Wednesday, August 25, 2021
Prof. Nanang Tiyas Puspito: Generasi Muda, Ingatlah Bahaya Korupsi !
Seluruh peserta berpose bersama di Lapang Persahabatan Asia Afrika di Kawasan Ekowisata dan Budaya Alam Santosa, Pasir Impun, Cimenyan Kab. Bandung |
Nuansa baru peringatan detik-detik Kemerdekaan RI ke-76 pada 17 Agustus 2021 di tengah suasana pandemi Covid -19, di Kawasan Ekowisata dan Budaya Alam Santosa di Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung yang dikoordinir Ketua DPP Gerakan Hejo yang juga Sekjen BOMA (Baresan Olot Masyarakat Adat) Jawa Barat, Eka Santosa. Secara umum gelarannya berlangsung khidmat dan semarak dengan prokes yang ketat. Kesemarakan itu bertambah dengan hadirnya maestro pelukis Umar Sumarta (73) didampingi kolektornya Djen Himawan. Dan di akhir sesi Umar Sumarta sempat melukis secara spontan, dengan judul ‘Semar Kuncung Pakuning Alam’ (60 X 80 cm, acrylic on canvas)
Selain itu, “Yang spesial hari ini inspektur upacaranya Dr. Abdy Yuhana, SH., MH anggota DPRD Jabar. Ini sebuah kehormatan dari DPP Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI), Prof. Dr. Nanang Tyas Puspito. Kita tahu Pak Nanang Tyas yang juga guru besar dari Teknik Geofisika ITB, sempat memberi wejangan tentang Pendidikan dan pencegahan korupsi, seusai kegiatan sakral ini,” jelas Eka Santosa sambil menambahkan – “Di tengah kemerdekaan ini, masihlah kita perlu mengingatkan betapa bahayanya praktik korupsi, utamanya bagi generasi muda.”
Ditelaah lebih jauh ucapan Eka Santosa yang terakhir itu merujuk pada ujaran dari Nanang Tyas sebelumnya masih di acara ini, yakni pentingnya entitas di negeri kita: ”Kehidupan bernegara yang bebas dari KKN apalagi korupsi adalah salah satu amanat penting dari reformasi 1998. Ke depan harus terus dijaga dan dikembangkan.”
Pantauan di lapangan, upacara yang terbilang khas karena secara spontan diikuti berbagai elemen masyarakat seperti dari unsur pendidikan di antaranya FAGI (Forum Aksi Guru Indonesia), pencinta lingkungan ZABRA yang berdiri sejak 14 Februari 1982 diinisiasi 9 mahasiswa AIK Bandung, perwakilan warga di sekitar Kecamatan Cimenyan, representasi warga peduli sampah yang meluncurkan mesin ramah lingkungan StungtaXPindad dari Hejotekno, belakangan dihadiri juga oleh anggota PA GMNI lainnya seperti Syarif Bastaman, Andi Talman Nitidisastra, dan mantan Ketua KPU Jabar, Adiyana Slamet Ketua KPID Jabar, Yayat Hidayat, plus Pam Riadi yang membawa beberapa krew pembuatan film Kabayan Milenial yang dimotori aktor Ki Daus.
“Suasana seperti inilah yang kami inginkan. Masing-masing pihak, merasa bersatu di Alam Santosa tanpa ada sekat, tadi ada para guru dan itu pelukis Umar Sumarta ternyata dulunya guru juga ya? Yang penting, Indonesia itu satu!” kata Agus Warsito, Sekjen DPP Gerakan Hejo.
Selain itu, “Yang spesial hari ini inspektur upacaranya Dr. Abdy Yuhana, SH., MH anggota DPRD Jabar. Ini sebuah kehormatan dari DPP Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI), Prof. Dr. Nanang Tyas Puspito. Kita tahu Pak Nanang Tyas yang juga guru besar dari Teknik Geofisika ITB, sempat memberi wejangan tentang Pendidikan dan pencegahan korupsi, seusai kegiatan sakral ini,” jelas Eka Santosa sambil menambahkan – “Di tengah kemerdekaan ini, masihlah kita perlu mengingatkan betapa bahayanya praktik korupsi, utamanya bagi generasi muda.”
Ditelaah lebih jauh ucapan Eka Santosa yang terakhir itu merujuk pada ujaran dari Nanang Tyas sebelumnya masih di acara ini, yakni pentingnya entitas di negeri kita: ”Kehidupan bernegara yang bebas dari KKN apalagi korupsi adalah salah satu amanat penting dari reformasi 1998. Ke depan harus terus dijaga dan dikembangkan.”
Pantauan di lapangan, upacara yang terbilang khas karena secara spontan diikuti berbagai elemen masyarakat seperti dari unsur pendidikan di antaranya FAGI (Forum Aksi Guru Indonesia), pencinta lingkungan ZABRA yang berdiri sejak 14 Februari 1982 diinisiasi 9 mahasiswa AIK Bandung, perwakilan warga di sekitar Kecamatan Cimenyan, representasi warga peduli sampah yang meluncurkan mesin ramah lingkungan StungtaXPindad dari Hejotekno, belakangan dihadiri juga oleh anggota PA GMNI lainnya seperti Syarif Bastaman, Andi Talman Nitidisastra, dan mantan Ketua KPU Jabar, Adiyana Slamet Ketua KPID Jabar, Yayat Hidayat, plus Pam Riadi yang membawa beberapa krew pembuatan film Kabayan Milenial yang dimotori aktor Ki Daus.
“Suasana seperti inilah yang kami inginkan. Masing-masing pihak, merasa bersatu di Alam Santosa tanpa ada sekat, tadi ada para guru dan itu pelukis Umar Sumarta ternyata dulunya guru juga ya? Yang penting, Indonesia itu satu!” kata Agus Warsito, Sekjen DPP Gerakan Hejo.
Dedikasi maestro pelukis Umar Sumarta spontan berkarya di Lapang Asia AFrika di Kawsan Ekowisata dan Budaya Alam Santosa |
Nanang Tyas & Abdi Yuhana
Sementara itu Nanang Tyas yang dalam 12 tahun terakhir ini kerap bergelut dalam gerakan pendidikan anti korupsi khususnya di kalangan generasi muda mengutarakan optimis. Katanya, sejauh mereka dibekali dan diingatkan betapa bahayanya perilaku korupsi: “Korupsi kecil-kecilan seperti selalu telat pergi ke sekolah, atau perilaku lainnya yang tak terpuji, perlu terus diingatkan. Saya suka memberi kuliah tak tepat waktu, ini juga korupsi. Fenomena ini perlu dihilangkan agar kita menjadi negara yang efisien, dan efektif dalam segala program pembangunannya. Karena itu, generasi muda, ingatlah selalu akan bahaya korupsi!
Sementara itu Nanang Tyas yang dalam 12 tahun terakhir ini kerap bergelut dalam gerakan pendidikan anti korupsi khususnya di kalangan generasi muda mengutarakan optimis. Katanya, sejauh mereka dibekali dan diingatkan betapa bahayanya perilaku korupsi: “Korupsi kecil-kecilan seperti selalu telat pergi ke sekolah, atau perilaku lainnya yang tak terpuji, perlu terus diingatkan. Saya suka memberi kuliah tak tepat waktu, ini juga korupsi. Fenomena ini perlu dihilangkan agar kita menjadi negara yang efisien, dan efektif dalam segala program pembangunannya. Karena itu, generasi muda, ingatlah selalu akan bahaya korupsi!
Merdeka Indonesia ke-76 tahun, namun belum merdeka dari fenomena merajalela korupsi di negeri ini |
Abdi Yuhana dalam wejangan singkat usai peringatan 17 Agustus yang menurutnya sangat spesial, dirinya menyatakan jadilah peran kita masing-masing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara idealnya, harus selalu dalam kategori yang baik.
“Disini banyak yang menjadi guru termasuk pelukis Pak Umar Sumarta, jadilah guru yang baik. Begitu pun bila menjadi budayawan, jadilah budayawan yang baik. Lalu bila menjadi politisi, jadilah politisi yang baik, meskipun hal itu sulit terjadi,” ujarnya sambil tersenyum yang disambut hadirin dengan sedikit tertawa, yang akhirnya ditutup pekik merdeka! Merdeka Bung !!! (Rls/Asep GP.)***
Tatarjabar.com
August 25, 2021
CB Blogger
Indonesia“Disini banyak yang menjadi guru termasuk pelukis Pak Umar Sumarta, jadilah guru yang baik. Begitu pun bila menjadi budayawan, jadilah budayawan yang baik. Lalu bila menjadi politisi, jadilah politisi yang baik, meskipun hal itu sulit terjadi,” ujarnya sambil tersenyum yang disambut hadirin dengan sedikit tertawa, yang akhirnya ditutup pekik merdeka! Merdeka Bung !!! (Rls/Asep GP.)***
Mengintip Agustusan 2021 di Alam Santosa
Posted by
Tatarjabar.com on Wednesday, August 25, 2021
Prof. Nanang Tiyas Puspito: Generasi Muda, Ingatlah Bahaya Korupsi !Seluruh peserta berpose bersama di Lapang Persahabatan Asia Afrika di Kawasan Ekowisata dan Budaya Alam Santosa, Pasir Impun, Cimenyan Kab. Bandung |
Nuansa baru peringatan detik-detik Kemerdekaan RI ke-76 pada 17 Agustus 2021 di tengah suasana pandemi Covid -19, di Kawasan Ekowisata dan Budaya Alam Santosa di Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung yang dikoordinir Ketua DPP Gerakan Hejo yang juga Sekjen BOMA (Baresan Olot Masyarakat Adat) Jawa Barat, Eka Santosa. Secara umum gelarannya berlangsung khidmat dan semarak dengan prokes yang ketat. Kesemarakan itu bertambah dengan hadirnya maestro pelukis Umar Sumarta (73) didampingi kolektornya Djen Himawan. Dan di akhir sesi Umar Sumarta sempat melukis secara spontan, dengan judul ‘Semar Kuncung Pakuning Alam’ (60 X 80 cm, acrylic on canvas)
Selain itu, “Yang spesial hari ini inspektur upacaranya Dr. Abdy Yuhana, SH., MH anggota DPRD Jabar. Ini sebuah kehormatan dari DPP Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI), Prof. Dr. Nanang Tyas Puspito. Kita tahu Pak Nanang Tyas yang juga guru besar dari Teknik Geofisika ITB, sempat memberi wejangan tentang Pendidikan dan pencegahan korupsi, seusai kegiatan sakral ini,” jelas Eka Santosa sambil menambahkan – “Di tengah kemerdekaan ini, masihlah kita perlu mengingatkan betapa bahayanya praktik korupsi, utamanya bagi generasi muda.”
Ditelaah lebih jauh ucapan Eka Santosa yang terakhir itu merujuk pada ujaran dari Nanang Tyas sebelumnya masih di acara ini, yakni pentingnya entitas di negeri kita: ”Kehidupan bernegara yang bebas dari KKN apalagi korupsi adalah salah satu amanat penting dari reformasi 1998. Ke depan harus terus dijaga dan dikembangkan.”
Pantauan di lapangan, upacara yang terbilang khas karena secara spontan diikuti berbagai elemen masyarakat seperti dari unsur pendidikan di antaranya FAGI (Forum Aksi Guru Indonesia), pencinta lingkungan ZABRA yang berdiri sejak 14 Februari 1982 diinisiasi 9 mahasiswa AIK Bandung, perwakilan warga di sekitar Kecamatan Cimenyan, representasi warga peduli sampah yang meluncurkan mesin ramah lingkungan StungtaXPindad dari Hejotekno, belakangan dihadiri juga oleh anggota PA GMNI lainnya seperti Syarif Bastaman, Andi Talman Nitidisastra, dan mantan Ketua KPU Jabar, Adiyana Slamet Ketua KPID Jabar, Yayat Hidayat, plus Pam Riadi yang membawa beberapa krew pembuatan film Kabayan Milenial yang dimotori aktor Ki Daus.
“Suasana seperti inilah yang kami inginkan. Masing-masing pihak, merasa bersatu di Alam Santosa tanpa ada sekat, tadi ada para guru dan itu pelukis Umar Sumarta ternyata dulunya guru juga ya? Yang penting, Indonesia itu satu!” kata Agus Warsito, Sekjen DPP Gerakan Hejo.
Selain itu, “Yang spesial hari ini inspektur upacaranya Dr. Abdy Yuhana, SH., MH anggota DPRD Jabar. Ini sebuah kehormatan dari DPP Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI), Prof. Dr. Nanang Tyas Puspito. Kita tahu Pak Nanang Tyas yang juga guru besar dari Teknik Geofisika ITB, sempat memberi wejangan tentang Pendidikan dan pencegahan korupsi, seusai kegiatan sakral ini,” jelas Eka Santosa sambil menambahkan – “Di tengah kemerdekaan ini, masihlah kita perlu mengingatkan betapa bahayanya praktik korupsi, utamanya bagi generasi muda.”
Ditelaah lebih jauh ucapan Eka Santosa yang terakhir itu merujuk pada ujaran dari Nanang Tyas sebelumnya masih di acara ini, yakni pentingnya entitas di negeri kita: ”Kehidupan bernegara yang bebas dari KKN apalagi korupsi adalah salah satu amanat penting dari reformasi 1998. Ke depan harus terus dijaga dan dikembangkan.”
Pantauan di lapangan, upacara yang terbilang khas karena secara spontan diikuti berbagai elemen masyarakat seperti dari unsur pendidikan di antaranya FAGI (Forum Aksi Guru Indonesia), pencinta lingkungan ZABRA yang berdiri sejak 14 Februari 1982 diinisiasi 9 mahasiswa AIK Bandung, perwakilan warga di sekitar Kecamatan Cimenyan, representasi warga peduli sampah yang meluncurkan mesin ramah lingkungan StungtaXPindad dari Hejotekno, belakangan dihadiri juga oleh anggota PA GMNI lainnya seperti Syarif Bastaman, Andi Talman Nitidisastra, dan mantan Ketua KPU Jabar, Adiyana Slamet Ketua KPID Jabar, Yayat Hidayat, plus Pam Riadi yang membawa beberapa krew pembuatan film Kabayan Milenial yang dimotori aktor Ki Daus.
“Suasana seperti inilah yang kami inginkan. Masing-masing pihak, merasa bersatu di Alam Santosa tanpa ada sekat, tadi ada para guru dan itu pelukis Umar Sumarta ternyata dulunya guru juga ya? Yang penting, Indonesia itu satu!” kata Agus Warsito, Sekjen DPP Gerakan Hejo.
Dedikasi maestro pelukis Umar Sumarta spontan berkarya di Lapang Asia AFrika di Kawsan Ekowisata dan Budaya Alam Santosa |
Nanang Tyas & Abdi Yuhana
Sementara itu Nanang Tyas yang dalam 12 tahun terakhir ini kerap bergelut dalam gerakan pendidikan anti korupsi khususnya di kalangan generasi muda mengutarakan optimis. Katanya, sejauh mereka dibekali dan diingatkan betapa bahayanya perilaku korupsi: “Korupsi kecil-kecilan seperti selalu telat pergi ke sekolah, atau perilaku lainnya yang tak terpuji, perlu terus diingatkan. Saya suka memberi kuliah tak tepat waktu, ini juga korupsi. Fenomena ini perlu dihilangkan agar kita menjadi negara yang efisien, dan efektif dalam segala program pembangunannya. Karena itu, generasi muda, ingatlah selalu akan bahaya korupsi!
Sementara itu Nanang Tyas yang dalam 12 tahun terakhir ini kerap bergelut dalam gerakan pendidikan anti korupsi khususnya di kalangan generasi muda mengutarakan optimis. Katanya, sejauh mereka dibekali dan diingatkan betapa bahayanya perilaku korupsi: “Korupsi kecil-kecilan seperti selalu telat pergi ke sekolah, atau perilaku lainnya yang tak terpuji, perlu terus diingatkan. Saya suka memberi kuliah tak tepat waktu, ini juga korupsi. Fenomena ini perlu dihilangkan agar kita menjadi negara yang efisien, dan efektif dalam segala program pembangunannya. Karena itu, generasi muda, ingatlah selalu akan bahaya korupsi!
Merdeka Indonesia ke-76 tahun, namun belum merdeka dari fenomena merajalela korupsi di negeri ini |
Abdi Yuhana dalam wejangan singkat usai peringatan 17 Agustus yang menurutnya sangat spesial, dirinya menyatakan jadilah peran kita masing-masing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara idealnya, harus selalu dalam kategori yang baik.
“Disini banyak yang menjadi guru termasuk pelukis Pak Umar Sumarta, jadilah guru yang baik. Begitu pun bila menjadi budayawan, jadilah budayawan yang baik. Lalu bila menjadi politisi, jadilah politisi yang baik, meskipun hal itu sulit terjadi,” ujarnya sambil tersenyum yang disambut hadirin dengan sedikit tertawa, yang akhirnya ditutup pekik merdeka! Merdeka Bung !!! (Rls/Asep GP.)***
“Disini banyak yang menjadi guru termasuk pelukis Pak Umar Sumarta, jadilah guru yang baik. Begitu pun bila menjadi budayawan, jadilah budayawan yang baik. Lalu bila menjadi politisi, jadilah politisi yang baik, meskipun hal itu sulit terjadi,” ujarnya sambil tersenyum yang disambut hadirin dengan sedikit tertawa, yang akhirnya ditutup pekik merdeka! Merdeka Bung !!! (Rls/Asep GP.)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment