Home
» Jawa Barat
» Gubernur Jabar Restui Forum Sunda Ngahiji dan Penyelenggaraan Kongres Sunda November 2022
Sunday, May 1, 2022
Sunda Ngahiji jadi Kahiji |
Gubernur berharap Kongres Sunda 2020 dilakukan sebelum kegiatan G20 di bulan November 2022
Hal tersebut ditegaskan Gubernur Ridwan Kamil ketika audience dengan para Inohong Sunda (yang tergabung dalam Forum Sunda Ngahiji) dan panitia Kongres Sunda di Gedung Pakuan (27/4/2022).
Hadir dalam kesempatan tersebut Avi Taufik Hidayat, Rd. Dyna Ahmad, Pepen S Padmadilaga, Tjetje Hidayat Padmadinata, Andri Kantaprawira, Nina Kurnia Hikmawati, Kholil Aksan, Fery Radiansyah, Try Rachmanto, Dindin S. Maolani.
Ridwan Kamil sangat setuju dengan adanya Forum Sunda ngahiji, dan memberikan arahan agar semua komponen organisasi, lembaga maupun tokoh Sunda diajak bersama selain cendekiawan dan komponen lainnya. Ridwan Kamil pun setuju dengan adanya Kongres Sunda dan dipersilahkan untuk melakukan kegiatan sebanyak mungkin yang merupakan Road to Kongres Sunda dengan finalnya di Kongres Sunda 2020, yang berharap dilakukan sebelum kegiatan G20 di bulan November 2022.
Demikian disampaikan salah satu Kolaborator Forum Sunda Ngahiji, Dr. Nina Kurnia Hikmawati, SE., MM ( kolaborator satu lagi, Prof. Dr. Kerri Lestari, M.Si) dalam siaran persnya yang diterima redaksi.
Dr. Nina Kurnia Sukmawati, Sang Kolabolator Forum Sunda Ngahiji & Sekjen Kongres Sunda |
Audiensi dengan Gubernur Jawa Barat, kata Nina, penuh dengan silaturahim yang santai dan kekeluargaan. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyampaikan sangat setuju dengan adanya Forum Sunda ngahiji, dan memberikan arahan agar semua komponen organisasi, lembaga maupun tokoh Sunda diajak bersama selain cendekiawan dan komponen lainnya. Ridwan Kamil pun setuju dengan adanya Kongres Sunda dan dipersilahkan untuk melakukan kegiatan sebanyak mungkin yang merupakan Road to Kongres Sunda dengan finalnya di Konges Sunda 2020, dan berharap penyelenggaraannya dilakukan sebelum kegiatan G20 di bulan November 2022.
Gubernur juga berharap agar para Nonoman Sunda dilibatkan dan diberi sesi khusus dalam Road To Kongres Sunda 2020. Demikian juga mengenai tanggapan Provinsi Jawa Barat yang sudah tidak lagi wilayah Barat Pulau Jawa, karena yang paling barat sekarang ini adalah Provinsi Banten, dapat di agendakan dalam Kongres Sunda tersebut.
“Semoga dengan adanya Forum Sunda Ngahiji, yang merupakan hasil dari gempungan yang merupakan sebuah wadah informal yang dikoordinasikan oleh dua Kolaborator yaitu Dr. Nina Kurnia Hikmawati, SE., MM dan Prof. Dr. Kerri Lestari, M.Si. dapat menyatukan seluruh komponen kekuatan Sunda baik di Jawa Barat, Sunda Pangumbaraan di setiap provinsi maupun Sunda Diaspora di luar negeri. Berharap hasil dari Audiensi ini menjadikan tonggak sejarah untuk melanjutkan mulainya pergerakan menuju Kongres Sunda 2020, kebangkitan Masyarakat Sunda untuk rekomendasi kemajuan Masyarakat Sunda dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,“ demikian pungkas Nina Kurnia Hikmawati.
***
Bandung, 27 April 2022
Tatarjabar.com
May 01, 2022
CB Blogger
IndonesiaGubernur juga berharap agar para Nonoman Sunda dilibatkan dan diberi sesi khusus dalam Road To Kongres Sunda 2020. Demikian juga mengenai tanggapan Provinsi Jawa Barat yang sudah tidak lagi wilayah Barat Pulau Jawa, karena yang paling barat sekarang ini adalah Provinsi Banten, dapat di agendakan dalam Kongres Sunda tersebut.
“Semoga dengan adanya Forum Sunda Ngahiji, yang merupakan hasil dari gempungan yang merupakan sebuah wadah informal yang dikoordinasikan oleh dua Kolaborator yaitu Dr. Nina Kurnia Hikmawati, SE., MM dan Prof. Dr. Kerri Lestari, M.Si. dapat menyatukan seluruh komponen kekuatan Sunda baik di Jawa Barat, Sunda Pangumbaraan di setiap provinsi maupun Sunda Diaspora di luar negeri. Berharap hasil dari Audiensi ini menjadikan tonggak sejarah untuk melanjutkan mulainya pergerakan menuju Kongres Sunda 2020, kebangkitan Masyarakat Sunda untuk rekomendasi kemajuan Masyarakat Sunda dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,“ demikian pungkas Nina Kurnia Hikmawati.
***
Berikut isi selengkapnya:
AUDIENSI FORUM SUNDA NGAHIJI DENGAN GUBERNUR JAWA BARAT
SELASA, 27 APRIL 2022
Istilah Sunda pada zaman dahulu dikenal dengan istilah “Sunda Besar” dan “Sunda Kecil”. Wilayah “Sunda Besar” mencakup empat pulau besar di Indonesia, yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Sementara untuk wilayah “Sunda Kecil” mencakup Kepulauan Kepulauan Nusa Tenggara yang mencakup Lombok, Bali dan pulau-pulau kecil sekitarnya, inilah yang dalam pengertian geologis dan geografis lama disebut sebagai Sunda Land. Sunda sebagai sebuah bangsa yang memiliki kerajaan adalah ketika Kerajaan Tarumanegara diganti namanya menjadi Kerajaan Sunda oleh Maharaja Tarusbawa sebagai trah Salakanagara, sementara trah Tarumanegara berpindah ke Kendan dan kemudian mendirikan Kerajaan Galuh. Kerajaan Galuh dan Sunda inilah merupakan dua Kemaharajaan yang masih bersaudara, yang pada masa Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dalam catatan Tomi Pires 1511-1513 M dikenal sebagai Sundanesse Kingdoms (Kemaharajaan Sunda) yang beribukota di Pakwan, yang kita kenal sebagai Kemaharajaan Pajajaran. Trah Raja Raja Salakanagara, Tarumanegara, Galuh dan Sunda merupakan cikal bakal Raja-Raja Nusantara baik Kutai Kertanegara, Sriwijaya, Mataram Hindu dan Majapahit.
Suku bangsa Sunda merupakan suku bangsa terbesar kedua di Indonesia. Sebagai salah satu suku bangsa besar di Indonesia seharusnyalah memiliki Eksistensi. Namun, eksistensi dari suku bangsa yang besar tersebut secara perlahan semakin hilang, diantaranya problematika saat ini adalah eksistensi suku Sunda yang kalah saing dengan suku bangsa lainnya. Baik dari Angka Partisipasi Kasar (APK) di Jawa Barat, begitu halnya dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) belum lagi ditambah dengan data kerusakan lingkungan dan rendahnya kesadaran masyarakat Sunda untuk menjaga budayanya sendiri selain seiring dengan masuknya budaya-budaya luar serta perkembangan zaman, serta kenyataannya, suku Sunda saat ini punya banyak persoalan-persoalan yang mencuat ke permukaan.
Dari segi bahasa dan tradisi, orang Sunda mulai banyak yang meninggalkan bahasa Sunda sebagai bahasa komunikasinya. Dan kesadaran masyarakat Sunda untuk sadar menjaga budayanya sangat kurang. Hal ini dibuktikan dengan diperkirakan sekitar 500 jenis kesenian Sunda hampir punah karena tidak ada regenerasi pemainnya. Ciri sikap sejati dari manusia Sunda pun sudah sangat sulit ditemui dalam sikap keseharian masyarakat Sunda zaman kiwari. Apabila dibiarkan, dikhawatirkan bisa jadi nama besar Sunda ke depan hanya bisa dikenang dan diketahui dalam buku-buku sejarah.
Ketika sebuah bangsa menghendaki agar menjadi bangsa pemenang dimasa yang akan datang, maka bangsa itu harus mempersiapkan sebuah generasi muda yang memiliki kualitas jauh lebih unggul di banding bangsa yang lain. Kualitas manusia dibentuk oleh kebudayaan sebuah bangsa. Generasi muda yang unggul, hingga generasi itu sanggup bertarung di era global dan menjadi pemenang dalam peradaban pada masa yang akan datang. Disinilah pentingnya sebuah suku bangsa merumuskan jati dirinya lalu membangun strategi kebudayaannya agar bisa membangun peradaban unggul dalam persaingan antar suku bangsa di Nusantara juga dengan bangsa-bangsa lainnya di seluruh dunia. Kemajuan sebuah bangsa dan negara tergantung pada kemampuan adaptifnya menjawab tantangan zamannya, melakukan strategi kompetitip dan kolaboratif untuk tetap eksis sebagai suku bangsa yang dihargai. Visi Sunda Mulya dan Nusantara Jaya, yang artinya Sunda yang dihargai oleh suku bangsa lainnya sebagaimana cita-cita Oto Iskandar di Nata dan bersama maju, maju bersama dengan suku bangsa lainnya sebagaimana cita-cita Ir. Djuanda Kartawijaya, merupakan visi yang harus kita turunkan menjadi strategi dan program aksi ke depan.
Dalam Siksa Kanda Ng Karesian ditegaskan bahwa kemajuan dan kejayaan bangsa Sunda bisa dibangun bila ada sinergisitas antara tiga fungsi struktur sosial Sunda yaitu Karamaan (Kasepuhan), Karesian (Para Cendikiawan/Ahli) dan Karatuan (Eksekutif). Dijelaskan lebih lanjut bahwa “jagad daranan di sang rama: (memastikan terciptanya harapan kemakmuran). Rama bersikap Gurat Lemah (Tanah) teguh dalam mempertahankan fungsi tanah dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat. Konsep Rama secara diksi memiliki konteks sebagai pamong (ayah) sebagai Institusi yang memastikan pengelolaan kekayaan alam dan tata kelola sosial kemasyarakatan ada dalam pembinaan dan pengasuhnya, maka tidak salah bila Kasepuhan atau Rama menjadi “Gunung Pananggeuhan” (Board of Trusty), bagi masyarakat Tatar Sunda dalam menjalankan berbagai macam ragam dinamika kehidupannya baik di sarakannya, di konteks negara maupun dalam konteks dunia, disinilah makna pentingnya terbentuknya Kasepuhan Tatar Sunda sebagai struktur sosial yang penting sebagaimana masih ada dan dibangun dibanyak suku bangsa lain di Nusantara.
Para tokoh senior berkewajiban melakukan pandampingan dengan kesasmitaan dan kewaskitaan kepada generasi selanjutnya sekaligus kami bertugas melakukan transformasi ilmu, pengetahuan, pengalaman, dan jaringan kepada generasi-generasi selanjutnya agar terjadi estafet kepemimpinan sosial di masa depan yang lebih tangguh dan unggul serta bermartabat (mulia).
Wacana pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda merupakan proses sosial berulang yang berkali-kali dicoba diteguhkan sejak tahun 1950-an dan terakhir dicoba diwujudkan dalam pengorganisasian di Badan Musyawarah Masyarakat Sunda sebagaimana tercantum dalam rancang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya. Pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda yang diwacanakan kembali pada tahun 2020 merupakan suatu tuntutan dari kaum muda tentang realitas pentingnya suatu struktur sosial kemasyarakatan dan kebudayaan agar Sunda menjadi punya marwah dan akhirnya punya posisi tawar yang optimal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mengulang proses sosial pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda ini, akhirnya tahun 2021 berhasil membangun komitmen 11 Tokoh Paripurna untuk menjadi Tokoh-Tokoh yang bergabung dalam Kasepuhan Tatar Sunda. Modal awal ini tentunya tidak cukup, mengingat multi polar dan multi pilarnya keragaman potensi tokoh-tokoh senior Sunda maka jumlah tokoh-tokoh di Kasepuhan Tatar Sunda ini perlu terus ditambah dengan prinsip saling merekomendasi, agar yang terbangun adalah Kasepuhan yang solid dan berkomitmen tinggi.
Menyadari bahwa pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda menjadi Paguyuban atau Forum Adat yang sempurna dan solid masih memerlukan proses sosial dan kebudayaan yang harus dilewati fase-fase dan tahap-tahapnya, termasuk mengajak tokoh-tokoh Tatar Sunda lainnya untuk turut bergabung menyamakan hati pikiran dan frekuensinya, sehingga wacana ini diharapkan menjadi nyata yang dapat menjadi Gunung Pananggeuhan urang Sunda dalam menghadapi tantangan zamannya yang penuh disrupsi.
Dr. Nina Kurnia Hikmawati menyampaikan bahwa salah satunya dengan membentuk Forum Sunda Ngahiji adalah untuk menindaklanjuti informasi dari Bapak Gubernur ketika pertemuan di Paguyuban Pasundan beberapa bulan yang lalu agar masyarakat Sunda Ngahiji, maka untuk merespon statement tersebut kami menyelenggarakan beberapa pertemuan-pertemuan kasepuhan. Dan tentunya forum ini pun ingin bersama sama rempug jukung sauyunan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yaitu dengan Gubernur Jawa Barat serta dengan legislatif dan eksekutif nasional lainnya.
Sehingga selanjutnya dilakukan pertemuan para kasepuhan di rumah Ceu Popong di Bandung 28 Februari 2022 yang menghasilkan kesimpulan bahwa sepakat membuat sebuah Forum Sunda Ngahiji yang informal, dimana dengan adanya Gempungan atau forum diharapkan menjawab kebutuhan wadah bersatunya Masyarakat Sunda, dan berharap ke depan ada konduktor Forum lebih besar lagi untuk pembenahan di Sunda dari tata bahasa, budaya dan hal lainnya yang strategis melalui rekomendasi baik secara provinsi maupun secara nasional Internasional yang berjalan lancar dan berkoordinasi dengan berbagai organisasi yang ada di tatar Sunda baik nonoman maupun yang senior dan lengkap kewilayahan dan patsum kesundaan. Kesepakatan yang lain adalah bahwa Forum Sunda Ngahiji dikoordinasikan oleh dua Kolabor yaitu Dr. Nina kurnia Hikmawati, dan Prof. Dr. Kerry Lestary, M.Si., Apt.
Tindak lanjut kemudian dilakukan audiensi bersama Gubernur Jawa Barat pada hari Selasa, 27 April 2022 di Gedung Pakuan Bandung dengan agenda :
I. Menyampaikan keberadaan FORUM SUNDA NGAHIJI,
II. Arahan dan masukan Bapak Gubernur dan meminta masuk kedalam Forum Sunda Ngahiji bersama sama dengan berbagai elemen Sunda baik nasional dan diaspora untuk memberikan Rekomendasi Positif kemajuan Sunda serta Bangsa dan Negara RI.
III. Menyampaikan Agenda ROAD TO KONGRES SUNDA dan kegiatan-kegiatan lainnya diantarnya :
(1) Silaturahmi Idul Fitri para tokoh-tokoh Tatar Sunda
(2) Silaturahmi Idul Fitri Perantauan Sunda Sadunia di Bandung
(3) Webinar Diaspora Sunda 5 Benua dengan Tema : Kamelang jeung Katineung ka Lemah Cai.
(4) Sosialisasi Road To Kongres Sunda ke Lembaga dan Organisasi Kasundaan dari seluruh
Jawa Barat, nasional dan diaspora
(5) Persiapan kegiatan dan diskusi lainnya yang menyangkut :
1. Kegiatan Adeg-adegan Tangtungan Sunda
2. Sunda Sarakan Dan Nagara
3. Rekomendasi Kepemimpinan Nasional asal orang Sunda dari Masyarakat Sunda dan rekomendasi lainnya yang masuk dalam berbagai agenda kegiatan Road To Kongres Sunda 2022 dan Kongres Sunda 2022
IV. AGENDA KONGRES SUNDA 2022
AUDIENSI FORUM SUNDA NGAHIJI DENGAN GUBERNUR JAWA BARAT
SELASA, 27 APRIL 2022
Istilah Sunda pada zaman dahulu dikenal dengan istilah “Sunda Besar” dan “Sunda Kecil”. Wilayah “Sunda Besar” mencakup empat pulau besar di Indonesia, yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Sementara untuk wilayah “Sunda Kecil” mencakup Kepulauan Kepulauan Nusa Tenggara yang mencakup Lombok, Bali dan pulau-pulau kecil sekitarnya, inilah yang dalam pengertian geologis dan geografis lama disebut sebagai Sunda Land. Sunda sebagai sebuah bangsa yang memiliki kerajaan adalah ketika Kerajaan Tarumanegara diganti namanya menjadi Kerajaan Sunda oleh Maharaja Tarusbawa sebagai trah Salakanagara, sementara trah Tarumanegara berpindah ke Kendan dan kemudian mendirikan Kerajaan Galuh. Kerajaan Galuh dan Sunda inilah merupakan dua Kemaharajaan yang masih bersaudara, yang pada masa Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dalam catatan Tomi Pires 1511-1513 M dikenal sebagai Sundanesse Kingdoms (Kemaharajaan Sunda) yang beribukota di Pakwan, yang kita kenal sebagai Kemaharajaan Pajajaran. Trah Raja Raja Salakanagara, Tarumanegara, Galuh dan Sunda merupakan cikal bakal Raja-Raja Nusantara baik Kutai Kertanegara, Sriwijaya, Mataram Hindu dan Majapahit.
Suku bangsa Sunda merupakan suku bangsa terbesar kedua di Indonesia. Sebagai salah satu suku bangsa besar di Indonesia seharusnyalah memiliki Eksistensi. Namun, eksistensi dari suku bangsa yang besar tersebut secara perlahan semakin hilang, diantaranya problematika saat ini adalah eksistensi suku Sunda yang kalah saing dengan suku bangsa lainnya. Baik dari Angka Partisipasi Kasar (APK) di Jawa Barat, begitu halnya dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) belum lagi ditambah dengan data kerusakan lingkungan dan rendahnya kesadaran masyarakat Sunda untuk menjaga budayanya sendiri selain seiring dengan masuknya budaya-budaya luar serta perkembangan zaman, serta kenyataannya, suku Sunda saat ini punya banyak persoalan-persoalan yang mencuat ke permukaan.
Dari segi bahasa dan tradisi, orang Sunda mulai banyak yang meninggalkan bahasa Sunda sebagai bahasa komunikasinya. Dan kesadaran masyarakat Sunda untuk sadar menjaga budayanya sangat kurang. Hal ini dibuktikan dengan diperkirakan sekitar 500 jenis kesenian Sunda hampir punah karena tidak ada regenerasi pemainnya. Ciri sikap sejati dari manusia Sunda pun sudah sangat sulit ditemui dalam sikap keseharian masyarakat Sunda zaman kiwari. Apabila dibiarkan, dikhawatirkan bisa jadi nama besar Sunda ke depan hanya bisa dikenang dan diketahui dalam buku-buku sejarah.
Ketika sebuah bangsa menghendaki agar menjadi bangsa pemenang dimasa yang akan datang, maka bangsa itu harus mempersiapkan sebuah generasi muda yang memiliki kualitas jauh lebih unggul di banding bangsa yang lain. Kualitas manusia dibentuk oleh kebudayaan sebuah bangsa. Generasi muda yang unggul, hingga generasi itu sanggup bertarung di era global dan menjadi pemenang dalam peradaban pada masa yang akan datang. Disinilah pentingnya sebuah suku bangsa merumuskan jati dirinya lalu membangun strategi kebudayaannya agar bisa membangun peradaban unggul dalam persaingan antar suku bangsa di Nusantara juga dengan bangsa-bangsa lainnya di seluruh dunia. Kemajuan sebuah bangsa dan negara tergantung pada kemampuan adaptifnya menjawab tantangan zamannya, melakukan strategi kompetitip dan kolaboratif untuk tetap eksis sebagai suku bangsa yang dihargai. Visi Sunda Mulya dan Nusantara Jaya, yang artinya Sunda yang dihargai oleh suku bangsa lainnya sebagaimana cita-cita Oto Iskandar di Nata dan bersama maju, maju bersama dengan suku bangsa lainnya sebagaimana cita-cita Ir. Djuanda Kartawijaya, merupakan visi yang harus kita turunkan menjadi strategi dan program aksi ke depan.
Dalam Siksa Kanda Ng Karesian ditegaskan bahwa kemajuan dan kejayaan bangsa Sunda bisa dibangun bila ada sinergisitas antara tiga fungsi struktur sosial Sunda yaitu Karamaan (Kasepuhan), Karesian (Para Cendikiawan/Ahli) dan Karatuan (Eksekutif). Dijelaskan lebih lanjut bahwa “jagad daranan di sang rama: (memastikan terciptanya harapan kemakmuran). Rama bersikap Gurat Lemah (Tanah) teguh dalam mempertahankan fungsi tanah dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat. Konsep Rama secara diksi memiliki konteks sebagai pamong (ayah) sebagai Institusi yang memastikan pengelolaan kekayaan alam dan tata kelola sosial kemasyarakatan ada dalam pembinaan dan pengasuhnya, maka tidak salah bila Kasepuhan atau Rama menjadi “Gunung Pananggeuhan” (Board of Trusty), bagi masyarakat Tatar Sunda dalam menjalankan berbagai macam ragam dinamika kehidupannya baik di sarakannya, di konteks negara maupun dalam konteks dunia, disinilah makna pentingnya terbentuknya Kasepuhan Tatar Sunda sebagai struktur sosial yang penting sebagaimana masih ada dan dibangun dibanyak suku bangsa lain di Nusantara.
Para tokoh senior berkewajiban melakukan pandampingan dengan kesasmitaan dan kewaskitaan kepada generasi selanjutnya sekaligus kami bertugas melakukan transformasi ilmu, pengetahuan, pengalaman, dan jaringan kepada generasi-generasi selanjutnya agar terjadi estafet kepemimpinan sosial di masa depan yang lebih tangguh dan unggul serta bermartabat (mulia).
Wacana pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda merupakan proses sosial berulang yang berkali-kali dicoba diteguhkan sejak tahun 1950-an dan terakhir dicoba diwujudkan dalam pengorganisasian di Badan Musyawarah Masyarakat Sunda sebagaimana tercantum dalam rancang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya. Pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda yang diwacanakan kembali pada tahun 2020 merupakan suatu tuntutan dari kaum muda tentang realitas pentingnya suatu struktur sosial kemasyarakatan dan kebudayaan agar Sunda menjadi punya marwah dan akhirnya punya posisi tawar yang optimal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mengulang proses sosial pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda ini, akhirnya tahun 2021 berhasil membangun komitmen 11 Tokoh Paripurna untuk menjadi Tokoh-Tokoh yang bergabung dalam Kasepuhan Tatar Sunda. Modal awal ini tentunya tidak cukup, mengingat multi polar dan multi pilarnya keragaman potensi tokoh-tokoh senior Sunda maka jumlah tokoh-tokoh di Kasepuhan Tatar Sunda ini perlu terus ditambah dengan prinsip saling merekomendasi, agar yang terbangun adalah Kasepuhan yang solid dan berkomitmen tinggi.
Menyadari bahwa pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda menjadi Paguyuban atau Forum Adat yang sempurna dan solid masih memerlukan proses sosial dan kebudayaan yang harus dilewati fase-fase dan tahap-tahapnya, termasuk mengajak tokoh-tokoh Tatar Sunda lainnya untuk turut bergabung menyamakan hati pikiran dan frekuensinya, sehingga wacana ini diharapkan menjadi nyata yang dapat menjadi Gunung Pananggeuhan urang Sunda dalam menghadapi tantangan zamannya yang penuh disrupsi.
Dr. Nina Kurnia Hikmawati menyampaikan bahwa salah satunya dengan membentuk Forum Sunda Ngahiji adalah untuk menindaklanjuti informasi dari Bapak Gubernur ketika pertemuan di Paguyuban Pasundan beberapa bulan yang lalu agar masyarakat Sunda Ngahiji, maka untuk merespon statement tersebut kami menyelenggarakan beberapa pertemuan-pertemuan kasepuhan. Dan tentunya forum ini pun ingin bersama sama rempug jukung sauyunan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yaitu dengan Gubernur Jawa Barat serta dengan legislatif dan eksekutif nasional lainnya.
Sehingga selanjutnya dilakukan pertemuan para kasepuhan di rumah Ceu Popong di Bandung 28 Februari 2022 yang menghasilkan kesimpulan bahwa sepakat membuat sebuah Forum Sunda Ngahiji yang informal, dimana dengan adanya Gempungan atau forum diharapkan menjawab kebutuhan wadah bersatunya Masyarakat Sunda, dan berharap ke depan ada konduktor Forum lebih besar lagi untuk pembenahan di Sunda dari tata bahasa, budaya dan hal lainnya yang strategis melalui rekomendasi baik secara provinsi maupun secara nasional Internasional yang berjalan lancar dan berkoordinasi dengan berbagai organisasi yang ada di tatar Sunda baik nonoman maupun yang senior dan lengkap kewilayahan dan patsum kesundaan. Kesepakatan yang lain adalah bahwa Forum Sunda Ngahiji dikoordinasikan oleh dua Kolabor yaitu Dr. Nina kurnia Hikmawati, dan Prof. Dr. Kerry Lestary, M.Si., Apt.
Tindak lanjut kemudian dilakukan audiensi bersama Gubernur Jawa Barat pada hari Selasa, 27 April 2022 di Gedung Pakuan Bandung dengan agenda :
I. Menyampaikan keberadaan FORUM SUNDA NGAHIJI,
II. Arahan dan masukan Bapak Gubernur dan meminta masuk kedalam Forum Sunda Ngahiji bersama sama dengan berbagai elemen Sunda baik nasional dan diaspora untuk memberikan Rekomendasi Positif kemajuan Sunda serta Bangsa dan Negara RI.
III. Menyampaikan Agenda ROAD TO KONGRES SUNDA dan kegiatan-kegiatan lainnya diantarnya :
(1) Silaturahmi Idul Fitri para tokoh-tokoh Tatar Sunda
(2) Silaturahmi Idul Fitri Perantauan Sunda Sadunia di Bandung
(3) Webinar Diaspora Sunda 5 Benua dengan Tema : Kamelang jeung Katineung ka Lemah Cai.
(4) Sosialisasi Road To Kongres Sunda ke Lembaga dan Organisasi Kasundaan dari seluruh
Jawa Barat, nasional dan diaspora
(5) Persiapan kegiatan dan diskusi lainnya yang menyangkut :
1. Kegiatan Adeg-adegan Tangtungan Sunda
2. Sunda Sarakan Dan Nagara
3. Rekomendasi Kepemimpinan Nasional asal orang Sunda dari Masyarakat Sunda dan rekomendasi lainnya yang masuk dalam berbagai agenda kegiatan Road To Kongres Sunda 2022 dan Kongres Sunda 2022
IV. AGENDA KONGRES SUNDA 2022
Bandung, 27 April 2022
Nina Kurnia Hikmawati
Gubernur Jabar Restui Forum Sunda Ngahiji dan Penyelenggaraan Kongres Sunda November 2022
Posted by
Tatarjabar.com on Sunday, May 1, 2022
Sunda Ngahiji jadi Kahiji |
Gubernur berharap Kongres Sunda 2020 dilakukan sebelum kegiatan G20 di bulan November 2022
Hal tersebut ditegaskan Gubernur Ridwan Kamil ketika audience dengan para Inohong Sunda (yang tergabung dalam Forum Sunda Ngahiji) dan panitia Kongres Sunda di Gedung Pakuan (27/4/2022).
Hadir dalam kesempatan tersebut Avi Taufik Hidayat, Rd. Dyna Ahmad, Pepen S Padmadilaga, Tjetje Hidayat Padmadinata, Andri Kantaprawira, Nina Kurnia Hikmawati, Kholil Aksan, Fery Radiansyah, Try Rachmanto, Dindin S. Maolani.
Ridwan Kamil sangat setuju dengan adanya Forum Sunda ngahiji, dan memberikan arahan agar semua komponen organisasi, lembaga maupun tokoh Sunda diajak bersama selain cendekiawan dan komponen lainnya. Ridwan Kamil pun setuju dengan adanya Kongres Sunda dan dipersilahkan untuk melakukan kegiatan sebanyak mungkin yang merupakan Road to Kongres Sunda dengan finalnya di Kongres Sunda 2020, yang berharap dilakukan sebelum kegiatan G20 di bulan November 2022.
Demikian disampaikan salah satu Kolaborator Forum Sunda Ngahiji, Dr. Nina Kurnia Hikmawati, SE., MM ( kolaborator satu lagi, Prof. Dr. Kerri Lestari, M.Si) dalam siaran persnya yang diterima redaksi.
Dr. Nina Kurnia Sukmawati, Sang Kolabolator Forum Sunda Ngahiji & Sekjen Kongres Sunda |
Audiensi dengan Gubernur Jawa Barat, kata Nina, penuh dengan silaturahim yang santai dan kekeluargaan. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyampaikan sangat setuju dengan adanya Forum Sunda ngahiji, dan memberikan arahan agar semua komponen organisasi, lembaga maupun tokoh Sunda diajak bersama selain cendekiawan dan komponen lainnya. Ridwan Kamil pun setuju dengan adanya Kongres Sunda dan dipersilahkan untuk melakukan kegiatan sebanyak mungkin yang merupakan Road to Kongres Sunda dengan finalnya di Konges Sunda 2020, dan berharap penyelenggaraannya dilakukan sebelum kegiatan G20 di bulan November 2022.
Gubernur juga berharap agar para Nonoman Sunda dilibatkan dan diberi sesi khusus dalam Road To Kongres Sunda 2020. Demikian juga mengenai tanggapan Provinsi Jawa Barat yang sudah tidak lagi wilayah Barat Pulau Jawa, karena yang paling barat sekarang ini adalah Provinsi Banten, dapat di agendakan dalam Kongres Sunda tersebut.
“Semoga dengan adanya Forum Sunda Ngahiji, yang merupakan hasil dari gempungan yang merupakan sebuah wadah informal yang dikoordinasikan oleh dua Kolaborator yaitu Dr. Nina Kurnia Hikmawati, SE., MM dan Prof. Dr. Kerri Lestari, M.Si. dapat menyatukan seluruh komponen kekuatan Sunda baik di Jawa Barat, Sunda Pangumbaraan di setiap provinsi maupun Sunda Diaspora di luar negeri. Berharap hasil dari Audiensi ini menjadikan tonggak sejarah untuk melanjutkan mulainya pergerakan menuju Kongres Sunda 2020, kebangkitan Masyarakat Sunda untuk rekomendasi kemajuan Masyarakat Sunda dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,“ demikian pungkas Nina Kurnia Hikmawati.
***
Bandung, 27 April 2022
Gubernur juga berharap agar para Nonoman Sunda dilibatkan dan diberi sesi khusus dalam Road To Kongres Sunda 2020. Demikian juga mengenai tanggapan Provinsi Jawa Barat yang sudah tidak lagi wilayah Barat Pulau Jawa, karena yang paling barat sekarang ini adalah Provinsi Banten, dapat di agendakan dalam Kongres Sunda tersebut.
“Semoga dengan adanya Forum Sunda Ngahiji, yang merupakan hasil dari gempungan yang merupakan sebuah wadah informal yang dikoordinasikan oleh dua Kolaborator yaitu Dr. Nina Kurnia Hikmawati, SE., MM dan Prof. Dr. Kerri Lestari, M.Si. dapat menyatukan seluruh komponen kekuatan Sunda baik di Jawa Barat, Sunda Pangumbaraan di setiap provinsi maupun Sunda Diaspora di luar negeri. Berharap hasil dari Audiensi ini menjadikan tonggak sejarah untuk melanjutkan mulainya pergerakan menuju Kongres Sunda 2020, kebangkitan Masyarakat Sunda untuk rekomendasi kemajuan Masyarakat Sunda dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,“ demikian pungkas Nina Kurnia Hikmawati.
***
Berikut isi selengkapnya:
AUDIENSI FORUM SUNDA NGAHIJI DENGAN GUBERNUR JAWA BARAT
SELASA, 27 APRIL 2022
Istilah Sunda pada zaman dahulu dikenal dengan istilah “Sunda Besar” dan “Sunda Kecil”. Wilayah “Sunda Besar” mencakup empat pulau besar di Indonesia, yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Sementara untuk wilayah “Sunda Kecil” mencakup Kepulauan Kepulauan Nusa Tenggara yang mencakup Lombok, Bali dan pulau-pulau kecil sekitarnya, inilah yang dalam pengertian geologis dan geografis lama disebut sebagai Sunda Land. Sunda sebagai sebuah bangsa yang memiliki kerajaan adalah ketika Kerajaan Tarumanegara diganti namanya menjadi Kerajaan Sunda oleh Maharaja Tarusbawa sebagai trah Salakanagara, sementara trah Tarumanegara berpindah ke Kendan dan kemudian mendirikan Kerajaan Galuh. Kerajaan Galuh dan Sunda inilah merupakan dua Kemaharajaan yang masih bersaudara, yang pada masa Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dalam catatan Tomi Pires 1511-1513 M dikenal sebagai Sundanesse Kingdoms (Kemaharajaan Sunda) yang beribukota di Pakwan, yang kita kenal sebagai Kemaharajaan Pajajaran. Trah Raja Raja Salakanagara, Tarumanegara, Galuh dan Sunda merupakan cikal bakal Raja-Raja Nusantara baik Kutai Kertanegara, Sriwijaya, Mataram Hindu dan Majapahit.
Suku bangsa Sunda merupakan suku bangsa terbesar kedua di Indonesia. Sebagai salah satu suku bangsa besar di Indonesia seharusnyalah memiliki Eksistensi. Namun, eksistensi dari suku bangsa yang besar tersebut secara perlahan semakin hilang, diantaranya problematika saat ini adalah eksistensi suku Sunda yang kalah saing dengan suku bangsa lainnya. Baik dari Angka Partisipasi Kasar (APK) di Jawa Barat, begitu halnya dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) belum lagi ditambah dengan data kerusakan lingkungan dan rendahnya kesadaran masyarakat Sunda untuk menjaga budayanya sendiri selain seiring dengan masuknya budaya-budaya luar serta perkembangan zaman, serta kenyataannya, suku Sunda saat ini punya banyak persoalan-persoalan yang mencuat ke permukaan.
Dari segi bahasa dan tradisi, orang Sunda mulai banyak yang meninggalkan bahasa Sunda sebagai bahasa komunikasinya. Dan kesadaran masyarakat Sunda untuk sadar menjaga budayanya sangat kurang. Hal ini dibuktikan dengan diperkirakan sekitar 500 jenis kesenian Sunda hampir punah karena tidak ada regenerasi pemainnya. Ciri sikap sejati dari manusia Sunda pun sudah sangat sulit ditemui dalam sikap keseharian masyarakat Sunda zaman kiwari. Apabila dibiarkan, dikhawatirkan bisa jadi nama besar Sunda ke depan hanya bisa dikenang dan diketahui dalam buku-buku sejarah.
Ketika sebuah bangsa menghendaki agar menjadi bangsa pemenang dimasa yang akan datang, maka bangsa itu harus mempersiapkan sebuah generasi muda yang memiliki kualitas jauh lebih unggul di banding bangsa yang lain. Kualitas manusia dibentuk oleh kebudayaan sebuah bangsa. Generasi muda yang unggul, hingga generasi itu sanggup bertarung di era global dan menjadi pemenang dalam peradaban pada masa yang akan datang. Disinilah pentingnya sebuah suku bangsa merumuskan jati dirinya lalu membangun strategi kebudayaannya agar bisa membangun peradaban unggul dalam persaingan antar suku bangsa di Nusantara juga dengan bangsa-bangsa lainnya di seluruh dunia. Kemajuan sebuah bangsa dan negara tergantung pada kemampuan adaptifnya menjawab tantangan zamannya, melakukan strategi kompetitip dan kolaboratif untuk tetap eksis sebagai suku bangsa yang dihargai. Visi Sunda Mulya dan Nusantara Jaya, yang artinya Sunda yang dihargai oleh suku bangsa lainnya sebagaimana cita-cita Oto Iskandar di Nata dan bersama maju, maju bersama dengan suku bangsa lainnya sebagaimana cita-cita Ir. Djuanda Kartawijaya, merupakan visi yang harus kita turunkan menjadi strategi dan program aksi ke depan.
Dalam Siksa Kanda Ng Karesian ditegaskan bahwa kemajuan dan kejayaan bangsa Sunda bisa dibangun bila ada sinergisitas antara tiga fungsi struktur sosial Sunda yaitu Karamaan (Kasepuhan), Karesian (Para Cendikiawan/Ahli) dan Karatuan (Eksekutif). Dijelaskan lebih lanjut bahwa “jagad daranan di sang rama: (memastikan terciptanya harapan kemakmuran). Rama bersikap Gurat Lemah (Tanah) teguh dalam mempertahankan fungsi tanah dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat. Konsep Rama secara diksi memiliki konteks sebagai pamong (ayah) sebagai Institusi yang memastikan pengelolaan kekayaan alam dan tata kelola sosial kemasyarakatan ada dalam pembinaan dan pengasuhnya, maka tidak salah bila Kasepuhan atau Rama menjadi “Gunung Pananggeuhan” (Board of Trusty), bagi masyarakat Tatar Sunda dalam menjalankan berbagai macam ragam dinamika kehidupannya baik di sarakannya, di konteks negara maupun dalam konteks dunia, disinilah makna pentingnya terbentuknya Kasepuhan Tatar Sunda sebagai struktur sosial yang penting sebagaimana masih ada dan dibangun dibanyak suku bangsa lain di Nusantara.
Para tokoh senior berkewajiban melakukan pandampingan dengan kesasmitaan dan kewaskitaan kepada generasi selanjutnya sekaligus kami bertugas melakukan transformasi ilmu, pengetahuan, pengalaman, dan jaringan kepada generasi-generasi selanjutnya agar terjadi estafet kepemimpinan sosial di masa depan yang lebih tangguh dan unggul serta bermartabat (mulia).
Wacana pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda merupakan proses sosial berulang yang berkali-kali dicoba diteguhkan sejak tahun 1950-an dan terakhir dicoba diwujudkan dalam pengorganisasian di Badan Musyawarah Masyarakat Sunda sebagaimana tercantum dalam rancang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya. Pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda yang diwacanakan kembali pada tahun 2020 merupakan suatu tuntutan dari kaum muda tentang realitas pentingnya suatu struktur sosial kemasyarakatan dan kebudayaan agar Sunda menjadi punya marwah dan akhirnya punya posisi tawar yang optimal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mengulang proses sosial pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda ini, akhirnya tahun 2021 berhasil membangun komitmen 11 Tokoh Paripurna untuk menjadi Tokoh-Tokoh yang bergabung dalam Kasepuhan Tatar Sunda. Modal awal ini tentunya tidak cukup, mengingat multi polar dan multi pilarnya keragaman potensi tokoh-tokoh senior Sunda maka jumlah tokoh-tokoh di Kasepuhan Tatar Sunda ini perlu terus ditambah dengan prinsip saling merekomendasi, agar yang terbangun adalah Kasepuhan yang solid dan berkomitmen tinggi.
Menyadari bahwa pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda menjadi Paguyuban atau Forum Adat yang sempurna dan solid masih memerlukan proses sosial dan kebudayaan yang harus dilewati fase-fase dan tahap-tahapnya, termasuk mengajak tokoh-tokoh Tatar Sunda lainnya untuk turut bergabung menyamakan hati pikiran dan frekuensinya, sehingga wacana ini diharapkan menjadi nyata yang dapat menjadi Gunung Pananggeuhan urang Sunda dalam menghadapi tantangan zamannya yang penuh disrupsi.
Dr. Nina Kurnia Hikmawati menyampaikan bahwa salah satunya dengan membentuk Forum Sunda Ngahiji adalah untuk menindaklanjuti informasi dari Bapak Gubernur ketika pertemuan di Paguyuban Pasundan beberapa bulan yang lalu agar masyarakat Sunda Ngahiji, maka untuk merespon statement tersebut kami menyelenggarakan beberapa pertemuan-pertemuan kasepuhan. Dan tentunya forum ini pun ingin bersama sama rempug jukung sauyunan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yaitu dengan Gubernur Jawa Barat serta dengan legislatif dan eksekutif nasional lainnya.
Sehingga selanjutnya dilakukan pertemuan para kasepuhan di rumah Ceu Popong di Bandung 28 Februari 2022 yang menghasilkan kesimpulan bahwa sepakat membuat sebuah Forum Sunda Ngahiji yang informal, dimana dengan adanya Gempungan atau forum diharapkan menjawab kebutuhan wadah bersatunya Masyarakat Sunda, dan berharap ke depan ada konduktor Forum lebih besar lagi untuk pembenahan di Sunda dari tata bahasa, budaya dan hal lainnya yang strategis melalui rekomendasi baik secara provinsi maupun secara nasional Internasional yang berjalan lancar dan berkoordinasi dengan berbagai organisasi yang ada di tatar Sunda baik nonoman maupun yang senior dan lengkap kewilayahan dan patsum kesundaan. Kesepakatan yang lain adalah bahwa Forum Sunda Ngahiji dikoordinasikan oleh dua Kolabor yaitu Dr. Nina kurnia Hikmawati, dan Prof. Dr. Kerry Lestary, M.Si., Apt.
Tindak lanjut kemudian dilakukan audiensi bersama Gubernur Jawa Barat pada hari Selasa, 27 April 2022 di Gedung Pakuan Bandung dengan agenda :
I. Menyampaikan keberadaan FORUM SUNDA NGAHIJI,
II. Arahan dan masukan Bapak Gubernur dan meminta masuk kedalam Forum Sunda Ngahiji bersama sama dengan berbagai elemen Sunda baik nasional dan diaspora untuk memberikan Rekomendasi Positif kemajuan Sunda serta Bangsa dan Negara RI.
III. Menyampaikan Agenda ROAD TO KONGRES SUNDA dan kegiatan-kegiatan lainnya diantarnya :
(1) Silaturahmi Idul Fitri para tokoh-tokoh Tatar Sunda
(2) Silaturahmi Idul Fitri Perantauan Sunda Sadunia di Bandung
(3) Webinar Diaspora Sunda 5 Benua dengan Tema : Kamelang jeung Katineung ka Lemah Cai.
(4) Sosialisasi Road To Kongres Sunda ke Lembaga dan Organisasi Kasundaan dari seluruh
Jawa Barat, nasional dan diaspora
(5) Persiapan kegiatan dan diskusi lainnya yang menyangkut :
1. Kegiatan Adeg-adegan Tangtungan Sunda
2. Sunda Sarakan Dan Nagara
3. Rekomendasi Kepemimpinan Nasional asal orang Sunda dari Masyarakat Sunda dan rekomendasi lainnya yang masuk dalam berbagai agenda kegiatan Road To Kongres Sunda 2022 dan Kongres Sunda 2022
IV. AGENDA KONGRES SUNDA 2022
AUDIENSI FORUM SUNDA NGAHIJI DENGAN GUBERNUR JAWA BARAT
SELASA, 27 APRIL 2022
Istilah Sunda pada zaman dahulu dikenal dengan istilah “Sunda Besar” dan “Sunda Kecil”. Wilayah “Sunda Besar” mencakup empat pulau besar di Indonesia, yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Sementara untuk wilayah “Sunda Kecil” mencakup Kepulauan Kepulauan Nusa Tenggara yang mencakup Lombok, Bali dan pulau-pulau kecil sekitarnya, inilah yang dalam pengertian geologis dan geografis lama disebut sebagai Sunda Land. Sunda sebagai sebuah bangsa yang memiliki kerajaan adalah ketika Kerajaan Tarumanegara diganti namanya menjadi Kerajaan Sunda oleh Maharaja Tarusbawa sebagai trah Salakanagara, sementara trah Tarumanegara berpindah ke Kendan dan kemudian mendirikan Kerajaan Galuh. Kerajaan Galuh dan Sunda inilah merupakan dua Kemaharajaan yang masih bersaudara, yang pada masa Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dalam catatan Tomi Pires 1511-1513 M dikenal sebagai Sundanesse Kingdoms (Kemaharajaan Sunda) yang beribukota di Pakwan, yang kita kenal sebagai Kemaharajaan Pajajaran. Trah Raja Raja Salakanagara, Tarumanegara, Galuh dan Sunda merupakan cikal bakal Raja-Raja Nusantara baik Kutai Kertanegara, Sriwijaya, Mataram Hindu dan Majapahit.
Suku bangsa Sunda merupakan suku bangsa terbesar kedua di Indonesia. Sebagai salah satu suku bangsa besar di Indonesia seharusnyalah memiliki Eksistensi. Namun, eksistensi dari suku bangsa yang besar tersebut secara perlahan semakin hilang, diantaranya problematika saat ini adalah eksistensi suku Sunda yang kalah saing dengan suku bangsa lainnya. Baik dari Angka Partisipasi Kasar (APK) di Jawa Barat, begitu halnya dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) belum lagi ditambah dengan data kerusakan lingkungan dan rendahnya kesadaran masyarakat Sunda untuk menjaga budayanya sendiri selain seiring dengan masuknya budaya-budaya luar serta perkembangan zaman, serta kenyataannya, suku Sunda saat ini punya banyak persoalan-persoalan yang mencuat ke permukaan.
Dari segi bahasa dan tradisi, orang Sunda mulai banyak yang meninggalkan bahasa Sunda sebagai bahasa komunikasinya. Dan kesadaran masyarakat Sunda untuk sadar menjaga budayanya sangat kurang. Hal ini dibuktikan dengan diperkirakan sekitar 500 jenis kesenian Sunda hampir punah karena tidak ada regenerasi pemainnya. Ciri sikap sejati dari manusia Sunda pun sudah sangat sulit ditemui dalam sikap keseharian masyarakat Sunda zaman kiwari. Apabila dibiarkan, dikhawatirkan bisa jadi nama besar Sunda ke depan hanya bisa dikenang dan diketahui dalam buku-buku sejarah.
Ketika sebuah bangsa menghendaki agar menjadi bangsa pemenang dimasa yang akan datang, maka bangsa itu harus mempersiapkan sebuah generasi muda yang memiliki kualitas jauh lebih unggul di banding bangsa yang lain. Kualitas manusia dibentuk oleh kebudayaan sebuah bangsa. Generasi muda yang unggul, hingga generasi itu sanggup bertarung di era global dan menjadi pemenang dalam peradaban pada masa yang akan datang. Disinilah pentingnya sebuah suku bangsa merumuskan jati dirinya lalu membangun strategi kebudayaannya agar bisa membangun peradaban unggul dalam persaingan antar suku bangsa di Nusantara juga dengan bangsa-bangsa lainnya di seluruh dunia. Kemajuan sebuah bangsa dan negara tergantung pada kemampuan adaptifnya menjawab tantangan zamannya, melakukan strategi kompetitip dan kolaboratif untuk tetap eksis sebagai suku bangsa yang dihargai. Visi Sunda Mulya dan Nusantara Jaya, yang artinya Sunda yang dihargai oleh suku bangsa lainnya sebagaimana cita-cita Oto Iskandar di Nata dan bersama maju, maju bersama dengan suku bangsa lainnya sebagaimana cita-cita Ir. Djuanda Kartawijaya, merupakan visi yang harus kita turunkan menjadi strategi dan program aksi ke depan.
Dalam Siksa Kanda Ng Karesian ditegaskan bahwa kemajuan dan kejayaan bangsa Sunda bisa dibangun bila ada sinergisitas antara tiga fungsi struktur sosial Sunda yaitu Karamaan (Kasepuhan), Karesian (Para Cendikiawan/Ahli) dan Karatuan (Eksekutif). Dijelaskan lebih lanjut bahwa “jagad daranan di sang rama: (memastikan terciptanya harapan kemakmuran). Rama bersikap Gurat Lemah (Tanah) teguh dalam mempertahankan fungsi tanah dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat. Konsep Rama secara diksi memiliki konteks sebagai pamong (ayah) sebagai Institusi yang memastikan pengelolaan kekayaan alam dan tata kelola sosial kemasyarakatan ada dalam pembinaan dan pengasuhnya, maka tidak salah bila Kasepuhan atau Rama menjadi “Gunung Pananggeuhan” (Board of Trusty), bagi masyarakat Tatar Sunda dalam menjalankan berbagai macam ragam dinamika kehidupannya baik di sarakannya, di konteks negara maupun dalam konteks dunia, disinilah makna pentingnya terbentuknya Kasepuhan Tatar Sunda sebagai struktur sosial yang penting sebagaimana masih ada dan dibangun dibanyak suku bangsa lain di Nusantara.
Para tokoh senior berkewajiban melakukan pandampingan dengan kesasmitaan dan kewaskitaan kepada generasi selanjutnya sekaligus kami bertugas melakukan transformasi ilmu, pengetahuan, pengalaman, dan jaringan kepada generasi-generasi selanjutnya agar terjadi estafet kepemimpinan sosial di masa depan yang lebih tangguh dan unggul serta bermartabat (mulia).
Wacana pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda merupakan proses sosial berulang yang berkali-kali dicoba diteguhkan sejak tahun 1950-an dan terakhir dicoba diwujudkan dalam pengorganisasian di Badan Musyawarah Masyarakat Sunda sebagaimana tercantum dalam rancang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya. Pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda yang diwacanakan kembali pada tahun 2020 merupakan suatu tuntutan dari kaum muda tentang realitas pentingnya suatu struktur sosial kemasyarakatan dan kebudayaan agar Sunda menjadi punya marwah dan akhirnya punya posisi tawar yang optimal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mengulang proses sosial pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda ini, akhirnya tahun 2021 berhasil membangun komitmen 11 Tokoh Paripurna untuk menjadi Tokoh-Tokoh yang bergabung dalam Kasepuhan Tatar Sunda. Modal awal ini tentunya tidak cukup, mengingat multi polar dan multi pilarnya keragaman potensi tokoh-tokoh senior Sunda maka jumlah tokoh-tokoh di Kasepuhan Tatar Sunda ini perlu terus ditambah dengan prinsip saling merekomendasi, agar yang terbangun adalah Kasepuhan yang solid dan berkomitmen tinggi.
Menyadari bahwa pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda menjadi Paguyuban atau Forum Adat yang sempurna dan solid masih memerlukan proses sosial dan kebudayaan yang harus dilewati fase-fase dan tahap-tahapnya, termasuk mengajak tokoh-tokoh Tatar Sunda lainnya untuk turut bergabung menyamakan hati pikiran dan frekuensinya, sehingga wacana ini diharapkan menjadi nyata yang dapat menjadi Gunung Pananggeuhan urang Sunda dalam menghadapi tantangan zamannya yang penuh disrupsi.
Dr. Nina Kurnia Hikmawati menyampaikan bahwa salah satunya dengan membentuk Forum Sunda Ngahiji adalah untuk menindaklanjuti informasi dari Bapak Gubernur ketika pertemuan di Paguyuban Pasundan beberapa bulan yang lalu agar masyarakat Sunda Ngahiji, maka untuk merespon statement tersebut kami menyelenggarakan beberapa pertemuan-pertemuan kasepuhan. Dan tentunya forum ini pun ingin bersama sama rempug jukung sauyunan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yaitu dengan Gubernur Jawa Barat serta dengan legislatif dan eksekutif nasional lainnya.
Sehingga selanjutnya dilakukan pertemuan para kasepuhan di rumah Ceu Popong di Bandung 28 Februari 2022 yang menghasilkan kesimpulan bahwa sepakat membuat sebuah Forum Sunda Ngahiji yang informal, dimana dengan adanya Gempungan atau forum diharapkan menjawab kebutuhan wadah bersatunya Masyarakat Sunda, dan berharap ke depan ada konduktor Forum lebih besar lagi untuk pembenahan di Sunda dari tata bahasa, budaya dan hal lainnya yang strategis melalui rekomendasi baik secara provinsi maupun secara nasional Internasional yang berjalan lancar dan berkoordinasi dengan berbagai organisasi yang ada di tatar Sunda baik nonoman maupun yang senior dan lengkap kewilayahan dan patsum kesundaan. Kesepakatan yang lain adalah bahwa Forum Sunda Ngahiji dikoordinasikan oleh dua Kolabor yaitu Dr. Nina kurnia Hikmawati, dan Prof. Dr. Kerry Lestary, M.Si., Apt.
Tindak lanjut kemudian dilakukan audiensi bersama Gubernur Jawa Barat pada hari Selasa, 27 April 2022 di Gedung Pakuan Bandung dengan agenda :
I. Menyampaikan keberadaan FORUM SUNDA NGAHIJI,
II. Arahan dan masukan Bapak Gubernur dan meminta masuk kedalam Forum Sunda Ngahiji bersama sama dengan berbagai elemen Sunda baik nasional dan diaspora untuk memberikan Rekomendasi Positif kemajuan Sunda serta Bangsa dan Negara RI.
III. Menyampaikan Agenda ROAD TO KONGRES SUNDA dan kegiatan-kegiatan lainnya diantarnya :
(1) Silaturahmi Idul Fitri para tokoh-tokoh Tatar Sunda
(2) Silaturahmi Idul Fitri Perantauan Sunda Sadunia di Bandung
(3) Webinar Diaspora Sunda 5 Benua dengan Tema : Kamelang jeung Katineung ka Lemah Cai.
(4) Sosialisasi Road To Kongres Sunda ke Lembaga dan Organisasi Kasundaan dari seluruh
Jawa Barat, nasional dan diaspora
(5) Persiapan kegiatan dan diskusi lainnya yang menyangkut :
1. Kegiatan Adeg-adegan Tangtungan Sunda
2. Sunda Sarakan Dan Nagara
3. Rekomendasi Kepemimpinan Nasional asal orang Sunda dari Masyarakat Sunda dan rekomendasi lainnya yang masuk dalam berbagai agenda kegiatan Road To Kongres Sunda 2022 dan Kongres Sunda 2022
IV. AGENDA KONGRES SUNDA 2022
Bandung, 27 April 2022
Nina Kurnia Hikmawati
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment