Home
» Jawa Barat
» Panen Perdana Padi Anti Stunting Pokja Agraria Gerpis : Dan 7 Wanoja Sunda Hebat pun Turun ke Sawah
Tuesday, April 11, 2023
7 Wanoja Sunda Hebat Panen Padi Anti Stunting di Ciherang (foto istimewa) |
Pokja Agraria Gerakan Pilihan Sunda (Gerpis) terus melakukan inovasi dan mengikuti perkembangan pemuliaan padi baik melalui pengembangan varietas, uji varietas, dan uji coba sistem tanam.
Keuletan Ketua Pokja Agraria Gerakan Pilihan Sunda H. Endang Sulaeman (HES) sebagai petani senior yang telah belajar pertanian terutama padi di beberapa negara (Malaysia, Thailand, Vietnam) antara tahun 2021-2023, telah menghasilkan “Pare Gerpis” 01 dan 02 yang setara Padi Ciherang dan Pandanwangi, serta uji coba sistem tanam Salibu dengan sistem Hatzon (Hazairin Anton), sistem tanam banyak bibit yang membuat hasil pertanian padi di lahan 13 Ha ini lebih unggul dari rata-rata produksi nasional yaitu 9-11 Ton/Ha. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama Atalia Praratya pun saat itu (28 /11/ 2021) turut hadir dalam panen perdana Pare Gerpis 01 dan 02, di Ciherang, Kabupaten Bandung.
Hari Sabtu,( 8 /4/ 2023) Pokja Agraria Gerakan Pilihan Sunda kembali membuktikan karancageanana dengan menggelar acara internal : “Panen Perdana Padi Anti Stunting (VUB Inpari Nutri Zinc) Pokja Agraria Gerakan Pilihan Sunda bersama Anggota DPD RI Jawa Barat dan Tokoh-tokoh Wanoja Sunda“.
Prof. Keri Lestari (baju biru pake cetok caping), Stunting tak hanya masalah gizi (foto Asep GP) |
Hadir dalam acara ini tokoh-tokoh wanoja Sunda hebat seperti, Dra. Hj. Eni Sumarni, Mkes (Anggota DPD RI Dapil Jawa Barat), Prof. Dr. Keri Lestari, Msi, Apt (Guru Besar Farmasi Unpad dan Direktur Utama Institut Pembangunan Jawa Barat (Injabar) sekaligus peraih penghargaan “Inspiring Women Award 2021” dari Perhimpunan Perempuan Lintas Profesi Indonesia /PPLPI ), juga ada Dr. Nina Kurnia Hikmawati, SE, Msi (Sekretaris Jendral Gerakan Pilihan Sunda/Dosen UNIKOM/Profesional, Pendaki Gunung dan Pejalan Spiritual), Dr. Isye Nuriyah Agindawati, SH, M.kn, MH (Widyaiswara Madya Balitbang SDM Provinsi Jawa Barat/Pakar Keuangan), Ir. Hj. Ningning Hendasah, Msi (Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung), Hj. Eti Mulyati, S.IP (Anggota DPRD kabupaten Bandung), dan dr. Rina Adelin, SpMK, M.kes, ABAARM, FAARM (dokter spesialisasi mikrobiologi/Aktivis Anti Stunting). Semuanya turun “bebelesekan“ ke sawah.
Gerakan Pilihan Sunda sengaja mengajak para Wanoja Sunda hebat ini berkolaborasi turun ke sawah dan bersinergi dalam pencegahan dan penanganan masalah stunting, sebab memang garda terdepan penanganan stunting ini baik kalau diberikan pada pihak perempuan (wanoja).
Gerakan Pilihan Sunda sengaja mengajak para Wanoja Sunda hebat ini berkolaborasi turun ke sawah dan bersinergi dalam pencegahan dan penanganan masalah stunting, sebab memang garda terdepan penanganan stunting ini baik kalau diberikan pada pihak perempuan (wanoja).
Bunda Eni, perlu dukungan semua stake holder dan kolaborasi pentahelix (foto Asep GP) |
Seperti kata Sekjen Gerpis Nina Kurnia Hikmawati, Perempuan itu luar biasa, selain hamil, melahirkan anak, mendidik ahlak dan agama, integritas dan kebiasaannya juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi membantu suami, dan itu terbukti ketika pandemi-19 yang menenggelamkan seluruh sendi kehidupan, perempuan tampil ke depan melalui digitalisasi untuk ikut mepertahankan kehidupan keluarganya. Demikian juga dalam menangani stunting, terbukti di kegiatan ini.
Selain itu, “Masalah stunting adalah masalah dunia, nasional, dan Jawa Barat yang sangat penting serta fundamental dalam membangun kemajuan bangsa yang dimulai dari hal pokok, yaitu ibu, anak, keluarga dan kesejahteraan masyarakat serta keadilan sosial,” demikian kata Presiden Gerpis Andri Perkasa Kantaprawira, S.IP., MM.
Haji Endang Sulaeman, semoga ke depan ada dukungan dari Pemerintah(Foto Asep GP) |
Melalui Pokja Perempuan dan Anak Gerpis, menganggap bahwa gerakan penanganan stunting secara praksis dalam bentuk Tim Pendampingan Keluarga yang terdiri dari Bidan, Kader TP PKK, dan Kader KB, merupakan infrastruktur sosial penting, apalagi bila kelompok-kelompok agama dan sosial kebudayaan serta kaum profesional hadir didalamnya. “Kehadiran 7 Wanoja Sunda Hebat turun kesawah dan panen Padi Anti Stunting merupakan gerakan simbolik Sawala dan Aksi Wanoja Sunda (SAWANDA) kaum professional perempuan Sunda dalam persoalan-persoalan mendasar bangsa ini,“ imbuhnya.
Stunting Persoalan Serius di Indonesia dan Jawa Barat
Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak (tubuhnya pendek, sakit-sakitan, kemampuan kognitif lemah, gangguan endoktrin, berat badan kurang, pendiam, wajah tidak sesuai usia/ lebih muda, telat menstruasi).
Hayu urang panen (foto Asep GP) |
Indonesia di Proklamasi ke-77 menuju Dirgahayu ke-78 (2023) merupakan negara yang memiliki standar negara kronis stunting menurut standar WHO, yaitu mempunyai tingkat Prevalensi diatas 20 Persen. Menurut World Health Organization (WHO) saat ini 2 Milyar orang warga dunia mengalami kasus stunting
Provinsi Jawa Barat yang berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementrian Kesehatan Indonesia mencapai 20,2 persen pada tahun 2022 merupakan provinsi yang paling mungkin untuk dapat mencapai target nasional percepatan penurunan angka stunting 14 persen pada tahun 2024.
Provinsi Jawa Barat yang berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementrian Kesehatan Indonesia mencapai 20,2 persen pada tahun 2022 merupakan provinsi yang paling mungkin untuk dapat mencapai target nasional percepatan penurunan angka stunting 14 persen pada tahun 2024.
Menurut Prof. Keri, berdasarkan data, Jabar menjadi salah satu provinsi dengan angka stunting ke-5 di Indonesia. Tapi yang penting bukan dari masalah besar-kecilnya data, tapi cara mengendalikan kasus ini. Karena stunting ini bukan hanya masalah ukuran (tinggi badan) anak, stunting itu ada di masalah SDM. Jadi jangan hanya melihat anak itu pendek penyebabnya stunting, karena ukuran tinggi badan ada juga di masalah genetik/turunan, pendek juga kalau pinter mah gak masalah. Tetapi yang dihkawatirkan, kata Keri, pada saat pertumbuhan seorang anak terganggu kecerdasan kognitifnya pun terganggu.
Selain itu penyebabnya juga tidak hanya masalah kurang gizi, tapi sanitasi yang kurang baik sangat mempengaruhi. Karena itulah stunting tidak hanya di pedesaan saja di perkotaan juga tinggi kalau sanitasinya tidak bagus.
Selain itu penyebabnya juga tidak hanya masalah kurang gizi, tapi sanitasi yang kurang baik sangat mempengaruhi. Karena itulah stunting tidak hanya di pedesaan saja di perkotaan juga tinggi kalau sanitasinya tidak bagus.
Vitamin D untuk pertumbuhan anak dari bu dokter (foto istimewa) |
“Jadi yang jadi PR kita untuk mengatasi stunting ini adalah mempebaiki sanitasi kemudian juga pencemaran dikurangi, juga menyediakan bahan-bahan pangan yang difortifikasi (diberi tambahan zat gizi penting yang bermanfaat untuk pertumbuhan anak),“ terang Keri.
Tapi kata penemu obat diabetes dari ekstrak biji Pala ini, sebetulnya sejatinya untuk mencegah terjadi stunting tidak hanya pada anak, tapi juga calon ibu, pada masa si ibu mau hamil dan pada saat kehamilan bahkan hingga masa pra kehamilan, saat anak lahir karena 1000 hari kehidupan itu sangat berarti bagi pertumbuhan anak. Jadi jangan sampai kekurangan gizi, apalagi pada saat hamil terjadi mual yang hebat sehingga tidak bisa masuk makanan. “Ya calon-calon ibu ini harus diedukasi dari mulai remaja jangan sampai diet ingin kurus tapi kekurangan gizi,“ tandasnya.
Jadi kata pemeran tokoh Ambu di “Kabayan Milenial” ini, menjaga stunting perlu satu road map yang harus terencana secara simultan, tidak hanya sekedar gizi.
Keri mengapresiasi sekali inovasi yang sudah ada, namun yang paling penting dari inovasi kata dia, dapat digunakan masyarakat. “Nah PR kita bersama bagaimana menghilirkan inovasi ini sehingga sampai kepada masyarakat. Mangga kita sama-sama memikirkan harga padi (IR Nutri Zink) yang masih cukup mahal. Bagaimana supaya ini mendapat dukungan dari berbagai stake holder, apa itu dari pengusaha yang menggulirkan CSRnya, sehingga nantinya harganya lebih murah terjangkau masyarakat atau dari segi produksinya menjadi lebih sederhana, mungkin Fakultas Pertanian Unpad bisa diajak kerjasama dari segi budi dayanya atau Fakultas Ekonomi membantu dari segi tataniaganya. kita coba untuk mebuat inovasi-inovasi lanjutan sehingga nantinya harganya bisa lebih bersahabat dan terjangkau masyarakat. Tetap semangat berinovasi untuk masyarakat Jabar sehingga kita bisa memberikan solusi masalah stunting di jawa Barat, demikian kata orang ke-4 di Jabar ini.
Senada dengan Prof. Keri, Anggota DPD RI Jawa Barat juga Pembina Gerakan Pilihan Sunda Dra. Hj. Eni Sumarni, Mkes yang sudah dianggap “Indung sarerea (Ibu bagi semua orang)” karena selalu hadir dalam berbagai masalah kemasyarakatan sampai kedesa-desa pun, mengapresiasi karya Pokja Agaria Gerpis yang konsisten melakukan inovasi-inovasi pada sektor tanaman pangan pokok/padi.
Kehadiran padi IR Nutri Zinc (Zn) ini menurut Bunda Eni, merupakan terobosan pemerintah untuk mengatasi stunting karena merupakan vitamin/mineral yang selalu harus ada dalam asupan makanan dan tidak tergantikan.
Bunda Eni pun berharap, seluruh masyarakat dan pentahelix bekerjasama agar cepat penyebarannya agar bisa segera mengatasi stunting di Jabar yang masih tinggi level 4-5 di Indonesia.
“Dan sekarang kita Wanoja Sunda yang tergabung dalam Gerpis bekerja sama dengan stakeholder. pemda dan akademisi untuk segera mengatasi masalah ini. Harapan kita stunting di Jabar ini teratasi demikian juga secara nasional bahkan secara dunia - karena varian padi baru (IR Nutri Zinc) ini adalah salah satu produk padi unggulan untuk mengatasi stunting,“ katanya.
Bunda Eni juga berharap harga padi IR Nutri Zinc yang masih mahal 19-20 ribu/kg itu ke depannya perlu dukungan kebijakan dari pemerintah, harus ada subsidi, dan kerjasama dengan swasta serta yang menanam pun makin banyak, sehingga harganya murah terjangkau masyarakat.
Hal ini sangat penting, sebab masalah stunting ini persoalan bangsa dan kalau tidak ditangani serius akan menghancurkan masa depan bangsa. "Kalau anak bangsanya sudah tidak berkualitas bagaimana nanti masa depan bangsa. Ini jangan dianggap enteng dan kita perlu kerja keras, seluruh stakeholder, seluruh pentahelix (akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah dan media) harus bekerja sama mengatasi persoalan ini,“ katanya serius.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Ningning Hendasah, menyambut baik dan berterima kasih sekali terhadap inovasi dan aksi para Wanoja Sunda Gerpis ini. Ningning juga mengabarkan, di Kabupaten Bandung tahun 2022, Padi Anti Stunting (VUB Inpari Nutri Zinc) ini ada di 580 Ha. “Insya Alloh pada tahun 2023 sasarannya ada di 500 Ha. Mudah-mudahan ini bisa menjawab persoalan bangsa terkait stunting,“ katanya.
Sementara itu dr. Rina Adelin, (dokter spesialisasi mikrobiologi/Aktivis Anti Stunting) yang sehabis panen berkesempatan mengenalkan dan membagikan Vitamin D untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan untuk stunting berfungsi menyerap kalsium, menguatkan tulang dan mempercepat tinggi badan anak, mengatakan dengan panen perdana ini alhamdulilah katanya, satu makro nutrian dan mikro nutrian sudah dijadikan satu dan semestinya kata dia, ini bisa membantu penurunan percepatan stunting. Dan sependapat dengan Prof. Keri harus dipikirkan dari hulu ke hilirnya harus sebab harganya masih cukup mahal. Tapi dia memohon, “Para Wanoja Sunda dan Pokja Agraria Gerpis ini jangan berhenti di sini saja. Saya harap lebih kompak lagi mikro nutriannya jadi lebh efektif untuk segera menurunkan angka stunting ini,” katanya.
Ketua Pokja Agraria Gerpis, H. Endang Sulaeman (HES), mengatakan menanam Pare Anti Stunting (VUB Inpari Nutri Zinc) ini idenya. Endang khawatir dengan angka stunting di jabar yang tinggi. Makanya Hasan berkeliling mencari padi anti stunting (IR Nutri Zinc), dan ternyata dia dapatkan di Cianjur dan sebagian lagi dari Subang. Kelebihan padi ini sangat pulen, kalau dulu namanya Beras Gembar dan harganya di luar cukup baik (mahal) dibanding varietas padi biasa. Maklum disamping mengenyangkan, enak dan pulen, mengandung mineral dan bisa dipake solusi untuk masalah stunting.
“Tapi varietas padi ini rawan kena penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB)/keresek, putih seperti tepung. Beda dengan padi biasa yang lebih tahan penyakit/hama. Alhamdulilah saya punya penagkalnya tapi agak mahal biayanya, karena harus difungisida,“ kata Endang.
Endang juga mengaku belum mendapat bantuan dari pemerintah hingga saat ini. Baik dari kegiatan panen raya sebelumnya maupun panen padi anti stunting yang sekarang. “Tapi semoga saja setelah panen ini ada perhatian dari pemerintah, soalnya tadi ada Bu Kadis (Pertanian Kabupaten Bandung) dengan ibu-ibu lainnya dari kalangan pajabat dan akademisi,“ demikian harapnya.
Sebulan setengah ke depan, Gerpis juga akan mengundang para stakeholder, para Inohong Sunda yang menjabat menteri, panglima kostrad, kasad, kasal, pajabat eksekutif, legislatif, yudikatif, gubernur Jabar, dsb, untuk hadir ancrub ka sawah, bersama-sama ikut Tandur Bareng (Tandur Bersama) dengan sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) yang kata H. Endang Sulaeman teknik pengetahuan lokal ini bisa untuk mengatasi ancaman kemarau panjang El Nino tahun 2023, sehingga dengan sistem ini akan tercapai percepatan masa panen, satu langkah didepan menghadapi kemarau panjang di era perubahan cuaca global saat ini. (Asep GP)***
Panen Perdana Padi Anti Stunting Pokja Agraria Gerpis : Dan 7 Wanoja Sunda Hebat pun Turun ke Sawah
Posted by
Tatarjabar.com on Tuesday, April 11, 2023
7 Wanoja Sunda Hebat Panen Padi Anti Stunting di Ciherang (foto istimewa) |
Pokja Agraria Gerakan Pilihan Sunda (Gerpis) terus melakukan inovasi dan mengikuti perkembangan pemuliaan padi baik melalui pengembangan varietas, uji varietas, dan uji coba sistem tanam.
Keuletan Ketua Pokja Agraria Gerakan Pilihan Sunda H. Endang Sulaeman (HES) sebagai petani senior yang telah belajar pertanian terutama padi di beberapa negara (Malaysia, Thailand, Vietnam) antara tahun 2021-2023, telah menghasilkan “Pare Gerpis” 01 dan 02 yang setara Padi Ciherang dan Pandanwangi, serta uji coba sistem tanam Salibu dengan sistem Hatzon (Hazairin Anton), sistem tanam banyak bibit yang membuat hasil pertanian padi di lahan 13 Ha ini lebih unggul dari rata-rata produksi nasional yaitu 9-11 Ton/Ha. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama Atalia Praratya pun saat itu (28 /11/ 2021) turut hadir dalam panen perdana Pare Gerpis 01 dan 02, di Ciherang, Kabupaten Bandung.
Hari Sabtu,( 8 /4/ 2023) Pokja Agraria Gerakan Pilihan Sunda kembali membuktikan karancageanana dengan menggelar acara internal : “Panen Perdana Padi Anti Stunting (VUB Inpari Nutri Zinc) Pokja Agraria Gerakan Pilihan Sunda bersama Anggota DPD RI Jawa Barat dan Tokoh-tokoh Wanoja Sunda“.
Prof. Keri Lestari (baju biru pake cetok caping), Stunting tak hanya masalah gizi (foto Asep GP) |
Hadir dalam acara ini tokoh-tokoh wanoja Sunda hebat seperti, Dra. Hj. Eni Sumarni, Mkes (Anggota DPD RI Dapil Jawa Barat), Prof. Dr. Keri Lestari, Msi, Apt (Guru Besar Farmasi Unpad dan Direktur Utama Institut Pembangunan Jawa Barat (Injabar) sekaligus peraih penghargaan “Inspiring Women Award 2021” dari Perhimpunan Perempuan Lintas Profesi Indonesia /PPLPI ), juga ada Dr. Nina Kurnia Hikmawati, SE, Msi (Sekretaris Jendral Gerakan Pilihan Sunda/Dosen UNIKOM/Profesional, Pendaki Gunung dan Pejalan Spiritual), Dr. Isye Nuriyah Agindawati, SH, M.kn, MH (Widyaiswara Madya Balitbang SDM Provinsi Jawa Barat/Pakar Keuangan), Ir. Hj. Ningning Hendasah, Msi (Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung), Hj. Eti Mulyati, S.IP (Anggota DPRD kabupaten Bandung), dan dr. Rina Adelin, SpMK, M.kes, ABAARM, FAARM (dokter spesialisasi mikrobiologi/Aktivis Anti Stunting). Semuanya turun “bebelesekan“ ke sawah.
Gerakan Pilihan Sunda sengaja mengajak para Wanoja Sunda hebat ini berkolaborasi turun ke sawah dan bersinergi dalam pencegahan dan penanganan masalah stunting, sebab memang garda terdepan penanganan stunting ini baik kalau diberikan pada pihak perempuan (wanoja).
Gerakan Pilihan Sunda sengaja mengajak para Wanoja Sunda hebat ini berkolaborasi turun ke sawah dan bersinergi dalam pencegahan dan penanganan masalah stunting, sebab memang garda terdepan penanganan stunting ini baik kalau diberikan pada pihak perempuan (wanoja).
Bunda Eni, perlu dukungan semua stake holder dan kolaborasi pentahelix (foto Asep GP) |
Seperti kata Sekjen Gerpis Nina Kurnia Hikmawati, Perempuan itu luar biasa, selain hamil, melahirkan anak, mendidik ahlak dan agama, integritas dan kebiasaannya juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi membantu suami, dan itu terbukti ketika pandemi-19 yang menenggelamkan seluruh sendi kehidupan, perempuan tampil ke depan melalui digitalisasi untuk ikut mepertahankan kehidupan keluarganya. Demikian juga dalam menangani stunting, terbukti di kegiatan ini.
Selain itu, “Masalah stunting adalah masalah dunia, nasional, dan Jawa Barat yang sangat penting serta fundamental dalam membangun kemajuan bangsa yang dimulai dari hal pokok, yaitu ibu, anak, keluarga dan kesejahteraan masyarakat serta keadilan sosial,” demikian kata Presiden Gerpis Andri Perkasa Kantaprawira, S.IP., MM.
Haji Endang Sulaeman, semoga ke depan ada dukungan dari Pemerintah(Foto Asep GP) |
Melalui Pokja Perempuan dan Anak Gerpis, menganggap bahwa gerakan penanganan stunting secara praksis dalam bentuk Tim Pendampingan Keluarga yang terdiri dari Bidan, Kader TP PKK, dan Kader KB, merupakan infrastruktur sosial penting, apalagi bila kelompok-kelompok agama dan sosial kebudayaan serta kaum profesional hadir didalamnya. “Kehadiran 7 Wanoja Sunda Hebat turun kesawah dan panen Padi Anti Stunting merupakan gerakan simbolik Sawala dan Aksi Wanoja Sunda (SAWANDA) kaum professional perempuan Sunda dalam persoalan-persoalan mendasar bangsa ini,“ imbuhnya.
Stunting Persoalan Serius di Indonesia dan Jawa Barat
Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak (tubuhnya pendek, sakit-sakitan, kemampuan kognitif lemah, gangguan endoktrin, berat badan kurang, pendiam, wajah tidak sesuai usia/ lebih muda, telat menstruasi).
Hayu urang panen (foto Asep GP) |
Indonesia di Proklamasi ke-77 menuju Dirgahayu ke-78 (2023) merupakan negara yang memiliki standar negara kronis stunting menurut standar WHO, yaitu mempunyai tingkat Prevalensi diatas 20 Persen. Menurut World Health Organization (WHO) saat ini 2 Milyar orang warga dunia mengalami kasus stunting
Provinsi Jawa Barat yang berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementrian Kesehatan Indonesia mencapai 20,2 persen pada tahun 2022 merupakan provinsi yang paling mungkin untuk dapat mencapai target nasional percepatan penurunan angka stunting 14 persen pada tahun 2024.
Provinsi Jawa Barat yang berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementrian Kesehatan Indonesia mencapai 20,2 persen pada tahun 2022 merupakan provinsi yang paling mungkin untuk dapat mencapai target nasional percepatan penurunan angka stunting 14 persen pada tahun 2024.
Menurut Prof. Keri, berdasarkan data, Jabar menjadi salah satu provinsi dengan angka stunting ke-5 di Indonesia. Tapi yang penting bukan dari masalah besar-kecilnya data, tapi cara mengendalikan kasus ini. Karena stunting ini bukan hanya masalah ukuran (tinggi badan) anak, stunting itu ada di masalah SDM. Jadi jangan hanya melihat anak itu pendek penyebabnya stunting, karena ukuran tinggi badan ada juga di masalah genetik/turunan, pendek juga kalau pinter mah gak masalah. Tetapi yang dihkawatirkan, kata Keri, pada saat pertumbuhan seorang anak terganggu kecerdasan kognitifnya pun terganggu.
Selain itu penyebabnya juga tidak hanya masalah kurang gizi, tapi sanitasi yang kurang baik sangat mempengaruhi. Karena itulah stunting tidak hanya di pedesaan saja di perkotaan juga tinggi kalau sanitasinya tidak bagus.
Selain itu penyebabnya juga tidak hanya masalah kurang gizi, tapi sanitasi yang kurang baik sangat mempengaruhi. Karena itulah stunting tidak hanya di pedesaan saja di perkotaan juga tinggi kalau sanitasinya tidak bagus.
Vitamin D untuk pertumbuhan anak dari bu dokter (foto istimewa) |
“Jadi yang jadi PR kita untuk mengatasi stunting ini adalah mempebaiki sanitasi kemudian juga pencemaran dikurangi, juga menyediakan bahan-bahan pangan yang difortifikasi (diberi tambahan zat gizi penting yang bermanfaat untuk pertumbuhan anak),“ terang Keri.
Tapi kata penemu obat diabetes dari ekstrak biji Pala ini, sebetulnya sejatinya untuk mencegah terjadi stunting tidak hanya pada anak, tapi juga calon ibu, pada masa si ibu mau hamil dan pada saat kehamilan bahkan hingga masa pra kehamilan, saat anak lahir karena 1000 hari kehidupan itu sangat berarti bagi pertumbuhan anak. Jadi jangan sampai kekurangan gizi, apalagi pada saat hamil terjadi mual yang hebat sehingga tidak bisa masuk makanan. “Ya calon-calon ibu ini harus diedukasi dari mulai remaja jangan sampai diet ingin kurus tapi kekurangan gizi,“ tandasnya.
Jadi kata pemeran tokoh Ambu di “Kabayan Milenial” ini, menjaga stunting perlu satu road map yang harus terencana secara simultan, tidak hanya sekedar gizi.
Keri mengapresiasi sekali inovasi yang sudah ada, namun yang paling penting dari inovasi kata dia, dapat digunakan masyarakat. “Nah PR kita bersama bagaimana menghilirkan inovasi ini sehingga sampai kepada masyarakat. Mangga kita sama-sama memikirkan harga padi (IR Nutri Zink) yang masih cukup mahal. Bagaimana supaya ini mendapat dukungan dari berbagai stake holder, apa itu dari pengusaha yang menggulirkan CSRnya, sehingga nantinya harganya lebih murah terjangkau masyarakat atau dari segi produksinya menjadi lebih sederhana, mungkin Fakultas Pertanian Unpad bisa diajak kerjasama dari segi budi dayanya atau Fakultas Ekonomi membantu dari segi tataniaganya. kita coba untuk mebuat inovasi-inovasi lanjutan sehingga nantinya harganya bisa lebih bersahabat dan terjangkau masyarakat. Tetap semangat berinovasi untuk masyarakat Jabar sehingga kita bisa memberikan solusi masalah stunting di jawa Barat, demikian kata orang ke-4 di Jabar ini.
Senada dengan Prof. Keri, Anggota DPD RI Jawa Barat juga Pembina Gerakan Pilihan Sunda Dra. Hj. Eni Sumarni, Mkes yang sudah dianggap “Indung sarerea (Ibu bagi semua orang)” karena selalu hadir dalam berbagai masalah kemasyarakatan sampai kedesa-desa pun, mengapresiasi karya Pokja Agaria Gerpis yang konsisten melakukan inovasi-inovasi pada sektor tanaman pangan pokok/padi.
Kehadiran padi IR Nutri Zinc (Zn) ini menurut Bunda Eni, merupakan terobosan pemerintah untuk mengatasi stunting karena merupakan vitamin/mineral yang selalu harus ada dalam asupan makanan dan tidak tergantikan.
Bunda Eni pun berharap, seluruh masyarakat dan pentahelix bekerjasama agar cepat penyebarannya agar bisa segera mengatasi stunting di Jabar yang masih tinggi level 4-5 di Indonesia.
“Dan sekarang kita Wanoja Sunda yang tergabung dalam Gerpis bekerja sama dengan stakeholder. pemda dan akademisi untuk segera mengatasi masalah ini. Harapan kita stunting di Jabar ini teratasi demikian juga secara nasional bahkan secara dunia - karena varian padi baru (IR Nutri Zinc) ini adalah salah satu produk padi unggulan untuk mengatasi stunting,“ katanya.
Bunda Eni juga berharap harga padi IR Nutri Zinc yang masih mahal 19-20 ribu/kg itu ke depannya perlu dukungan kebijakan dari pemerintah, harus ada subsidi, dan kerjasama dengan swasta serta yang menanam pun makin banyak, sehingga harganya murah terjangkau masyarakat.
Hal ini sangat penting, sebab masalah stunting ini persoalan bangsa dan kalau tidak ditangani serius akan menghancurkan masa depan bangsa. "Kalau anak bangsanya sudah tidak berkualitas bagaimana nanti masa depan bangsa. Ini jangan dianggap enteng dan kita perlu kerja keras, seluruh stakeholder, seluruh pentahelix (akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah dan media) harus bekerja sama mengatasi persoalan ini,“ katanya serius.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Ningning Hendasah, menyambut baik dan berterima kasih sekali terhadap inovasi dan aksi para Wanoja Sunda Gerpis ini. Ningning juga mengabarkan, di Kabupaten Bandung tahun 2022, Padi Anti Stunting (VUB Inpari Nutri Zinc) ini ada di 580 Ha. “Insya Alloh pada tahun 2023 sasarannya ada di 500 Ha. Mudah-mudahan ini bisa menjawab persoalan bangsa terkait stunting,“ katanya.
Sementara itu dr. Rina Adelin, (dokter spesialisasi mikrobiologi/Aktivis Anti Stunting) yang sehabis panen berkesempatan mengenalkan dan membagikan Vitamin D untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan untuk stunting berfungsi menyerap kalsium, menguatkan tulang dan mempercepat tinggi badan anak, mengatakan dengan panen perdana ini alhamdulilah katanya, satu makro nutrian dan mikro nutrian sudah dijadikan satu dan semestinya kata dia, ini bisa membantu penurunan percepatan stunting. Dan sependapat dengan Prof. Keri harus dipikirkan dari hulu ke hilirnya harus sebab harganya masih cukup mahal. Tapi dia memohon, “Para Wanoja Sunda dan Pokja Agraria Gerpis ini jangan berhenti di sini saja. Saya harap lebih kompak lagi mikro nutriannya jadi lebh efektif untuk segera menurunkan angka stunting ini,” katanya.
Ketua Pokja Agraria Gerpis, H. Endang Sulaeman (HES), mengatakan menanam Pare Anti Stunting (VUB Inpari Nutri Zinc) ini idenya. Endang khawatir dengan angka stunting di jabar yang tinggi. Makanya Hasan berkeliling mencari padi anti stunting (IR Nutri Zinc), dan ternyata dia dapatkan di Cianjur dan sebagian lagi dari Subang. Kelebihan padi ini sangat pulen, kalau dulu namanya Beras Gembar dan harganya di luar cukup baik (mahal) dibanding varietas padi biasa. Maklum disamping mengenyangkan, enak dan pulen, mengandung mineral dan bisa dipake solusi untuk masalah stunting.
“Tapi varietas padi ini rawan kena penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB)/keresek, putih seperti tepung. Beda dengan padi biasa yang lebih tahan penyakit/hama. Alhamdulilah saya punya penagkalnya tapi agak mahal biayanya, karena harus difungisida,“ kata Endang.
Endang juga mengaku belum mendapat bantuan dari pemerintah hingga saat ini. Baik dari kegiatan panen raya sebelumnya maupun panen padi anti stunting yang sekarang. “Tapi semoga saja setelah panen ini ada perhatian dari pemerintah, soalnya tadi ada Bu Kadis (Pertanian Kabupaten Bandung) dengan ibu-ibu lainnya dari kalangan pajabat dan akademisi,“ demikian harapnya.
Sebulan setengah ke depan, Gerpis juga akan mengundang para stakeholder, para Inohong Sunda yang menjabat menteri, panglima kostrad, kasad, kasal, pajabat eksekutif, legislatif, yudikatif, gubernur Jabar, dsb, untuk hadir ancrub ka sawah, bersama-sama ikut Tandur Bareng (Tandur Bersama) dengan sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) yang kata H. Endang Sulaeman teknik pengetahuan lokal ini bisa untuk mengatasi ancaman kemarau panjang El Nino tahun 2023, sehingga dengan sistem ini akan tercapai percepatan masa panen, satu langkah didepan menghadapi kemarau panjang di era perubahan cuaca global saat ini. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment