Monday, March 29, 2021
Avi Taufik Hidayat, Urang Sunda Belum Punya Strategi Kebudayaan |
Panitia Kongres Sunda antara tanggal 6 atau 9 April berencana mengadakan FGD (Focus Group Discussion) di Disdik Jabar Jalan Dr. Rajiman No. 6, Pasirkaliki, Cicendo, Kota Bandung. Kegiatan kerjasama antara panitia Kongres Sunda dengan Disdik Jabar akan membahas strategi kebudayaan Sunda. Dan pihak Kongres Sunda akan menggandeng Prof. Ganjar Kurnia (Mantan Rektor Unpad), juga Prof. Reiza Dienaputra, dan Dr. Teddi Muhtadin, keduanya dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad.
Hal tersebut dikatakan Pupuhu Panitia Kongres Sunda, Avi Taufik Hidayat, di Gd. Graha Soeria Atmadja Lt. 3, Jl. Dipatiukur No. 46 Bandung.
Diskusi tersebut menurut Avi menjadi penting karena urang Sunda belum punya strategi kebudayaan seperti provinsi/etnis lainnya. “Jadi budaya Sunda ke depannya akan seperti apa, nanti akan kita bahas di FGD. Karena kalau juklak dan juknis untuk menyusun strategi kebudayaan mah sudah ada dalam UU Pemajuan Kebudayaan 21 Juni 2017,“ jelas Avi.
Ada 10 objek kebudayaan yang harus dirumuskan. Dari mulai tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, dan ritus.
“Sekarang bagaimana strateginya agar 10 objek budaya di dalam kebudayaan Sunda tidak hilang ditelan zaman. Selain itu orang Sunda juga harus sanggup bersaing di era global dan milenial. Bersaing secara personal dan kultural untuk menghadapi bangsa Han dan bangsa-bangsa Eropa yang sekarang menguasai dunia global,“ terangnya.
Mantan aktivis jebolan Fakultas Ekonomi Unpad juga mengatakan bahwa, “Orang Sunda sekarang tidak punya apa-apa, baik itu kekuasaan atau konglomerat di bidang ekonomi. Padahal potensinya besar sekali,“ kata Avi menyesalkan.
Sementara itu Panitia SC Kongres Sunda, Andri Perkasa Kantaprawira, menyayangkan persoalan paling utama di Jabar terutama sektor-sektor strategis di bidang kebudaayaan ini tidak tuntas. Contohnya masalah Angklung yang sudah mendapat pengakuan Unesco sebagai warisan budaya dunia kategori Tak Benda (2010), bisa didiskualifikasi.
Ini bisa terjadi, kalau kekayaan-kekayaan tak benda kita yang sudah diakui internasional tidak dipelihara, tidak ada kontinuitas, pengajaran, dll. “Makanya kenapa kita ingin dalam Agenda 1 Kongres Sunda itu adalah tentang Adeg-adeg Tangtungan, nantinya ada dirumuskan dalam strategi kebudayaan untuk membangun Sunda Unggul, Sunda Tangguh,” Kata Andri.
Dan alhamdulillah kata Andri, ternyata Kadisdik Jabar Dedi Supandi menyambut baik rencana tersebut, ini hal positif sekali, walau sebenarnya untuk menjadikan UU Pemajuan Kebudayaan seharusnya leading sektornya di disbudpar bukan di disdik. Tetapi berhubung di UU Pemajuan Kebudayaan ada masalah yang kritikal yang nantinya akan diajarkan, maka tidak salah juga kalau disdik menyambut rencana kegiatan inisiatif pihaknya.
“Nah kebetulan hari ini kita mendatangi Prof. Reiza karena dia Koordinator PPKD Kota Bandung (Pokok-Pokok Pemikiran Kebudayaan Daerah) dan pada zaman Kang Emil jadi walikota, PPKD Kota Bandung ini adalah percontohan PPKD kabupaten/kota seluruh Indonesia. Artinya PPKD terbaik. Sehingga kita mengajak Prof. Reiza untuk melanjutkan hasil kinerja/prestasi baik ini. Dulu Kang Emil jadi walikota dan sekarang ketika jadi gubernur pun harus menyelesaikan persoalan ini,” tegas Andri.
Andri Kantaprawira, Sektor-Sektor Strategis Bidang Kebudayaan Di Jabar Tidak Tuntas - Foto Istimewa |
Apalagi kata Andri, Jabar sudah punya tagline judul besar tentang kebudayaan, Jabar Masagi - Jabar Juara. Tapi dalam implementasi ini kan public policy nya harus dibuat, “Nah kita ingin menyelesaikan persoalan-persoalan anu ngabuntut bangkong seperti ini, persoalan yang tidak selesai-selesai. Dan ketika birokrasi, Kang Emil, menyambut baik, nah kita tinggal mengajak birokrasi yang lain, yaitu disbudpar, menerangkan Jabar Masagi itu apa?"
Andri juga berharap, setelah berlangsung FGD tanggal 6/9 April nanti, terjadi hal positif dan pihaknya tidak akan mengundang semua orang. “Asal difasilitasi dan terjadi kolaborasi dan sinergitas kita dengan birokrasi saja, sudah cukup, “ katanya.
Usai FGD Andri dan panitia Kongres Sunda akan kembali bertugas menyelesaikan masalah Agenda 2, tentang Sunda Sarakan, dalam hal ini akan berkeliling ke daerah. Walau sudah berkeliling ke beberapa daerah mensosialisasikan Kongres Sunda, tapi formilnya sedang diupayakan untuk berkunjung mensosialisasikan Kongres Sunda dan menyerap aspirasi daerah di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat.
“Karena Agenda 2 kan Sunda Sarakan & Nagara. Jadi, kita ingin mendengarkan langsung persoalan-persoalan daerah yang ingin diperjuangkan bersama-sama di Kongres Sunda. Sekaligus ke daerah ini juga kita ingin menanyakan tentang dukungan atau pendapat mereka tentang wacana Provinsi Sunda. Jadi, mudah-mudahan sambil ngabuburit dan setelah lebaran sambil silaturahmi. Agenda 1-2-3 akan jelas bentuknya sehingga pada waktunya Kongres Sunda itu dilaksanakan,“ papar Andri.
Tentang pelaksanaan Kongres Sunda ini Andri kembali mengatakan, ingin terlaksana di bulan November atau Desember 2021. Untuk itu Andri berharap vaksinasi yang sedang dilakukan pemerintah ini mendapatkan percepatan hasil kinerjanya, dan panitia Kongres Sunda pun sangat mendukung vaksinasi tersebut karena Kongres Sunda ingin segera terlaksana.
Dukungan terhadap vaksinasi ini sudah jauh-jauh hari ditegaskan oleh pihak panitia Kongres Sunda di acara Sawalamaya Kongres Sunda.
Agenda 2 (Sunda, Sarakan jeung Nagara) dengan membawa tema “Pandangan dan Masukan Kebijakan Pakar Terhadap Situasi Pandemi dan Ekonomi Indonesia Tahun 2021”, (19/1/2021).
Panitia Kongres Sunda Bersama Prof. Reiza Dienaputra (Batik Merah) - Foto istimewa |
Dimana Prof. Juhaeri Muchtar, PhD (Adjunct Professor University of North Carolina, VP Sanofi), mengatakan – lakukan, dorong dan dukung vaksinasi nasional tetapi beliau juga meminta supaya pemerintah melihat hasil yang ada dari vaksinasi dan menuliskan perkembangan-perkembangan dinamika vaksinasi ini di jurnal Internasional, sehingga semuanya bisa dipantau tidak hanya secara domestik tapi juga secara internasional. Selain itu juga agar ikut berkontribusi memecahkan masalah vaksinasi di Indonesia, bukan hanya proses vaksinasi saja tapi side efek dari vaksinasinya juga, jelas Andri.
“Bahwa kita mendukung program vaksinasi secara nasional, karena kita ingin Kongres Sunda segera terselenggara di bulan November-Desember karena bersamaan dengan Kongres Pemuda Sunda yang berlangsung tanggal 4-7 Desember. Tapi kapan waktunya kita serahkan semuanya kepada presiden, apakah itu akhir 2021 atau awal 2022 juga kita tidak masalah,“ pungkas Andri.
Kongres Sunda itu adalah sumbangsih dari kami, para nonoman dan juga para inohong Sunda untuk ngageuing, mengingatkan kembali bahwa dulu Sunda itu luhung, baik itu secara peradaban, teknologi maupun spiritual. Dan nilai-nilai warisan dari karuhun tersebut kita implementasikan lagi di masa sekarang, karena masih relevan dan bisa dipakai menjawab tantangan pandemi, era digitalisasi, dan tantangan budaya luar yang dengan gencarnya masuk merusak tatanan budaya kita. Demikian kata Girang Serat/Sekretaris Kongres Sunda, Dr. Nina Kurnia Hikmawati. (Asep GP)***
Panitia Kongres Sunda & Disdik Jabar Adakan FGD Strategi Kebudayaan Sunda
Posted by
Tatarjabar.com on Monday, March 29, 2021
Avi Taufik Hidayat, Urang Sunda Belum Punya Strategi Kebudayaan |
Panitia Kongres Sunda antara tanggal 6 atau 9 April berencana mengadakan FGD (Focus Group Discussion) di Disdik Jabar Jalan Dr. Rajiman No. 6, Pasirkaliki, Cicendo, Kota Bandung. Kegiatan kerjasama antara panitia Kongres Sunda dengan Disdik Jabar akan membahas strategi kebudayaan Sunda. Dan pihak Kongres Sunda akan menggandeng Prof. Ganjar Kurnia (Mantan Rektor Unpad), juga Prof. Reiza Dienaputra, dan Dr. Teddi Muhtadin, keduanya dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad.
Hal tersebut dikatakan Pupuhu Panitia Kongres Sunda, Avi Taufik Hidayat, di Gd. Graha Soeria Atmadja Lt. 3, Jl. Dipatiukur No. 46 Bandung.
Diskusi tersebut menurut Avi menjadi penting karena urang Sunda belum punya strategi kebudayaan seperti provinsi/etnis lainnya. “Jadi budaya Sunda ke depannya akan seperti apa, nanti akan kita bahas di FGD. Karena kalau juklak dan juknis untuk menyusun strategi kebudayaan mah sudah ada dalam UU Pemajuan Kebudayaan 21 Juni 2017,“ jelas Avi.
Ada 10 objek kebudayaan yang harus dirumuskan. Dari mulai tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, dan ritus.
“Sekarang bagaimana strateginya agar 10 objek budaya di dalam kebudayaan Sunda tidak hilang ditelan zaman. Selain itu orang Sunda juga harus sanggup bersaing di era global dan milenial. Bersaing secara personal dan kultural untuk menghadapi bangsa Han dan bangsa-bangsa Eropa yang sekarang menguasai dunia global,“ terangnya.
Mantan aktivis jebolan Fakultas Ekonomi Unpad juga mengatakan bahwa, “Orang Sunda sekarang tidak punya apa-apa, baik itu kekuasaan atau konglomerat di bidang ekonomi. Padahal potensinya besar sekali,“ kata Avi menyesalkan.
Sementara itu Panitia SC Kongres Sunda, Andri Perkasa Kantaprawira, menyayangkan persoalan paling utama di Jabar terutama sektor-sektor strategis di bidang kebudaayaan ini tidak tuntas. Contohnya masalah Angklung yang sudah mendapat pengakuan Unesco sebagai warisan budaya dunia kategori Tak Benda (2010), bisa didiskualifikasi.
Ini bisa terjadi, kalau kekayaan-kekayaan tak benda kita yang sudah diakui internasional tidak dipelihara, tidak ada kontinuitas, pengajaran, dll. “Makanya kenapa kita ingin dalam Agenda 1 Kongres Sunda itu adalah tentang Adeg-adeg Tangtungan, nantinya ada dirumuskan dalam strategi kebudayaan untuk membangun Sunda Unggul, Sunda Tangguh,” Kata Andri.
Dan alhamdulillah kata Andri, ternyata Kadisdik Jabar Dedi Supandi menyambut baik rencana tersebut, ini hal positif sekali, walau sebenarnya untuk menjadikan UU Pemajuan Kebudayaan seharusnya leading sektornya di disbudpar bukan di disdik. Tetapi berhubung di UU Pemajuan Kebudayaan ada masalah yang kritikal yang nantinya akan diajarkan, maka tidak salah juga kalau disdik menyambut rencana kegiatan inisiatif pihaknya.
“Nah kebetulan hari ini kita mendatangi Prof. Reiza karena dia Koordinator PPKD Kota Bandung (Pokok-Pokok Pemikiran Kebudayaan Daerah) dan pada zaman Kang Emil jadi walikota, PPKD Kota Bandung ini adalah percontohan PPKD kabupaten/kota seluruh Indonesia. Artinya PPKD terbaik. Sehingga kita mengajak Prof. Reiza untuk melanjutkan hasil kinerja/prestasi baik ini. Dulu Kang Emil jadi walikota dan sekarang ketika jadi gubernur pun harus menyelesaikan persoalan ini,” tegas Andri.
Andri Kantaprawira, Sektor-Sektor Strategis Bidang Kebudayaan Di Jabar Tidak Tuntas - Foto Istimewa |
Apalagi kata Andri, Jabar sudah punya tagline judul besar tentang kebudayaan, Jabar Masagi - Jabar Juara. Tapi dalam implementasi ini kan public policy nya harus dibuat, “Nah kita ingin menyelesaikan persoalan-persoalan anu ngabuntut bangkong seperti ini, persoalan yang tidak selesai-selesai. Dan ketika birokrasi, Kang Emil, menyambut baik, nah kita tinggal mengajak birokrasi yang lain, yaitu disbudpar, menerangkan Jabar Masagi itu apa?"
Andri juga berharap, setelah berlangsung FGD tanggal 6/9 April nanti, terjadi hal positif dan pihaknya tidak akan mengundang semua orang. “Asal difasilitasi dan terjadi kolaborasi dan sinergitas kita dengan birokrasi saja, sudah cukup, “ katanya.
Usai FGD Andri dan panitia Kongres Sunda akan kembali bertugas menyelesaikan masalah Agenda 2, tentang Sunda Sarakan, dalam hal ini akan berkeliling ke daerah. Walau sudah berkeliling ke beberapa daerah mensosialisasikan Kongres Sunda, tapi formilnya sedang diupayakan untuk berkunjung mensosialisasikan Kongres Sunda dan menyerap aspirasi daerah di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat.
“Karena Agenda 2 kan Sunda Sarakan & Nagara. Jadi, kita ingin mendengarkan langsung persoalan-persoalan daerah yang ingin diperjuangkan bersama-sama di Kongres Sunda. Sekaligus ke daerah ini juga kita ingin menanyakan tentang dukungan atau pendapat mereka tentang wacana Provinsi Sunda. Jadi, mudah-mudahan sambil ngabuburit dan setelah lebaran sambil silaturahmi. Agenda 1-2-3 akan jelas bentuknya sehingga pada waktunya Kongres Sunda itu dilaksanakan,“ papar Andri.
Tentang pelaksanaan Kongres Sunda ini Andri kembali mengatakan, ingin terlaksana di bulan November atau Desember 2021. Untuk itu Andri berharap vaksinasi yang sedang dilakukan pemerintah ini mendapatkan percepatan hasil kinerjanya, dan panitia Kongres Sunda pun sangat mendukung vaksinasi tersebut karena Kongres Sunda ingin segera terlaksana.
Dukungan terhadap vaksinasi ini sudah jauh-jauh hari ditegaskan oleh pihak panitia Kongres Sunda di acara Sawalamaya Kongres Sunda.
Agenda 2 (Sunda, Sarakan jeung Nagara) dengan membawa tema “Pandangan dan Masukan Kebijakan Pakar Terhadap Situasi Pandemi dan Ekonomi Indonesia Tahun 2021”, (19/1/2021).
Panitia Kongres Sunda Bersama Prof. Reiza Dienaputra (Batik Merah) - Foto istimewa |
Dimana Prof. Juhaeri Muchtar, PhD (Adjunct Professor University of North Carolina, VP Sanofi), mengatakan – lakukan, dorong dan dukung vaksinasi nasional tetapi beliau juga meminta supaya pemerintah melihat hasil yang ada dari vaksinasi dan menuliskan perkembangan-perkembangan dinamika vaksinasi ini di jurnal Internasional, sehingga semuanya bisa dipantau tidak hanya secara domestik tapi juga secara internasional. Selain itu juga agar ikut berkontribusi memecahkan masalah vaksinasi di Indonesia, bukan hanya proses vaksinasi saja tapi side efek dari vaksinasinya juga, jelas Andri.
“Bahwa kita mendukung program vaksinasi secara nasional, karena kita ingin Kongres Sunda segera terselenggara di bulan November-Desember karena bersamaan dengan Kongres Pemuda Sunda yang berlangsung tanggal 4-7 Desember. Tapi kapan waktunya kita serahkan semuanya kepada presiden, apakah itu akhir 2021 atau awal 2022 juga kita tidak masalah,“ pungkas Andri.
Kongres Sunda itu adalah sumbangsih dari kami, para nonoman dan juga para inohong Sunda untuk ngageuing, mengingatkan kembali bahwa dulu Sunda itu luhung, baik itu secara peradaban, teknologi maupun spiritual. Dan nilai-nilai warisan dari karuhun tersebut kita implementasikan lagi di masa sekarang, karena masih relevan dan bisa dipakai menjawab tantangan pandemi, era digitalisasi, dan tantangan budaya luar yang dengan gencarnya masuk merusak tatanan budaya kita. Demikian kata Girang Serat/Sekretaris Kongres Sunda, Dr. Nina Kurnia Hikmawati. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment