Home
» Seni Budaya
» Seniman Motekar Iman Jimbot : Seniman lebih Baik Berkarya Daripada Meminta-Minta!
Thursday, May 20, 2021
Napak Jagat Pasundan, Pakeun Ngahirup Huripkeun Seni Budaya Pasundan (Foto Dok pribadi Jimbot) |
Adalah Iman Jimbot Sang Musisi Eskperimental Sunda yang sudah melanglangbuana, magelaran di 27 Negara. Karya-karya komposisi hebatnya dalam memadukan musik tradisional Sunda dengan berbagai genre musik buktinya bisa kita saksikan di IG. Ada Konser Tunggal “Torotot Jombot ti Sunda ka Jomantara” (suara/musik Jimbot Trah Sunda membahana ke Mancanagara, judul tersebut khusus dibuat oleh Budayawan Sunda Prof. Ganjar Kurnia dan HaWe Setiawan), yang digagas Super Music ID, Djarum Super. Yang lainnya ada juga “Torotot Jimbot Goes to Mall “(2018), serta Album Perdana “Jimbot and Friends” (2017), dsb.
Musisi Sunda yang pernah memeriahkan Idul Fitri 1439 H yang digelar KBRI London Inggris (15/6 2018) dan sebelumnya (2016) tampil di acara week end di tepian Sungai Thames tersebut, memang piawai mengkolaborasikan alat musik tradisional Sunda (pentatonis) yang dikuasainya seperti kecapi, suling, kendang, gamelan, termasuk ngahaleuang/vocal, dengan alat-alat musik modern (diatonis) seperti gitar, keyboard, saxophone, dsb. Lihat saja penampilannya bersama Karinding Atack sejak 2008, Saraswati Music, dan kolaborasi-kolaborasi lainnya.
Ya, seniman bernama asli Iman Rohman ini memang musisi kreatif bertalenta tinggi. Kalau dulu di Karakatau Band ada musisi Sunda Hebat Kang Yoyon Darsono dan Kang Ade Rudiana, sekarang ada Iman Jimbot sebagai generasi penerusnya.
(Foto Dok pribadi Jimbot) |
Darah seni Iman mengalir deras dari ayahnya yang pemain Kendang, Engkus Kusnadi, “Si Tangan Sarebu “. Dari ke-7 putra Endang. 4 laki-laki semuanya jadi seniman. Yang cikal/sulung Atep Gunawan lulusan SMKI (SMKN 10 Bandung) punya sanggar seni di Bekasi, yang kedua, Jajang Saefudin alumni ISBI Bandung, spesialis suling, memproduksi alat-alat musik Sunda seperti kecapi, suling, goong, gamelan, dsb, serta membuka toko alat kesenian di Purwakarta dan di Buah Batu Bandung. Yang ketiganya Iman “Jimbot” Rohman, dan yang bungsu Agus Sunandar, lulusan SMKI dan Unpad, aktif di Tim Kesenian Unpad sekarang mengembangkan alat-alat musik tradisonal Sunda seperti kakak-kakaknya. Ibunya pun, Ikah, rasa cinta terhadap seninya sangat kuat.
Menangkap Ikan di Selokan dan Jualan Bubur Ketika Terdampak Pandemi
Nah, kebetulan bertemu dengan Jimbot di rumah Guru Besar FSRD ITB Prof. Setiawan Sabana (Kang Wawan), di Garasi 10 Jalan Rebana 10 Bandung, yang tengah “sukuran” di ulang tahunnya yang ke -70 dan menggelar “ Renungan”, sambil ngabuburit (10/5/2021). Jimbot pun ikut “kaul” memberi kejutan dengan petikan kecapi dan gelik suling Sunda nya, sambil ngahaleuangkeun syair khusus pangwilujeng Milangkala.
Kang Wawan pun terharu mendapat surprise tersebut, tak menyangka katanya, kalau Jimbot hadir di Garasi 10. Maka sebagai rasa terima kasih, potongan pertama kue ulang tahun pun diberikannnya pada Iman Jimbot.
(Foto Dok pribadi Jimbot) |
(Foto Dok pribadi Jimbot) |
Ketika ngawangkong dengan wartawan, ada cerita menarik dari musisi motekar ini, ketika pertama kali dunia dilanda pandemi Covid-19, sebagaimana setiap orang, Jimbot pun sebagai seniman kena dampaknya, tak bisa manggung cari duit, segalanya jadi sulit, perekonomian jatuh pailit!
Tapi dasar banyak akal dan sudah terbiasa hidup sederhana di lembur (kampung) ditambah dididik pantang untuk jajaluk/mengemis. Kebetulan di rumahnya daerah Ciganitri banyak sawah dan kolam ikan, dan kebetulan Jimbot hobinya “Nyair Lauk” (menangkap ikan dengan sair). Maka tiap hari pun seniman yang sudah melanglang buana ini kekeceprekan (berbasah-basahan) di selokan mencari ikan sisa buangan banjir dari kolam.
Alhamdulillah, hasilnya pun bisa dijual atau dibagikan begitu saja ke tetangga dan Pak RW/RT, hingga mereka pun suka memberi timbal balik dengan memberi beras untuk Jimbot.
“Nah karena seniman dilarang manggung akibat pandemi dan dilockdown, ya sebagai gantinya saya manggung di susukan/selokan, menangkap ikan. Alhamdulillah setelah dijual atau dibagikan ke tetangga, saya jadi bisa makan,“ kenangnya. Selain itu, untuk survive di masa pandemi, Jimbot pun suka membantu tetangganya jualan bubur termasuk mencucikan mangkuknya.
Tapi pernah suatu ketika, tak ada seekor pun ikan yang ia dapat. Selagi bingung memikirkan bagaimana caranya agar dapurnya bisa ngebul, dia melihat tanaman kangkung yang banyak tumbuh liar dekat sawah. Maka diambilah secukupnya, dan sudah bertekad akan dijualnya ke salah satu anggota DPD RI Oni SOS (Oni Suwarman), seniornya ketika di SMKI dan Unpad.
Tampil di Garasi 10 (Foto Asep GP) |
Tapi ketika mau menjual kangkung tersebut, dia bingung, gak ada ongkos buat naik angkot, dari rumah ke kantor DPD di Jalan Mundinglaya, memang cukup jauh perlu ongkos tak sedikit. Tapi dia ingat motor pemberian Prof. Himendra Wargahadibrata (Rektor Unpad ke -9, Alm), yang sudah jarang ia pakai karena pajaknya mati, tidak dibayar. Jimbot memang pernah diberi duit untuk membeli motor yang cukup mahal sebagai hadiah pengabdian seninya kepada Unpad juga sebagai pengganti tidak berniat meneruskan kuliah seperti teman-temannya yang lain. Tapi anehnya dia malah lebih memilih motor murah dan mengembalikan sisa uangnya).
Akhirnya Jimbot pun terpaksa mengendarai “Si Dukun” Honda Fit S itu. Tapi dasar sial di dekat flyover Pasupati dia kena razia. Ketika ditanya kelengkapan surat-surat kendaraan, dia hanya nyengir. Pak Polisi pun dengan tegas akan memberi surat tilang. Tapi Iman berkata jujur, terpaksa memakai motor tersebut karena tidak punya duit untuk ongkos naik angkot. “Ini juga mau jual kangkung pak sama teman”, katanya sambil memeriksa ikatan kangkungnya yang tergantung di motornya. Pak Polisi pun akhirnya terenyuh, dia malah ngasih uang dan mempersilakan Jimbot untuk meneruskan perjalanannya menjual kangkung.
Intinya, kata Jimbot, Seniman jangan sampai jajaluk, mengemis. Harus motekar/kreatif menjual karya agar bisa menutupi kebutuhan ekonomi. Apalagi dimasa pandemi yang sudah menjadi musibah dunia.
Kolaborasi dengan Syarif Maulana (Foto Asep GP) |
“Saya mengajak kepada pelaku seni untuk terus berkarya, kata Prof. Setiawan tea mah, terus berkarya, berkarya, dan berkarya, itu kuncinya. Kalau pelaku seni ya harus kreatif berkeseniannya, begitu juga pedagang harus kreatif dalam berdagang, guru, PNS, siapa pun harus kreatif, jangan karena alasan pandemi kita jadi manja dan meminta-minta. Pandemi kan musibah bagi seluruh dunia, untuk melawan dampaknya ya harrus dengan kreativitas,“ tegasnya.
Jimbot pun membuktikannya, dia bergabung di “Napak Jagat Pasundan” (NJP) – program swasta Coklat Kita, jadi Duta Seni yang dikelola (EO) Enam CC, bersama Kang Ega Robot, Bob Ryan, Mpap Gondo yang dimentori Kang Pohang, Mang Saswi, Kang Doel Sumbang, dan Sandrina. “Pokoknya banyak pelaku seni yang dilibatkan di Napak Jagat Pasundan yang bertajuk Miang Tandang ini,” katanya bangga.
Ya gimana gak bangga, misi program NJP adalah menghidupkan kembali seni budaya Sunda yang ada di sanggar-sanggar daerah. Budaya yang ada di tiap daerah diangkat lagi lalu dipromosikan. “Ya istilahnya diartiskan lah sanggar-sanggar teh ku program Napak Jagat Pasundan mah,“ tambah Jimbot kelihatan gembira sekali dengan program ini.
Selain itu Jimbot juga banyak diundang jadi nara sumber talk show, obrolan warung kopi, dsb. Alhamdulillah dapurnya pun ngebul lagi tiap hari. “Perekonomian boleh turun terdampak pandemi, tapi mental kita jangan ikut turun, harus semangat, kita hadapi saja dengan kretivitas,” katanya penuh sukur.
Kini seniman kelahiran Desa Sindangherang, Kecamatan Panumbangan Ciamis 10 Agustus 1979 ini pun hidup bahagia bersama kedua putrinya (keduanya perempuan berumur 5 dan 2 tahun) dan istrinya Sulasmi asal Yoyga.
Tapi walau sudah jadi seniman ternama, Jimbot tak melupakan almamater yang telah membesarkannya SMKI (SMKN 10) Bandung dan terutama ketika aktif di Tim Kesenian Unpad yang kerap membawanya manggung di banyak Negara seperti Perancis, Australia-Polandia-Jepang-Korea- Malaysia dan negara lainnya.
“Di Unpad saya termotivasi dan banyak mendapatkan pelajaran tentang cara berkesenian. Dari zaman Rektor Unpad Pak Himendra hingga Pof. Ganjar Kurnia. Bersama Pak Himendra saya bisa sering manggung ke luar negeri dan di zaman Rektornya Prof. Ganjar Kurnia, saya bisa belajar mengelola kesenian karena tiap bulan Bale Rumawat Pajajaran rutin menggelar acara kesenian Sunda bersama seniman-seniman terkenalnya. Semua itu adalah “ilmu“ buat saya mah, “ katanya serius.
Sebelum menyudahi obrolannya, Jimbot berbisik dia akan mengeluarkan single nya yang berjudul “Indung” (Ibu) yang clipnya digarap secara teatrikal oleh beberapa penari. Konsep musik Rock n Roll kolaborasi dengan musik tradisional berdurasi 4 menit ini rencananya akan dirilis setelah lebaran, melihat sikon stabil pandemi Covid -19 dan arus mudik karena melibatkan beberapa sanggar seni di daerah, termasuk Musisi Sumedang serta Mega putra Kang Ibing.
“Ya itung-itung sebagai salam hormat dan pengobat rindu sama Ibu di kampung, karena sekarang kan dilarang mudik untuk mencegah penularan Corona. Selain itu, intinya saya juga ingin mengingatkan bahwa kita berjuang itu harus disertai doa ibu dan bapak. Terutama jangan sampai melupakan Indung/ Ibu kita, “ pungkasnya mengingatkan. (Asep GP)***
Seniman Motekar Iman Jimbot : Seniman lebih Baik Berkarya Daripada Meminta-Minta!
Posted by
Tatarjabar.com on Thursday, May 20, 2021
Napak Jagat Pasundan, Pakeun Ngahirup Huripkeun Seni Budaya Pasundan (Foto Dok pribadi Jimbot) |
Adalah Iman Jimbot Sang Musisi Eskperimental Sunda yang sudah melanglangbuana, magelaran di 27 Negara. Karya-karya komposisi hebatnya dalam memadukan musik tradisional Sunda dengan berbagai genre musik buktinya bisa kita saksikan di IG. Ada Konser Tunggal “Torotot Jombot ti Sunda ka Jomantara” (suara/musik Jimbot Trah Sunda membahana ke Mancanagara, judul tersebut khusus dibuat oleh Budayawan Sunda Prof. Ganjar Kurnia dan HaWe Setiawan), yang digagas Super Music ID, Djarum Super. Yang lainnya ada juga “Torotot Jimbot Goes to Mall “(2018), serta Album Perdana “Jimbot and Friends” (2017), dsb.
Musisi Sunda yang pernah memeriahkan Idul Fitri 1439 H yang digelar KBRI London Inggris (15/6 2018) dan sebelumnya (2016) tampil di acara week end di tepian Sungai Thames tersebut, memang piawai mengkolaborasikan alat musik tradisional Sunda (pentatonis) yang dikuasainya seperti kecapi, suling, kendang, gamelan, termasuk ngahaleuang/vocal, dengan alat-alat musik modern (diatonis) seperti gitar, keyboard, saxophone, dsb. Lihat saja penampilannya bersama Karinding Atack sejak 2008, Saraswati Music, dan kolaborasi-kolaborasi lainnya.
Ya, seniman bernama asli Iman Rohman ini memang musisi kreatif bertalenta tinggi. Kalau dulu di Karakatau Band ada musisi Sunda Hebat Kang Yoyon Darsono dan Kang Ade Rudiana, sekarang ada Iman Jimbot sebagai generasi penerusnya.
(Foto Dok pribadi Jimbot) |
Darah seni Iman mengalir deras dari ayahnya yang pemain Kendang, Engkus Kusnadi, “Si Tangan Sarebu “. Dari ke-7 putra Endang. 4 laki-laki semuanya jadi seniman. Yang cikal/sulung Atep Gunawan lulusan SMKI (SMKN 10 Bandung) punya sanggar seni di Bekasi, yang kedua, Jajang Saefudin alumni ISBI Bandung, spesialis suling, memproduksi alat-alat musik Sunda seperti kecapi, suling, goong, gamelan, dsb, serta membuka toko alat kesenian di Purwakarta dan di Buah Batu Bandung. Yang ketiganya Iman “Jimbot” Rohman, dan yang bungsu Agus Sunandar, lulusan SMKI dan Unpad, aktif di Tim Kesenian Unpad sekarang mengembangkan alat-alat musik tradisonal Sunda seperti kakak-kakaknya. Ibunya pun, Ikah, rasa cinta terhadap seninya sangat kuat.
Menangkap Ikan di Selokan dan Jualan Bubur Ketika Terdampak Pandemi
Nah, kebetulan bertemu dengan Jimbot di rumah Guru Besar FSRD ITB Prof. Setiawan Sabana (Kang Wawan), di Garasi 10 Jalan Rebana 10 Bandung, yang tengah “sukuran” di ulang tahunnya yang ke -70 dan menggelar “ Renungan”, sambil ngabuburit (10/5/2021). Jimbot pun ikut “kaul” memberi kejutan dengan petikan kecapi dan gelik suling Sunda nya, sambil ngahaleuangkeun syair khusus pangwilujeng Milangkala.
Kang Wawan pun terharu mendapat surprise tersebut, tak menyangka katanya, kalau Jimbot hadir di Garasi 10. Maka sebagai rasa terima kasih, potongan pertama kue ulang tahun pun diberikannnya pada Iman Jimbot.
(Foto Dok pribadi Jimbot) |
(Foto Dok pribadi Jimbot) |
Ketika ngawangkong dengan wartawan, ada cerita menarik dari musisi motekar ini, ketika pertama kali dunia dilanda pandemi Covid-19, sebagaimana setiap orang, Jimbot pun sebagai seniman kena dampaknya, tak bisa manggung cari duit, segalanya jadi sulit, perekonomian jatuh pailit!
Tapi dasar banyak akal dan sudah terbiasa hidup sederhana di lembur (kampung) ditambah dididik pantang untuk jajaluk/mengemis. Kebetulan di rumahnya daerah Ciganitri banyak sawah dan kolam ikan, dan kebetulan Jimbot hobinya “Nyair Lauk” (menangkap ikan dengan sair). Maka tiap hari pun seniman yang sudah melanglang buana ini kekeceprekan (berbasah-basahan) di selokan mencari ikan sisa buangan banjir dari kolam.
Alhamdulillah, hasilnya pun bisa dijual atau dibagikan begitu saja ke tetangga dan Pak RW/RT, hingga mereka pun suka memberi timbal balik dengan memberi beras untuk Jimbot.
“Nah karena seniman dilarang manggung akibat pandemi dan dilockdown, ya sebagai gantinya saya manggung di susukan/selokan, menangkap ikan. Alhamdulillah setelah dijual atau dibagikan ke tetangga, saya jadi bisa makan,“ kenangnya. Selain itu, untuk survive di masa pandemi, Jimbot pun suka membantu tetangganya jualan bubur termasuk mencucikan mangkuknya.
Tapi pernah suatu ketika, tak ada seekor pun ikan yang ia dapat. Selagi bingung memikirkan bagaimana caranya agar dapurnya bisa ngebul, dia melihat tanaman kangkung yang banyak tumbuh liar dekat sawah. Maka diambilah secukupnya, dan sudah bertekad akan dijualnya ke salah satu anggota DPD RI Oni SOS (Oni Suwarman), seniornya ketika di SMKI dan Unpad.
Tampil di Garasi 10 (Foto Asep GP) |
Tapi ketika mau menjual kangkung tersebut, dia bingung, gak ada ongkos buat naik angkot, dari rumah ke kantor DPD di Jalan Mundinglaya, memang cukup jauh perlu ongkos tak sedikit. Tapi dia ingat motor pemberian Prof. Himendra Wargahadibrata (Rektor Unpad ke -9, Alm), yang sudah jarang ia pakai karena pajaknya mati, tidak dibayar. Jimbot memang pernah diberi duit untuk membeli motor yang cukup mahal sebagai hadiah pengabdian seninya kepada Unpad juga sebagai pengganti tidak berniat meneruskan kuliah seperti teman-temannya yang lain. Tapi anehnya dia malah lebih memilih motor murah dan mengembalikan sisa uangnya).
Akhirnya Jimbot pun terpaksa mengendarai “Si Dukun” Honda Fit S itu. Tapi dasar sial di dekat flyover Pasupati dia kena razia. Ketika ditanya kelengkapan surat-surat kendaraan, dia hanya nyengir. Pak Polisi pun dengan tegas akan memberi surat tilang. Tapi Iman berkata jujur, terpaksa memakai motor tersebut karena tidak punya duit untuk ongkos naik angkot. “Ini juga mau jual kangkung pak sama teman”, katanya sambil memeriksa ikatan kangkungnya yang tergantung di motornya. Pak Polisi pun akhirnya terenyuh, dia malah ngasih uang dan mempersilakan Jimbot untuk meneruskan perjalanannya menjual kangkung.
Intinya, kata Jimbot, Seniman jangan sampai jajaluk, mengemis. Harus motekar/kreatif menjual karya agar bisa menutupi kebutuhan ekonomi. Apalagi dimasa pandemi yang sudah menjadi musibah dunia.
Kolaborasi dengan Syarif Maulana (Foto Asep GP) |
“Saya mengajak kepada pelaku seni untuk terus berkarya, kata Prof. Setiawan tea mah, terus berkarya, berkarya, dan berkarya, itu kuncinya. Kalau pelaku seni ya harus kreatif berkeseniannya, begitu juga pedagang harus kreatif dalam berdagang, guru, PNS, siapa pun harus kreatif, jangan karena alasan pandemi kita jadi manja dan meminta-minta. Pandemi kan musibah bagi seluruh dunia, untuk melawan dampaknya ya harrus dengan kreativitas,“ tegasnya.
Jimbot pun membuktikannya, dia bergabung di “Napak Jagat Pasundan” (NJP) – program swasta Coklat Kita, jadi Duta Seni yang dikelola (EO) Enam CC, bersama Kang Ega Robot, Bob Ryan, Mpap Gondo yang dimentori Kang Pohang, Mang Saswi, Kang Doel Sumbang, dan Sandrina. “Pokoknya banyak pelaku seni yang dilibatkan di Napak Jagat Pasundan yang bertajuk Miang Tandang ini,” katanya bangga.
Ya gimana gak bangga, misi program NJP adalah menghidupkan kembali seni budaya Sunda yang ada di sanggar-sanggar daerah. Budaya yang ada di tiap daerah diangkat lagi lalu dipromosikan. “Ya istilahnya diartiskan lah sanggar-sanggar teh ku program Napak Jagat Pasundan mah,“ tambah Jimbot kelihatan gembira sekali dengan program ini.
Selain itu Jimbot juga banyak diundang jadi nara sumber talk show, obrolan warung kopi, dsb. Alhamdulillah dapurnya pun ngebul lagi tiap hari. “Perekonomian boleh turun terdampak pandemi, tapi mental kita jangan ikut turun, harus semangat, kita hadapi saja dengan kretivitas,” katanya penuh sukur.
Kini seniman kelahiran Desa Sindangherang, Kecamatan Panumbangan Ciamis 10 Agustus 1979 ini pun hidup bahagia bersama kedua putrinya (keduanya perempuan berumur 5 dan 2 tahun) dan istrinya Sulasmi asal Yoyga.
Tapi walau sudah jadi seniman ternama, Jimbot tak melupakan almamater yang telah membesarkannya SMKI (SMKN 10) Bandung dan terutama ketika aktif di Tim Kesenian Unpad yang kerap membawanya manggung di banyak Negara seperti Perancis, Australia-Polandia-Jepang-Korea- Malaysia dan negara lainnya.
“Di Unpad saya termotivasi dan banyak mendapatkan pelajaran tentang cara berkesenian. Dari zaman Rektor Unpad Pak Himendra hingga Pof. Ganjar Kurnia. Bersama Pak Himendra saya bisa sering manggung ke luar negeri dan di zaman Rektornya Prof. Ganjar Kurnia, saya bisa belajar mengelola kesenian karena tiap bulan Bale Rumawat Pajajaran rutin menggelar acara kesenian Sunda bersama seniman-seniman terkenalnya. Semua itu adalah “ilmu“ buat saya mah, “ katanya serius.
Sebelum menyudahi obrolannya, Jimbot berbisik dia akan mengeluarkan single nya yang berjudul “Indung” (Ibu) yang clipnya digarap secara teatrikal oleh beberapa penari. Konsep musik Rock n Roll kolaborasi dengan musik tradisional berdurasi 4 menit ini rencananya akan dirilis setelah lebaran, melihat sikon stabil pandemi Covid -19 dan arus mudik karena melibatkan beberapa sanggar seni di daerah, termasuk Musisi Sumedang serta Mega putra Kang Ibing.
“Ya itung-itung sebagai salam hormat dan pengobat rindu sama Ibu di kampung, karena sekarang kan dilarang mudik untuk mencegah penularan Corona. Selain itu, intinya saya juga ingin mengingatkan bahwa kita berjuang itu harus disertai doa ibu dan bapak. Terutama jangan sampai melupakan Indung/ Ibu kita, “ pungkasnya mengingatkan. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment