa yang unggul, tanahnya sangat luas, gemah ripah loh jinawi, budayanya luhung, orang-orangnya pintar, jujur dan pemberani. Tapi sekarang Sunda tinggal sekumpulan etnis yang mendiami wilayah Barat pulau Jawa dan disebut Jawa Barat. Memang etnis terbesar kedua di Indonesia tapi kurang daya saingnya serta diperlakukan tidak adil.
Untuk mengembalikan Sunda yang unggul, gemah ripah loh jinawi, rea ketan rea keton sepi paling towong rampog, diperlukan cara out of the box (cara lain) karena cara-cara standar yang selama ini dipakai tidak menghasilkan kemajuan.Caranya yaitu dengan perubahan nama Jawa Barat menjadi Provinsi Sunda/Tatar Sunda.
“Jadi perubahan nama itu menjadi cara yang penting sebagai out the box untuk mendukung cara standar yang sudah lebih dulu dijalankan, yang gagal terus. Jawa Barat kan gagal terus, hanya dilihat sebelah mata,” tegas Adjie.
Jadi intinya dirubah nama jadi provinsi sunda itu berhubungan dengan jatidiri dan daya saing dan ini merupakan cara out of the box yang belum pernah dilakukan dan perlu dilakukan. Ya kalau dengan nama Jabar maju terus mah tidak masalah, kenyataannya provinsi pangmoyodokna,tertinggal di segala bidang. Ini ganti nama itu salah satu solusi, nanti setelah itu akan kita tindaklanjuti dengan Majelis Adat Istiadat Sunda.
“Jadi ganti nama itu akan otomatis menaikan lagi kearifan lokal dan orang Sunda akan kembali bangga akan dirinya, bakal bicara lagi menggunakan bahasa Sunda, punya tangtungan lagi, akan bepegang teguh pada catur watak : orang Sunda kukuh kana jangji, orang Sunda leber wawanen, orang Sunda silih wawangi,” kata Adjie.
Jadi kata Adjie, pokoknya sekarang di Jawa Barat harus ada gubernur baru dan wakil rakyat (anggota DPRD) yang baru, yang pro perubahan nama sebagai cara out of the box, karena cara seperti itu sangat menentukan daya saing, di dalamnya ada jatidiri. Jangan sampai Jawa Barat moyodok terus (kalah berkembang sama provinsi lain), padahal orang Jawa Barat pintar-pintar SDM nya bagus, banyak kaum intelektualnya, perguruan tingginya juga berkualitas banyak yang kelas dunia.
“Dengan berubah nama mejadi Provinsi Sunda, kearifan lokal akan kembali bergeliat. Dan akan kita akan tindaklanjuti dengan 'Majelis Adat Istiadat Sunda Sabilulungan'. Hingga pendatang pun harus bisa menyesuaikandiri dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung, seperti orang Sunda yang suka pindah cai pindah tampian (pandai menyesuaikan diri) dimana pun berada. Tapi Alhamdulillah banyak pendatang yang akhirnya jadi Sunda Kultural, nyaah, cinta dan mengabdi di bumi Pasundan,” demikian pungkas Koordinator Penggemar Olahraga dan Kebudayaan HMI, Pimpinan Sekolah Vocal Adjie Esa Poetra, dan Pegiat Silat Tajimalela sejak 73. (Asep GP)***
Orang Sunda di Jabar dirasa Adjie hanya jadi anak bawangnya Jawa, dianaktirikan. Buktinya RAPBD Jawa barat pasti nomer 3 padahal penduduk lebih banyak. Dan ketika mengajukan pemekaran daerah pun sulit diketuk palunya. Kenapa Jateng lebih banyak daerah yang dimekarkan padahal penduduknya sedikit hanya 39 juta jiwa sedangkan Jawa Barat lebih banyak 48 juta lebih. “Kalau desanya sedikit ya otomatis dana desa bantuan dari APBN juga sedikit,“ sesalnya.
Adjie juga mengatakan, pernah dengar cerita Ceu Popong ketika menanyakan kepada pihak terkait kenapa bantuan ke Jabar sedikit, dan jawabannya tidak mengenakan, Jabar sudah terwakili sama Jateng dan Jatim. “Jadi Jabar dianggap sepele anak bawang, padahal Jabar daerah penyangga ibukota, dekat ke ibukota harusnya jabar lebih berdaya lebih hebat. Kenapa kalah sama Banten. Persentase penduduk miskinnya juga kalah sama Banten mereka masuk 10 besar (data BPS Maret 2023 : 6,7%). Padahal Banten jadi provinsi baru di tahun 2000, Banten juga akan membuat jembatan laut yang menghubungkan Pulau Jawa - Sumatera, Merak dan Bakaheuni Lampung, walau ditunda.
(Foto. Dok. Pribadi) |
“Persentase Penduduk Miskin Jabar (2023) 7,62% atau 3, 89 juta, jadi di posisi ranking 16 selama puluhan tahun, tidak maju-maju. Partisipasi Pendidikan Usia SMP (2022) 95,27% - ranking 27 di bawah rata-rata nasional 95,92%. Untuk SMA (2022) 68,66% -ranking 32 di bawah rata-rata nasional 73,15%. Kuliah 23,99% - ranking 24 di bawah rata-rata nasional 25.99%. Indeks Kebahagiaan Jabar (2021) 70,23 point-ranking 32 dibawah rata-rata nasional 71,49%,“ demikian rincian Adjie
“Jadi tidak bisa tidak, kalau orang Sunda ingin maju harus mengganti nama Jawa Barat. Itu intinya kalau Jabar mau maju ganti nama. Ini cara out of the box, sebab dari dulu kita tidak maju-maju, moyodok tah. Dan ini harus ada gubernur yang sanggup merubah nama, begitu juga DPRD nya. Karena prosedurnya menurut Permendagri Nomor 30 Tahun 2012, penggantian nama harus melalui usulan gubernur diajukan ke DPR” tegas Adjie. Dan itu sudah beberapa kali diusulkan Adjie dan para inohong ke gubernur tapi tak pernah ada balasan.
Orang Jabar banyak yang pintar banyak kaum inteleknya, tapi kenapa tidak ada yang jadi presiden dan tiap ada yang berani mencalonkandiri jadi Capres tidak didukung. Tapi mungkin akan lain ceritanya kalau mereka berjasa mau merubah nama Jawa Barat menjadi Provinsi Tatar Sunda, misalnya. Karena bisa menyatukan 75% orang Sunda yang menghuni Jawa Barat, belum 25% pendatang yang kebanyakannya Sunda Kultural.
Di Jawa Barat menang banyak orang luar (china keturunan, Padang, Batak, Jawa, dsb) yang mengaku Sunda dan mengabdi, membela Sunda. Diantaranya ada Hapy Bone, Fadli Zon, Rizal Ramli, dulu ada Tan Deseng (seniman), Wildan Nasution (penyiar), Rem Sylado (musisi) dan banyak lagi.
Dalam masalah perubahan nama Jabar juga yang membela dan mendukung habis-habisan itu justru Sunda Kultural seperti Fadli Zon dan Rizal Ramli. Kata mereka nama Jabar memang harus diganti tidak eksotis seolah Jabar hanya bagian dari Jawa, anak bawangna Jawa. Jawa barat seolah Sunda bukan Jawa juga bukan, kacingcalang.
Perubahan nama harus jadi cara out of the box, karena selama ini cara-cara standar Jabar belasan taun gagal, kalau berhasil tentu dari dulu Jabar maju dalam berbagai bidang, pendidikan, ekonomi. Kenyataannya kalau berpijak ke tujuan NKRI aja gagal. Misalnya dalam masalah Perlindungan terhadap masyarakatnya kan harus bagus, tapi kenapa masih memukuli para demonstran. Terus stunting (gizi anak) juga parah, begitu juga kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan ke Komnas HAM.
Demikian juga lingkungan hidup sudah rusak, lingkungan pemukiman kita paling kumuh. Atau itu saja dalam tujuan NKRI pertama, melindungi bangsa dan seluruh tumpah darah, hancur. Terus dalam hal kebudayaan, 300 kesenian tradisional musnah, kearifan lokalnya hilang, belum tingkat kecerdasannya yang di bawah standar. Pendidikan di kita mengkhawatirkan, yang kuliah aja hanya 25% di usia kuliah, SMA lebih parah lagi hanya 32%, persentasenya kalah dengan Papua dan Banten.
Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, PDB (Produk Domestik Bruto) rendah, rankingnya tidak masuk 10 besar, tidak sejahtera. Pasalnya ini, menurut Adjie persoalan ekonomi, kenapa ekonomi, karena kita tidak punya daya saing. Kalau punya daya saing misalnya sekolah tidak gratis pun kita akan mampu, karena punya duit.
Jatidiri Orang Sunda dihancurkan Belanda Selama Berabad-abad
Sebagaima kita tahu, Sunda menurut R.W. van Bemmelen (1949) adalah sebuah dataran bagian baratlaut wilayah India Timur dan bagian tenggaranya dinami Sahul. Dataran Sunda dikelilingi sistem Gunung Sunda yang melingkar sepanjang 7.000 km. Dataran Sunda terdiri atas dua bagian utama, bagian utara meliputi Kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang Lautan Pasifik bagian barat dan selatan yang terbentang dari timur ke barat mulai Maluku bagian selatan hingga Lembah Brahmaputra di Assam (India). Dengan demikian, bagian selatan dataran Sunda dibentuk kawasan mulai Pulau Banda di timur terus ke barat melalui pulau-pulau di Kepulauan Sunda Kecil, Jawa, Sumatera, Kepulauan Andaman, dan Nikobar sampai ke Arakan Yoma di Birma. Dataran ini selanjutnya bersambung dengan kawasan sistem gunung Himalaya di barat dan Sahul di timur.
Selain itu ada, jauh sebelum ada nama Indonesia dan Nusantara, kepulauan yang ada di seluruh Indonesia ini bernama Sunda, pulau-pulau besar (Sunda Besar) terdiri dari Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan dan pulau-pulau kecil (Sunda Kecil), Bali, Nusa Tenggara, dan Timor.
Kata Adjie, Sebelum dirubah Belanda menjadi West Java seluruh Nusantara ini dikenal orang-orang barat dengan nama Sundaland. Nama Sunda dirubah Belanda tahun1925 jadi Jawa Barat (West Java), sebab Sunda dianggap membahayakan, orangnya pintar-pintar dan susah ditaklukan. Hal itu memang dikatakan Tome Pires, seorang bangsa Portugis yang mengelana ke Kepulauan Nusantara dengan kapal layar abad ke - 15 (1513) yang memuji orang Sunda sebagai “Kstaria yang Jujur dan Gagah Berani”.
Intinya, Sunda dulunya bangsa yang unggul, tanahnya sangat luas, gemah ripah loh jinawi, budayanya luhung, orang-orangnya pintar, jujur dan pemberani. Tapi sekarang Sunda tinggal sekumpulan etnis yang mendiami wilayah Barat pulau Jawa dan disebut Jawa Barat. Memang etnis terbesar kedua di Indonesia tapi kurang daya saingnya serta diperlakukan tidak adil.
Untuk mengembalikan Sunda yang unggul, gemah ripah loh jinawi, rea ketan rea keton sepi paling towong rampog, diperlukan cara out of the box (cara lain) karena cara-cara standar yang selama ini dipakai tidak menghasilkan kemajuan.Caranya yaitu dengan perubahan nama Jawa Barat menjadi Provinsi Sunda/Tatar Sunda.
“Jadi perubahan nama itu menjadi cara yang penting sebagai out the box untuk mendukung cara standar yang sudah lebih dulu dijalankan, yang gagal terus. Jawa Barat kan gagal terus, hanya dilihat sebelah mata,” tegas Adjie.
Jadi intinya dirubah nama jadi provinsi sunda itu berhubungan dengan jatidiri dan daya saing dan ini merupakan cara out of the box yang belum pernah dilakukan dan perlu dilakukan. Ya kalau dengan nama Jabar maju terus mah tidak masalah, kenyataannya provinsi pangmoyodokna,tertinggal di segala bidang. Ini ganti nama itu salah satu solusi, nanti setelah itu akan kita tindaklanjuti dengan Majelis Adat Istiadat Sunda.
Bersama cucu tercinta (Foto. Dok. Pribadi) |
“Jadi ganti nama itu akan otomatis menaikan lagi kearifan lokal dan orang Sunda akan kembali bangga akan dirinya, bakal bicara lagi menggunakan bahasa Sunda, punya tangtungan lagi, akan bepegang teguh pada catur watak : orang Sunda kukuh kana jangji, orang Sunda leber wawanen, orang Sunda silih wawangi,” kata Adjie.
Jadi kata Adjie, pokoknya sekarang di Jawa Barat harus ada gubernur baru dan wakil rakyat (anggota DPRD) yang baru, yang pro perubahan nama sebagai cara out of the box, karena cara seperti itu sangat menentukan daya saing, di dalamnya ada jatidiri. Jangan sampai Jawa Barat moyodok terus (kalah berkembang sama provinsi lain), padahal orang Jawa Barat pintar-pintar SDM nya bagus, banyak kaum intelektualnya, perguruan tingginya juga berkualitas banyak yang kelas dunia.
“Dengan berubah nama mejadi Provinsi Sunda, kearifan lokal akan kembali bergeliat. Dan akan kita akan tindaklanjuti dengan 'Majelis Adat Istiadat Sunda Sabilulungan'. Hingga pendatang pun harus bisa menyesuaikandiri dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung, seperti orang Sunda yang suka pindah cai pindah tampian (pandai menyesuaikan diri) dimana pun berada. Tapi Alhamdulillah banyak pendatang yang akhirnya jadi Sunda Kultural, nyaah, cinta dan mengabdi di bumi Pasundan,” demikian pungkas Koordinator Penggemar Olahraga dan Kebudayaan HMI, Pimpinan Sekolah Vocal Adjie Esa Poetra, dan Pegiat Silat Tajimalela sejak 73. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment