Tuesday, March 9, 2021
Dr. Yudi Nurul Ihsan, masih banyak tantangan yang harus kita hadapi |
Sebagaimana diketahui Padjadjaran Inisiatif (PADI) bersama Program Magister Konservasi Laut Universitas Padjadjaran, mengadakan International Webinar Konservasi Laut dengan tajuk “Arah Kebijakan Tata Kelola Sumber Daya Kelautan Menuju Budidaya Ramah Lingkungan: Perspektif Indonesia dan Malaysia”, pada hari senin, tanggal 8 Mater 2021 (lihat tatarjabar.com: PADI Gelar International Webinar Konservasi Laut)
Acara yang dibuka oleh Wakil Dekan FPIK Universitas Padjadjaran, Dr. Ir. Rita Rostika, M.P., ini menampilkan beberapa narasumber yaitu Drs. Sapto Purnomo Putro, M.Si., Ph.D., Guru Besar Marine Ecology and Aquaculture, dan Ketua CeMebsa Universitas Diponegoro, H. Muhammad Nasir Yusof, B.Sc. (Hons), ProdEng & Mgt, dipMechEng, MBA., CQA., full member of Marine Fish Farmers Association of Malaysia (MFFAM), Drs. Imam Kadarisman, pelaku usaha perikanan budidaya, pendiri PT. Rekayasa Agromarin Indonesia, sekaligus Ketua Pengawas Padjadjaran Inisiatif, serta Dr. sc. agr. Yudi Nurul Ihsan, S.Pi. M.Si., Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, sekaligus peneliti senior dan Pembina Padjadjaran Inisiatif dan acara dipandu oleh moderator R. Nugroho Adinegoro, S.Ikom., sebagai Direktur Eksekutif Padjadjaran Inisiatif.
Sebelumnya, dalam suatu obrolan sore di Kampus Unpad, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad, menegaskan bahwa Indonesia memang merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia 2/3 wilayahnya, merupakan wilayah lautan. Negara Maritim terluas di dunia.
Sebagai Negara kepulauan yang utuh sesuai dengan Bab IV UNCLOS 1982 atau ketetapan Konvensi Hukum Laut PBB, dengan luas laut yang begitu besar terdiri dari luas Perairan Nusantara 3,1 juta km2 ditambah dengan kawasan Zone Ekonomi Ekslusif seluas 2,7 juta km2 (RI, 2003) sehingga Luas Total Perairannya menjadi sekitar 5,8 juta km2 serta memiliki Panjang Garis Pantai sekitar 81.000 km, membuat potensi maritim Indonesia sangat beragam dan kekayaan maritim yang melimpah ruah, semua ini milik bangsa kita. Demikian kata Yudi.
Nah dalam kesempatan International Webinar tersebut, Yudi pun kembali menyoroti banyaknya komoditas potensial yang dimiliki oleh Indonesia. Bahkan kata Yudi, tidak ragu lagi Indonesia layak diberi gelar sebagai “the largest Marine Mega-Biodiversity in the world”. Namun potensi saja belum cukup untuk memajukan pembangunan. “Masih banyak tantangan yang kita hadapi, diantaranya kekurangan data spasial, infrastruktur yang masih lemah, akses pasar yang terbatas, kapasitas SDM, serta kapasitas penampungan dan pengelolaan yang harus ditingkatkan,“ demikian tegas Pembina PADI ini menyayangkan.
Sementara itu Sapto P. Putro, menyoroti pembangunan di sektor perikanan dan kelautan ynag memiliki dampak terhadap lingkungan. Ketua CeMebsa Universitas Diponegoro itu menjelaskan bahwa struktur makrobentos akan terpengaruh oleh eksploitasi. Namun deteksi dampak lingkungan bisa dilakukan oleh biomonitoring. Keramba juga bisa didesain sedemikian rupa agar biota yang ada bisa saling menyokong dalam rantai makanan, sehingga meminimalisir gangguan lingkungan.
Ekosistem, keanekaragaman hayati, dan budidaya berkelanjutan adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan. Pemerintah harus membatasi zona budidaya dari zona laut yang sibuk. Nelayan harus terdaftar dan tersertifikasi sebagai nelayan yang memiliki praktik-praktik budidaya berkelanjutan. Di Malaysia sendiri, nelayan ditantang untuk menanami kembali terumbu karang yang rusak akibat aktivitas eksploitasi, serta ada pembatasan panen dengan rasio 50% dari seluruh populasi budidaya untuk menjaga kelestarian spesies. Demikian yang disampaikan M. Nasir Yusof, full member dari Marine Fish Farmers Association of Malaysia (MFFAM).
Ekosistem, keanekaragaman hayati, dan budidaya berkelanjutan adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan. Pemerintah harus membatasi zona budidaya dari zona laut yang sibuk. Nelayan harus terdaftar dan tersertifikasi sebagai nelayan yang memiliki praktik-praktik budidaya berkelanjutan. Di Malaysia sendiri, nelayan ditantang untuk menanami kembali terumbu karang yang rusak akibat aktivitas eksploitasi, serta ada pembatasan panen dengan rasio 50% dari seluruh populasi budidaya untuk menjaga kelestarian spesies. Demikian yang disampaikan M. Nasir Yusof, full member dari Marine Fish Farmers Association of Malaysia (MFFAM).
Drs. Imam Kadarisman, ekonomi kalahkan upaya ekologi |
Menarik disimak materi yang disampaikan Imam Kadarisman, Ketua Pengawas Padjadjaran Inisiatif (PADI) dan praktisi perikanan budidaya ini menjelaskan tentang Kuda Laut sebagai contoh sumber daya kelautan yang dibatasi eksploitasinya. Kuda laut kering bisa dikumpulkan hingga 1 kg per hari pada tahun 1998. Tapi saat ini kuda laut kering hanya bisa dikumpulkan sebanyak 1 hingga 2 kg per musim, bukan lagi per hari. LIPI sudah menutup rekomendasi penangkapan kuda laut untuk perdagangan, namun ekspor masih diperbolehkan dari hasil pengembangbiakan spesies H. Kuda dan H. Comes. Sarjana Sastra Rusia (Slavia) yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum IKA Unpad ini memberi solusi eksploitasi kuda laut lewat penangkaran dan pengembangan budidaya. Aspek sosial ekonomi dan lingkungan akan terlindungi, melalui kegiatan pembenihan di hatchery.
“Dalam konteks eksploitasi sumber daya kelautan, upaya lingkungan akan kalah oleh upaya ekonomi. Belum lagi adanya diskontinuitas kebijakan pemerintah terkait konservasi. Oleh karena itu, penangkapan harus bergeser menjadi budidaya. Budidaya ini harus dilakukan dengan konsep ramah lingkungan demi keberlanjutan sumber daya kelautan kita,“ demikian kata Imam. (Rls/ Asep GP)***
Budidaya Ramah Lingkungan Sebagai Solusi Eksploitasi Sumber Daya Kelautan
Posted by
Tatarjabar.com on Tuesday, March 9, 2021
Dr. Yudi Nurul Ihsan, masih banyak tantangan yang harus kita hadapi |
Sebagaimana diketahui Padjadjaran Inisiatif (PADI) bersama Program Magister Konservasi Laut Universitas Padjadjaran, mengadakan International Webinar Konservasi Laut dengan tajuk “Arah Kebijakan Tata Kelola Sumber Daya Kelautan Menuju Budidaya Ramah Lingkungan: Perspektif Indonesia dan Malaysia”, pada hari senin, tanggal 8 Mater 2021 (lihat tatarjabar.com: PADI Gelar International Webinar Konservasi Laut)
Acara yang dibuka oleh Wakil Dekan FPIK Universitas Padjadjaran, Dr. Ir. Rita Rostika, M.P., ini menampilkan beberapa narasumber yaitu Drs. Sapto Purnomo Putro, M.Si., Ph.D., Guru Besar Marine Ecology and Aquaculture, dan Ketua CeMebsa Universitas Diponegoro, H. Muhammad Nasir Yusof, B.Sc. (Hons), ProdEng & Mgt, dipMechEng, MBA., CQA., full member of Marine Fish Farmers Association of Malaysia (MFFAM), Drs. Imam Kadarisman, pelaku usaha perikanan budidaya, pendiri PT. Rekayasa Agromarin Indonesia, sekaligus Ketua Pengawas Padjadjaran Inisiatif, serta Dr. sc. agr. Yudi Nurul Ihsan, S.Pi. M.Si., Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, sekaligus peneliti senior dan Pembina Padjadjaran Inisiatif dan acara dipandu oleh moderator R. Nugroho Adinegoro, S.Ikom., sebagai Direktur Eksekutif Padjadjaran Inisiatif.
Sebelumnya, dalam suatu obrolan sore di Kampus Unpad, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad, menegaskan bahwa Indonesia memang merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia 2/3 wilayahnya, merupakan wilayah lautan. Negara Maritim terluas di dunia.
Sebagai Negara kepulauan yang utuh sesuai dengan Bab IV UNCLOS 1982 atau ketetapan Konvensi Hukum Laut PBB, dengan luas laut yang begitu besar terdiri dari luas Perairan Nusantara 3,1 juta km2 ditambah dengan kawasan Zone Ekonomi Ekslusif seluas 2,7 juta km2 (RI, 2003) sehingga Luas Total Perairannya menjadi sekitar 5,8 juta km2 serta memiliki Panjang Garis Pantai sekitar 81.000 km, membuat potensi maritim Indonesia sangat beragam dan kekayaan maritim yang melimpah ruah, semua ini milik bangsa kita. Demikian kata Yudi.
Nah dalam kesempatan International Webinar tersebut, Yudi pun kembali menyoroti banyaknya komoditas potensial yang dimiliki oleh Indonesia. Bahkan kata Yudi, tidak ragu lagi Indonesia layak diberi gelar sebagai “the largest Marine Mega-Biodiversity in the world”. Namun potensi saja belum cukup untuk memajukan pembangunan. “Masih banyak tantangan yang kita hadapi, diantaranya kekurangan data spasial, infrastruktur yang masih lemah, akses pasar yang terbatas, kapasitas SDM, serta kapasitas penampungan dan pengelolaan yang harus ditingkatkan,“ demikian tegas Pembina PADI ini menyayangkan.
Sementara itu Sapto P. Putro, menyoroti pembangunan di sektor perikanan dan kelautan ynag memiliki dampak terhadap lingkungan. Ketua CeMebsa Universitas Diponegoro itu menjelaskan bahwa struktur makrobentos akan terpengaruh oleh eksploitasi. Namun deteksi dampak lingkungan bisa dilakukan oleh biomonitoring. Keramba juga bisa didesain sedemikian rupa agar biota yang ada bisa saling menyokong dalam rantai makanan, sehingga meminimalisir gangguan lingkungan.
Ekosistem, keanekaragaman hayati, dan budidaya berkelanjutan adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan. Pemerintah harus membatasi zona budidaya dari zona laut yang sibuk. Nelayan harus terdaftar dan tersertifikasi sebagai nelayan yang memiliki praktik-praktik budidaya berkelanjutan. Di Malaysia sendiri, nelayan ditantang untuk menanami kembali terumbu karang yang rusak akibat aktivitas eksploitasi, serta ada pembatasan panen dengan rasio 50% dari seluruh populasi budidaya untuk menjaga kelestarian spesies. Demikian yang disampaikan M. Nasir Yusof, full member dari Marine Fish Farmers Association of Malaysia (MFFAM).
Ekosistem, keanekaragaman hayati, dan budidaya berkelanjutan adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan. Pemerintah harus membatasi zona budidaya dari zona laut yang sibuk. Nelayan harus terdaftar dan tersertifikasi sebagai nelayan yang memiliki praktik-praktik budidaya berkelanjutan. Di Malaysia sendiri, nelayan ditantang untuk menanami kembali terumbu karang yang rusak akibat aktivitas eksploitasi, serta ada pembatasan panen dengan rasio 50% dari seluruh populasi budidaya untuk menjaga kelestarian spesies. Demikian yang disampaikan M. Nasir Yusof, full member dari Marine Fish Farmers Association of Malaysia (MFFAM).
Drs. Imam Kadarisman, ekonomi kalahkan upaya ekologi |
Menarik disimak materi yang disampaikan Imam Kadarisman, Ketua Pengawas Padjadjaran Inisiatif (PADI) dan praktisi perikanan budidaya ini menjelaskan tentang Kuda Laut sebagai contoh sumber daya kelautan yang dibatasi eksploitasinya. Kuda laut kering bisa dikumpulkan hingga 1 kg per hari pada tahun 1998. Tapi saat ini kuda laut kering hanya bisa dikumpulkan sebanyak 1 hingga 2 kg per musim, bukan lagi per hari. LIPI sudah menutup rekomendasi penangkapan kuda laut untuk perdagangan, namun ekspor masih diperbolehkan dari hasil pengembangbiakan spesies H. Kuda dan H. Comes. Sarjana Sastra Rusia (Slavia) yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum IKA Unpad ini memberi solusi eksploitasi kuda laut lewat penangkaran dan pengembangan budidaya. Aspek sosial ekonomi dan lingkungan akan terlindungi, melalui kegiatan pembenihan di hatchery.
“Dalam konteks eksploitasi sumber daya kelautan, upaya lingkungan akan kalah oleh upaya ekonomi. Belum lagi adanya diskontinuitas kebijakan pemerintah terkait konservasi. Oleh karena itu, penangkapan harus bergeser menjadi budidaya. Budidaya ini harus dilakukan dengan konsep ramah lingkungan demi keberlanjutan sumber daya kelautan kita,“ demikian kata Imam. (Rls/ Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment