Sunday, October 9, 2022
Rektor ISBI Dr. Retno (tengah) didampingi Ketua Pelaksana Supriatna (kanan) dan Dede Nuryaman saat Jumpa Pers (foto Asep GP) |
Sebagai garda terdepan penyelamat dan pelestari seni-budaya Sunda, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, harus bisa mengolah seni –budaya tradisi agar terus hidup dan bisa diterima oleh generasi seterusnya di segala zaman, agar warisan leluhur yang adiluhung itu tetap terlestarikan.
Hal tersebut selama ini sudah dilakukan ISBI Bandung lewat pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Bahkan dalam Dies Natalisnya yang ke-54 dengan tegas ISBI Bandung mengusung tema, “Ngindung ka Waktu Mibapa ka Zaman”. Yang berarti menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tanpa melupakan akar budaya sendiri.
Tema ini menjadi pesan akan pentingya kemampuan beradaptasi dalam era yang berubah sangat cepat, terlebih dengan kemajuan teknologi.
Meskipun ISBI Bandung berlokasi di Jawa Barat dan memiliki fokus kajian terhadap seni budaya lokal, akan tetapi sangat penting untuk terus mengkontekstualkannya dalam kondisi kekinian. Sejak dulu masyarakat Sunda pandai beradaptasi dengan berbagai perubahan sekelilingnya, namun demikian harus dibarengi dengan tetap berpijak pada akar budaya sendiri agar nilai-nilai, pandangan hidup dan kekhasan budaya yang menjadi identitas tidak hilang ditelan zaman atau diakui Negara orang. Kemampuan beradaptasi dengan peubahan zaman harus mewujud dalam proses berkarya, berinovasi, juga dalam proses belajar mengajar. Hanya dengan kemampuan beradaptasi itu kita kan mampu, "ngigelan zaman”, menjadi subjek atau pemain dalam arus perkembangan zaman.
Rektor pimpin Rampak Kohkol, Tangara ISBI Siap Ngigelan Zaman (foto Asep GP) |
Hal tersebut mengemuka saat Press Conference Dies Natalis ISBI Bandung, yang digelar di Gedung Kesenian Sunan Ambu Kampus ISBI, Jl. Buah Batu No. 212 Kota Bandung, Rabu (5/10/2022). Hadir dalam kesempatan tersebut Rektor ISBI Bandung Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum, Ketua Pelaksana Dies Natalis ke-54 ISBI Bandung Dr. Supriatna, S.Sn., M.S.n, dan Dede Nuryaman, S.Sn selaku pengatur acara.
Usai memimpin Rampak Kohkol bersama para mahasiswa dan mengapresiasi Pameran Seni Rupa di Lobby GK. Sunan Ambu, dalam acara Konferensi Pers, Rektor ISBI Bandung, Dr. Retno Dwimarwati, dengan gamblang menjelaskan, kenapa harus “Ngindung ka Waktu Mibapa ka Zaman”. Orang menganggap tradisi itu sesuatu yang zaman baheula - zaman dahulu, padahal tradsi itu bisa direintrepretasi, direorientasi, diredefinisi dan direimplementasi. Jadi semua nilai-nilai tradisi sebetulnya bisa kita buat jadi sesuatu yang baru sesuai kebutuhan zaman.
“Jadi saya kira itu yang harus dijawab oleh institusi ini (ISBI) dan kita punya pilar yang paling pertama adalah Konservasi, dimana kita akan melestarikan semua hal yang berbau tradisi, ke- 2 Merekonstruksi, kalaupun tradisi itu sudah punah, hampir punah kita coba untuk membangun kembali (baik secara reimplementasisi atau reorientasi). Jadi ada pembacaan ulang terhadap apa yang sudah hidup. Ke- 3 Revitalisasi, menghidupkan kembali nilai-nilai tradisi lama yang nilainya masih relevan dengan zaman sekarang. Jadi revitalisasi sudah menjadi tanggung jawab ISBI Bandung untuk pemulyaan warisan leluhur kita yang luhung/adiluhung dari masa lampau, dan yang terakhir, Inovasi, tentu saja untuk menjawab miindung ka waktu mibapa ka zaman ini adalah inovasi, apapun itu dan itu sudah dilakukan oleh Civitas Akademika ISBI Bandung melalui penelitian, pengabdian masyarakat, juga dalam pendidikan dan pengajaran,“ demikian kata bu rektor.
Selain itu kata bu rektor, dengan adanya UU Pemajuan Kebudayaan, ISBI jadi punya langkah yang cukup strategis, “Jadi lebih rill lah. Kalau zaman dulu mah kapanan kasenian kabudayaan jasana sanes lumayan. Pokona mah kesenian itu dianggap ge henteu, ukur cap nuhun we, nah sekarang kita punya kontribusi yang jelas untuk memposisikan budaya sebagai sebuah aset luar biasa, investasi yang luar biasa dari bangsa ini untuk bersaing dengan Negara-negara lainnya,“.
Mengapresiasi karya lukisan mahasiswa dan alumni (foto Asep GP) |
Justru lokal ke global itu kata Retno, kalau diolah dengan bantuan teknologi, dsb, akan jadi sesuatu yang luar biasa. Untuk itu Retno juga minta ke para awak media agar bisa membantu memblow up apa yang dilakukan ISBI Bandung dalam rangka implementasi pilar tadi dengan miindung ka waktu mibapa ka zaman, dan para wartawan nanti akan bisa melihat mana karya-karya ISBI yang bentuknya konservasi, rekonstruksi, revitalisasi, dan inovasi, semua ada di ISBI Bandung.
Retno juga mengabarkan ISBI belum lama ini sudah mendapat tawaran dari kabupaten dan kota Bandung untuk out of the book, ulah ulukuteuk (diam/stagnan) wae di kampus. ISBI Bandung dipersilakan melaksanakan ujian/restial di Miko, hyper square, Pascalsquare, dimana pun tampil di luar kampus, supaya kaum milenial tahu tentang seni tradisi.
“Selama ini kalau ada ujian di ISBI, gedung pasti penuh sesak oleh publik seni yang nonton, tapi kalau ujian kita publish di tempat-tempat umum, ya mungkin juga bisa jadi semacam kampanye seni yang bisa mengajak kaum milenial yang awam menjadi tau dan menyukai seni tradisi yang sebetulnya inovatif. Misalnya beberapa teman yang metal yang sebelumnya tidak mengenal Karinding menjadi tau marwah tradisi musik karinding setelah dikenalkan Karinding Atack. Jadi banyak yang bisa kita lakukan dengan pembacaan miindung ka waktu mibapa ka zaman, ini,“ demikian pungkas bu rektor.
Sementara itu Kang Supri (panggilan akrab Dr. Supriatna) sebagai Ketua Pelaksana Dies ke-54, mengatakan dirinya diamanatkan oleh rektor agar membuat acara dies kali ini digelar secara sederhana dan yang sifatnya empati mengingat beberapa kejadian bencana yang terjadi belakangan ini di tanah air (Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang memakan korban ratusan jiwa, Papua, dsb).
Retno juga mengabarkan ISBI belum lama ini sudah mendapat tawaran dari kabupaten dan kota Bandung untuk out of the book, ulah ulukuteuk (diam/stagnan) wae di kampus. ISBI Bandung dipersilakan melaksanakan ujian/restial di Miko, hyper square, Pascalsquare, dimana pun tampil di luar kampus, supaya kaum milenial tahu tentang seni tradisi.
“Selama ini kalau ada ujian di ISBI, gedung pasti penuh sesak oleh publik seni yang nonton, tapi kalau ujian kita publish di tempat-tempat umum, ya mungkin juga bisa jadi semacam kampanye seni yang bisa mengajak kaum milenial yang awam menjadi tau dan menyukai seni tradisi yang sebetulnya inovatif. Misalnya beberapa teman yang metal yang sebelumnya tidak mengenal Karinding menjadi tau marwah tradisi musik karinding setelah dikenalkan Karinding Atack. Jadi banyak yang bisa kita lakukan dengan pembacaan miindung ka waktu mibapa ka zaman, ini,“ demikian pungkas bu rektor.
Sementara itu Kang Supri (panggilan akrab Dr. Supriatna) sebagai Ketua Pelaksana Dies ke-54, mengatakan dirinya diamanatkan oleh rektor agar membuat acara dies kali ini digelar secara sederhana dan yang sifatnya empati mengingat beberapa kejadian bencana yang terjadi belakangan ini di tanah air (Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang memakan korban ratusan jiwa, Papua, dsb).
“Kita prihatin dengan yang terjadi di tanah air, jadi kita rayakan dies kali ini dengan yang sifatnya proses kreatif aja, sederhana dan hikmat, tidak hura-hura. Itu amanah dari bu rektor,” kata Kang Supri serius.
Supri juga secara rinci memaparkan rangkaian Dies Natalis ke-54 ISBI Bandung, yang dimulai dari Oktober hingga November 2022, dilakukan secara daring (dalam jaringan/online) dan luring (luar jaringan /secara langsung/offline) atau Hybrid, baik di Kampus ISBI Jalan Buah Batu Bandung maupun di luar kampus dengan tetap memperhatikan dan menerapkan Prokes (protokol kesehatan).
Rangkaian acara diawali dengan Pameran Seni Rupa dan Film yang digelar mulai tanggal 5 – 7 Oktober 2022 di Lobby Gedung Kesenian Sunan Ambu Kampus ISBI Bandung yang memamerkan 50 karya seni rupa dalam bentuk 2 dimensi dan 3 dimensional serta multimedia. Semuanya merupakan karya mahasiswa dan alumni, dari Jurusan Kriya Seni, Seni Rupa Murni, dan Jurusan Film.
Pada Kamis (6/10/2022), Sidang Terbuka Senat Akademik digelar dengan orasi ilmiah dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dr. Sandiaga Salahuddin Uno, BBA., MBA dan Peluncuran Buku ‘Culturescape and Creativity’, Pembacaan Budaya dan Kreativitas Seni yang ditulis oleh salah satu Guru Besar ISBI Bandung Prof. Dr. Arthur Supardan Nalan, S. Sen., M.Hum.
Seusai peluncuran buku akan ada Rampak Kohkol ‘Tangara ISBI’ yang artinya tanda atau ciciren, mengandung makna ISBI Bandung harus selalu “Ngindung ka Waktu Mibapa ka Zaman” menjadi trendsetter dan harus memberi tanggara pada khalayak, serta selalu update dalam memajukan kebudayaan. Selain itu akan ada Sunan Ambu Fashion Show karya Alumni ISBI Bandung Popong Sopia yang merupakan Owner Evoy Production.
Alumni ASTI-STSI-ISBI Bandung akan mengadakan Bincang Santai bersama Rektor ISBI Bandung Dr Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum, di Gedung Kesenian Sunan Ambu.
Malam harinya di Gedung Kesenian Dewi Asri akan ada penampilan teater boneka ‘Den Kisot’ yang digagas Goenawan Mohamad dan disutradarai Endo Suanda. Kata Dr. Supriatna, “Den Kisot terinspirasi dari novel Don Quixote karya Miguel de Servantes, pentas teater boneka ini menceritakan Den Kisot dari tanah Sunda yang akan pergi berperang melawan kebathilan dan Hoax."
Selain itu ISBI Bandung akan menggelar apresiasi seni tribute to Apih Omik dalam sendratari ‘Mundinglaya Dikusumah”. Kata Supriatna, “Ini sebuah upaya ISBI Bandung untuk mengenang jasa dan pengabdian Omik Ahmad Hidayat alm, selama berkiprah dalam bidang seni tari,”
***
ISBI Bandung, Kata Kang Supri, terus berusaha menggali berbagai kreativitas, potensi, pemikiran, dan tren keilmuan terbaru di bidang seni budaya, serta kearifan lokal pada masyarakat adat dan masyarakat lokal lainnya di Indonesia dengan mengadakan “Festival Budaya Nusantara # 5 dengan Keragaman Rumah Adat dan Kearifan Lokal Budaya Nusantara di dalamnya, Festival ini berlangsung pada 31 Oktober 2022, yang akan diisi Seminar Nasional, Lomba Esai tingkat SMA, Guru, Dosen, dan Umum, Lomba Busana Adat anak TK, Bazzar Kuliner Nusantara, Talent Seni Pertunjukan Tradisional Lais, Dur Hong, dan Rampak Silat.
Demikian juga dalam upaya memperluas jaringan sekaligus pemetaan wilayah peyebaran dan perkembangan industri musik bambu di Jawa Barat dan Indonesia, ISBI Bandung akan mengadakan Festival Musik Bambu secara daring yang ditayangkan di YouTube.
Festival Musik Bambu ini menghadirkan 5 orang seniman dari lima daerah di Indonesia yang memiliki latar belakang musik bambu, yakni, Dinar Rizkianti (Cirebon), Komang Kusuma Adi (Bali), Moch Gigin Ginanjar (Yogyakarta), I Made Sudana (Bandung), dan Asep Ganjar Wiresna (Garut).
Tak hanya itu, ISBI Bandung juga dari tanggal 15 hingga 16 November 2022 akan menggelar “Festival Potensi Seni Rupa Rakyat” yang melibatkan sivitas akademika, komunitas seni, dan masyarakat. Festival ini disemarakkan pergelaran seni, bazaar seni, kuliner, dan pemutaran film dokumenter tentang eksistensi seni rupa, serta karnaval sepeda seni. Dan rangkaian Dies Natalis ke-54 ISBI Bandung ditutup pada tanggal 17 November 2022 dengan Seminar Nasional bertajuk, ‘Potensi Rupa Rakyat’ yang rencananya akan menghadirkan narasumber Dr. Suwarno Wisetrotomo. (Asep GP)***
Dies Natalis ISBI Bandung ke-54 Usung ‘Ngindung ka Waktu, Mibapa ka Jaman’
Posted by
Tatarjabar.com on Sunday, October 9, 2022
Rektor ISBI Dr. Retno (tengah) didampingi Ketua Pelaksana Supriatna (kanan) dan Dede Nuryaman saat Jumpa Pers (foto Asep GP) |
Sebagai garda terdepan penyelamat dan pelestari seni-budaya Sunda, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, harus bisa mengolah seni –budaya tradisi agar terus hidup dan bisa diterima oleh generasi seterusnya di segala zaman, agar warisan leluhur yang adiluhung itu tetap terlestarikan.
Hal tersebut selama ini sudah dilakukan ISBI Bandung lewat pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Bahkan dalam Dies Natalisnya yang ke-54 dengan tegas ISBI Bandung mengusung tema, “Ngindung ka Waktu Mibapa ka Zaman”. Yang berarti menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tanpa melupakan akar budaya sendiri.
Tema ini menjadi pesan akan pentingya kemampuan beradaptasi dalam era yang berubah sangat cepat, terlebih dengan kemajuan teknologi.
Meskipun ISBI Bandung berlokasi di Jawa Barat dan memiliki fokus kajian terhadap seni budaya lokal, akan tetapi sangat penting untuk terus mengkontekstualkannya dalam kondisi kekinian. Sejak dulu masyarakat Sunda pandai beradaptasi dengan berbagai perubahan sekelilingnya, namun demikian harus dibarengi dengan tetap berpijak pada akar budaya sendiri agar nilai-nilai, pandangan hidup dan kekhasan budaya yang menjadi identitas tidak hilang ditelan zaman atau diakui Negara orang. Kemampuan beradaptasi dengan peubahan zaman harus mewujud dalam proses berkarya, berinovasi, juga dalam proses belajar mengajar. Hanya dengan kemampuan beradaptasi itu kita kan mampu, "ngigelan zaman”, menjadi subjek atau pemain dalam arus perkembangan zaman.
Rektor pimpin Rampak Kohkol, Tangara ISBI Siap Ngigelan Zaman (foto Asep GP) |
Hal tersebut mengemuka saat Press Conference Dies Natalis ISBI Bandung, yang digelar di Gedung Kesenian Sunan Ambu Kampus ISBI, Jl. Buah Batu No. 212 Kota Bandung, Rabu (5/10/2022). Hadir dalam kesempatan tersebut Rektor ISBI Bandung Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum, Ketua Pelaksana Dies Natalis ke-54 ISBI Bandung Dr. Supriatna, S.Sn., M.S.n, dan Dede Nuryaman, S.Sn selaku pengatur acara.
Usai memimpin Rampak Kohkol bersama para mahasiswa dan mengapresiasi Pameran Seni Rupa di Lobby GK. Sunan Ambu, dalam acara Konferensi Pers, Rektor ISBI Bandung, Dr. Retno Dwimarwati, dengan gamblang menjelaskan, kenapa harus “Ngindung ka Waktu Mibapa ka Zaman”. Orang menganggap tradisi itu sesuatu yang zaman baheula - zaman dahulu, padahal tradsi itu bisa direintrepretasi, direorientasi, diredefinisi dan direimplementasi. Jadi semua nilai-nilai tradisi sebetulnya bisa kita buat jadi sesuatu yang baru sesuai kebutuhan zaman.
“Jadi saya kira itu yang harus dijawab oleh institusi ini (ISBI) dan kita punya pilar yang paling pertama adalah Konservasi, dimana kita akan melestarikan semua hal yang berbau tradisi, ke- 2 Merekonstruksi, kalaupun tradisi itu sudah punah, hampir punah kita coba untuk membangun kembali (baik secara reimplementasisi atau reorientasi). Jadi ada pembacaan ulang terhadap apa yang sudah hidup. Ke- 3 Revitalisasi, menghidupkan kembali nilai-nilai tradisi lama yang nilainya masih relevan dengan zaman sekarang. Jadi revitalisasi sudah menjadi tanggung jawab ISBI Bandung untuk pemulyaan warisan leluhur kita yang luhung/adiluhung dari masa lampau, dan yang terakhir, Inovasi, tentu saja untuk menjawab miindung ka waktu mibapa ka zaman ini adalah inovasi, apapun itu dan itu sudah dilakukan oleh Civitas Akademika ISBI Bandung melalui penelitian, pengabdian masyarakat, juga dalam pendidikan dan pengajaran,“ demikian kata bu rektor.
Selain itu kata bu rektor, dengan adanya UU Pemajuan Kebudayaan, ISBI jadi punya langkah yang cukup strategis, “Jadi lebih rill lah. Kalau zaman dulu mah kapanan kasenian kabudayaan jasana sanes lumayan. Pokona mah kesenian itu dianggap ge henteu, ukur cap nuhun we, nah sekarang kita punya kontribusi yang jelas untuk memposisikan budaya sebagai sebuah aset luar biasa, investasi yang luar biasa dari bangsa ini untuk bersaing dengan Negara-negara lainnya,“.
Mengapresiasi karya lukisan mahasiswa dan alumni (foto Asep GP) |
Justru lokal ke global itu kata Retno, kalau diolah dengan bantuan teknologi, dsb, akan jadi sesuatu yang luar biasa. Untuk itu Retno juga minta ke para awak media agar bisa membantu memblow up apa yang dilakukan ISBI Bandung dalam rangka implementasi pilar tadi dengan miindung ka waktu mibapa ka zaman, dan para wartawan nanti akan bisa melihat mana karya-karya ISBI yang bentuknya konservasi, rekonstruksi, revitalisasi, dan inovasi, semua ada di ISBI Bandung.
Retno juga mengabarkan ISBI belum lama ini sudah mendapat tawaran dari kabupaten dan kota Bandung untuk out of the book, ulah ulukuteuk (diam/stagnan) wae di kampus. ISBI Bandung dipersilakan melaksanakan ujian/restial di Miko, hyper square, Pascalsquare, dimana pun tampil di luar kampus, supaya kaum milenial tahu tentang seni tradisi.
“Selama ini kalau ada ujian di ISBI, gedung pasti penuh sesak oleh publik seni yang nonton, tapi kalau ujian kita publish di tempat-tempat umum, ya mungkin juga bisa jadi semacam kampanye seni yang bisa mengajak kaum milenial yang awam menjadi tau dan menyukai seni tradisi yang sebetulnya inovatif. Misalnya beberapa teman yang metal yang sebelumnya tidak mengenal Karinding menjadi tau marwah tradisi musik karinding setelah dikenalkan Karinding Atack. Jadi banyak yang bisa kita lakukan dengan pembacaan miindung ka waktu mibapa ka zaman, ini,“ demikian pungkas bu rektor.
Sementara itu Kang Supri (panggilan akrab Dr. Supriatna) sebagai Ketua Pelaksana Dies ke-54, mengatakan dirinya diamanatkan oleh rektor agar membuat acara dies kali ini digelar secara sederhana dan yang sifatnya empati mengingat beberapa kejadian bencana yang terjadi belakangan ini di tanah air (Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang memakan korban ratusan jiwa, Papua, dsb).
Retno juga mengabarkan ISBI belum lama ini sudah mendapat tawaran dari kabupaten dan kota Bandung untuk out of the book, ulah ulukuteuk (diam/stagnan) wae di kampus. ISBI Bandung dipersilakan melaksanakan ujian/restial di Miko, hyper square, Pascalsquare, dimana pun tampil di luar kampus, supaya kaum milenial tahu tentang seni tradisi.
“Selama ini kalau ada ujian di ISBI, gedung pasti penuh sesak oleh publik seni yang nonton, tapi kalau ujian kita publish di tempat-tempat umum, ya mungkin juga bisa jadi semacam kampanye seni yang bisa mengajak kaum milenial yang awam menjadi tau dan menyukai seni tradisi yang sebetulnya inovatif. Misalnya beberapa teman yang metal yang sebelumnya tidak mengenal Karinding menjadi tau marwah tradisi musik karinding setelah dikenalkan Karinding Atack. Jadi banyak yang bisa kita lakukan dengan pembacaan miindung ka waktu mibapa ka zaman, ini,“ demikian pungkas bu rektor.
Sementara itu Kang Supri (panggilan akrab Dr. Supriatna) sebagai Ketua Pelaksana Dies ke-54, mengatakan dirinya diamanatkan oleh rektor agar membuat acara dies kali ini digelar secara sederhana dan yang sifatnya empati mengingat beberapa kejadian bencana yang terjadi belakangan ini di tanah air (Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang memakan korban ratusan jiwa, Papua, dsb).
“Kita prihatin dengan yang terjadi di tanah air, jadi kita rayakan dies kali ini dengan yang sifatnya proses kreatif aja, sederhana dan hikmat, tidak hura-hura. Itu amanah dari bu rektor,” kata Kang Supri serius.
Supri juga secara rinci memaparkan rangkaian Dies Natalis ke-54 ISBI Bandung, yang dimulai dari Oktober hingga November 2022, dilakukan secara daring (dalam jaringan/online) dan luring (luar jaringan /secara langsung/offline) atau Hybrid, baik di Kampus ISBI Jalan Buah Batu Bandung maupun di luar kampus dengan tetap memperhatikan dan menerapkan Prokes (protokol kesehatan).
Rangkaian acara diawali dengan Pameran Seni Rupa dan Film yang digelar mulai tanggal 5 – 7 Oktober 2022 di Lobby Gedung Kesenian Sunan Ambu Kampus ISBI Bandung yang memamerkan 50 karya seni rupa dalam bentuk 2 dimensi dan 3 dimensional serta multimedia. Semuanya merupakan karya mahasiswa dan alumni, dari Jurusan Kriya Seni, Seni Rupa Murni, dan Jurusan Film.
Pada Kamis (6/10/2022), Sidang Terbuka Senat Akademik digelar dengan orasi ilmiah dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dr. Sandiaga Salahuddin Uno, BBA., MBA dan Peluncuran Buku ‘Culturescape and Creativity’, Pembacaan Budaya dan Kreativitas Seni yang ditulis oleh salah satu Guru Besar ISBI Bandung Prof. Dr. Arthur Supardan Nalan, S. Sen., M.Hum.
Seusai peluncuran buku akan ada Rampak Kohkol ‘Tangara ISBI’ yang artinya tanda atau ciciren, mengandung makna ISBI Bandung harus selalu “Ngindung ka Waktu Mibapa ka Zaman” menjadi trendsetter dan harus memberi tanggara pada khalayak, serta selalu update dalam memajukan kebudayaan. Selain itu akan ada Sunan Ambu Fashion Show karya Alumni ISBI Bandung Popong Sopia yang merupakan Owner Evoy Production.
Alumni ASTI-STSI-ISBI Bandung akan mengadakan Bincang Santai bersama Rektor ISBI Bandung Dr Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum, di Gedung Kesenian Sunan Ambu.
Malam harinya di Gedung Kesenian Dewi Asri akan ada penampilan teater boneka ‘Den Kisot’ yang digagas Goenawan Mohamad dan disutradarai Endo Suanda. Kata Dr. Supriatna, “Den Kisot terinspirasi dari novel Don Quixote karya Miguel de Servantes, pentas teater boneka ini menceritakan Den Kisot dari tanah Sunda yang akan pergi berperang melawan kebathilan dan Hoax."
Selain itu ISBI Bandung akan menggelar apresiasi seni tribute to Apih Omik dalam sendratari ‘Mundinglaya Dikusumah”. Kata Supriatna, “Ini sebuah upaya ISBI Bandung untuk mengenang jasa dan pengabdian Omik Ahmad Hidayat alm, selama berkiprah dalam bidang seni tari,”
***
ISBI Bandung, Kata Kang Supri, terus berusaha menggali berbagai kreativitas, potensi, pemikiran, dan tren keilmuan terbaru di bidang seni budaya, serta kearifan lokal pada masyarakat adat dan masyarakat lokal lainnya di Indonesia dengan mengadakan “Festival Budaya Nusantara # 5 dengan Keragaman Rumah Adat dan Kearifan Lokal Budaya Nusantara di dalamnya, Festival ini berlangsung pada 31 Oktober 2022, yang akan diisi Seminar Nasional, Lomba Esai tingkat SMA, Guru, Dosen, dan Umum, Lomba Busana Adat anak TK, Bazzar Kuliner Nusantara, Talent Seni Pertunjukan Tradisional Lais, Dur Hong, dan Rampak Silat.
Demikian juga dalam upaya memperluas jaringan sekaligus pemetaan wilayah peyebaran dan perkembangan industri musik bambu di Jawa Barat dan Indonesia, ISBI Bandung akan mengadakan Festival Musik Bambu secara daring yang ditayangkan di YouTube.
Festival Musik Bambu ini menghadirkan 5 orang seniman dari lima daerah di Indonesia yang memiliki latar belakang musik bambu, yakni, Dinar Rizkianti (Cirebon), Komang Kusuma Adi (Bali), Moch Gigin Ginanjar (Yogyakarta), I Made Sudana (Bandung), dan Asep Ganjar Wiresna (Garut).
Tak hanya itu, ISBI Bandung juga dari tanggal 15 hingga 16 November 2022 akan menggelar “Festival Potensi Seni Rupa Rakyat” yang melibatkan sivitas akademika, komunitas seni, dan masyarakat. Festival ini disemarakkan pergelaran seni, bazaar seni, kuliner, dan pemutaran film dokumenter tentang eksistensi seni rupa, serta karnaval sepeda seni. Dan rangkaian Dies Natalis ke-54 ISBI Bandung ditutup pada tanggal 17 November 2022 dengan Seminar Nasional bertajuk, ‘Potensi Rupa Rakyat’ yang rencananya akan menghadirkan narasumber Dr. Suwarno Wisetrotomo. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment