Home
» Sosial Politik
» Panitia Kongres Sunda Gelar Sawala Maya: Reaktualisasi Pemikiran Kebangsaan dan Kenegaraan Ir. Djuanda Kartawijaya
Saturday, December 12, 2020
Juanda adalah seorang teknokrat mumpuni di republik ini. Menurut saya dalam sejarah republik ini beliau best of the best, pemimpin kepala pemerintahan terbaik dari yang terbaik bagi orang Sunda.
Kalau kita bicara kemaritiman tidak terlepas dari peran orang Sunda yang benama Ir. H. Juanda. Ketika kita merdeka, luas Indonesia sekitar 1,7 km, belum sebesar sekarang. Tapi akibat adanya Deklarasi Juanda 13 Desember 1957, luas Indonesia bertambah menjadi 3 kali lipatnya, jadi 5,4 juta km.
Dengan adanya peran orang Sunda terhadap Wawasan Nusantara, mematahkan claim Belanda yang menganggap wilayah Indonesia hanya daratan ditambah 3 mil laut dan di luar itu perairan internasional. Dengan adanya Deklarasi Juanda, wilayah Indonesia terdiri dari daratan dan perairan yang ada diantara daratan. Jadi semuanya menjadi milik Indonesia plus ditambah ZEE 200 mil. Jadi, 12 mil itu kedaulatan dan kita punya hak mengolah sampai 200 mil laut.
Juanda juga pernah menjabat Perdana Menteri dan Menteri Perekonomian. Juanda jua lah yang menelorkan konsep rekonsiliasi Soekarno-Hatta, dimana dua proklamator ini sedang tidak akur, termasuk upah minimum pun sudah beliau pikirkan saat itu. Juanda adalah pemimpin hebat!
Dalam rangka memperingati Hari Nusantara ke XX pada 13 Desember 2020, Panitia Kongres Sunda menggelar Sawala Maya “Reaktualisasi Pemikiran Kebangsaan dan Kenegaraan Sang Perdana Menteri NKRI dari Pasundan Ir. Djuanda Kartawijaya”, yang berlangsung Minggu (13/12/2020), Jam 10.00 sd 13.00 melalui Join Zoom Meeting.
Panitia Kongres Sunda melihat bahwa tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara ini adalah momentum strategis bagi Kongres Sunda untuk mewujudkan visi Kongres Sunda, yaitu “Sunda Mulya – Nusantara Jaya”.
Karena peringatan Hari Nusantara ke-20 ini pondasinya adalah Deklarasi Juanda tentang UNCLOS (konvensi hukum laut). Perjuangan panjang pemimpin perceka dari Pasundan yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri pada saat demokrasi parlementer sebelum dekrit, Juanda juga pernah menjabat Menteri Perekonomian sehingga beliau disebut Menteri Marathon karena dari taun 45 sampai tahun 63 hingga beliau meninggal, selalu berada di Kabinet.
Pernah juga menjadi pejabat presiden, beliau orang yang sangat dipercaya oleh Soekarno waktu itu, tapi meninggalnya cukup tragis diberitakan serangan jantung. “Ya ga jelas, pokoknya kita sangat berduka, orang Sunda kehilangan tokoh non partai terbaik yang tidak ada duanya. Jadi pemikiran- pemikiran kebangsaan dan kenegaraan Juanda ini harus direaktualisasi karena sesuai dengan kondisi zaman sekarang. Zaman dulu itu zaman dinamika politik tinggi apalagi zaman demokrasi parlementer, zaman ekonomi belum membaik. Kalau sekarang zaman krisis dan pandemi, tapi Juanda dengan kejernihan berpikir keprofesionalitasannya, integritasnya, berhasil membuat pondasi-pondasi perekonomian“, demikian dikatakan Panitia SC Kongres Sunda Andri Perkasa Kantaprawira, di Unpad.
Menurut Andri, Juanda ini seorang teknokrat mumpuni di republik ini. “Menurut saya di sejarah republik ini beliau best of the best, beliau adalah pemimpin kepala pemerintahan terbaik dari yang terbaik bagi orang sunda”, tegasnya.
Untuk itu menurutnya harus ada reaktualisasi, harus selalu diperingati sehingga dangiangnya tidak hanya untuk kepemimpinan orang Sunda tapi untuk seluruh Nusanatara sesuai visi Kongres Sunda, “Sunda Mulya - Nusantara Jaya”.
Pemikiran tentang upah minimum pun sudah dipikirkan oleh Juanda saat itu, social security sudah, termasuk Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), malah ketika republik ini dalam situasi carut-marut politik, Juanda lah yang menelorkan konsep rekonsiliasi soekarno-Hatta dimana dua proklamator ini sedang tidak akur. “Tapi Soekarno dan Hatta mau didamaikan oleh seorang Juanda berarti kan kapasitasnya luar biasa”, kata Andri bangga.
Jadi menurut Andri, kapasitas kepemimpinan ini yang ingin diangkat, yaitu pemikiran kebangsaan dan kenegaraan PM Juanda dari Pasundan ini yang pernah membawa kita menjadi kepala pemerintahan tersukses disaat krisis.
Lalu pemikiran-pemikiran apa yang akan tereksplor dalam Sawala Maya kali ini, kata Andri tergantung para pembicara. Makanya pihaknya mengundang khusus Prof. Dr. Sri Edi Suwarsono sebagai keluarga Bung Hatta juga mendapat support dari intelektual Aceh Dr. Fachry Ali juga dari Surabaya Dr. Airlangga Pribadi dsb. Jadi, ini melibatkan intelektual dari berbagai suku bangsa.
“Jadi mudah-mudahan acara ini sukses memberi kecerahan kepada bangsa ini yang nanti dalam kepemimpinan kedepan misalnya ada reshuffle kabinet, ya pilih Kabinet Zaken (Kabinet yang jajaran menterinya berasal dari kalangan ahli bukan dari parpol) – yang profesional bukan kaya sekarang kabinet-kabinet partai politik yang penuh dengan kepentingan-kepentingan pragmatis yang dimana akhirnya bukannya melahirkan lompatan jauh ke depan – di dalam krisis ini menetapkan pondasi-pondasi ke depan, malah istilahnya buta-buta garelut (para raksasa berkelahi) - jadi si oligarki-oligarki ini berkelahi memperebutkan tulang belulang republik yang resources-nya (sumber daya) sudah berkurang, korupsi meninggi, perkelahian, keributan meninggi”, tegas Andri.
Harapan Andri, contohlah Juanda, karena sekarang bangsa ini juga memerlukan tindakan-tindakan rekonsiliatif dan tentunya ini memerlukan tokoh yang jernih, sehebat Juanda. “Ya tokoh-tokoh keagamaan, tokoh-tokoh kebangsaan, tokoh-tokoh kedaerahan di Indonesia ini harus bersama-sama membuat kesepakatan-kesepakatan baru. Makanya kongres Sunda ini akan kita lanjutkan dengan pertemuan Kesukubangsaan”, pungkas Andri. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
December 12, 2020
CB Blogger
IndonesiaDalam rangka memperingati Hari Nusantara ke XX pada 13 Desember 2020, Panitia Kongres Sunda menggelar Sawala Maya “Reaktualisasi Pemikiran Kebangsaan dan Kenegaraan Sang Perdana Menteri NKRI dari Pasundan Ir. Djuanda Kartawijaya”, yang berlangsung Minggu (13/12/2020), Jam 10.00 sd 13.00 melalui Join Zoom Meeting.
Panitia Kongres Sunda melihat bahwa tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara ini adalah momentum strategis bagi Kongres Sunda untuk mewujudkan visi Kongres Sunda, yaitu “Sunda Mulya – Nusantara Jaya”.
Karena peringatan Hari Nusantara ke-20 ini pondasinya adalah Deklarasi Juanda tentang UNCLOS (konvensi hukum laut). Perjuangan panjang pemimpin perceka dari Pasundan yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri pada saat demokrasi parlementer sebelum dekrit, Juanda juga pernah menjabat Menteri Perekonomian sehingga beliau disebut Menteri Marathon karena dari taun 45 sampai tahun 63 hingga beliau meninggal, selalu berada di Kabinet.
Pernah juga menjadi pejabat presiden, beliau orang yang sangat dipercaya oleh Soekarno waktu itu, tapi meninggalnya cukup tragis diberitakan serangan jantung. “Ya ga jelas, pokoknya kita sangat berduka, orang Sunda kehilangan tokoh non partai terbaik yang tidak ada duanya. Jadi pemikiran- pemikiran kebangsaan dan kenegaraan Juanda ini harus direaktualisasi karena sesuai dengan kondisi zaman sekarang. Zaman dulu itu zaman dinamika politik tinggi apalagi zaman demokrasi parlementer, zaman ekonomi belum membaik. Kalau sekarang zaman krisis dan pandemi, tapi Juanda dengan kejernihan berpikir keprofesionalitasannya, integritasnya, berhasil membuat pondasi-pondasi perekonomian“, demikian dikatakan Panitia SC Kongres Sunda Andri Perkasa Kantaprawira, di Unpad.
Menurut Andri, Juanda ini seorang teknokrat mumpuni di republik ini. “Menurut saya di sejarah republik ini beliau best of the best, beliau adalah pemimpin kepala pemerintahan terbaik dari yang terbaik bagi orang sunda”, tegasnya.
Untuk itu menurutnya harus ada reaktualisasi, harus selalu diperingati sehingga dangiangnya tidak hanya untuk kepemimpinan orang Sunda tapi untuk seluruh Nusanatara sesuai visi Kongres Sunda, “Sunda Mulya - Nusantara Jaya”.
Pemikiran tentang upah minimum pun sudah dipikirkan oleh Juanda saat itu, social security sudah, termasuk Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), malah ketika republik ini dalam situasi carut-marut politik, Juanda lah yang menelorkan konsep rekonsiliasi soekarno-Hatta dimana dua proklamator ini sedang tidak akur. “Tapi Soekarno dan Hatta mau didamaikan oleh seorang Juanda berarti kan kapasitasnya luar biasa”, kata Andri bangga.
Jadi menurut Andri, kapasitas kepemimpinan ini yang ingin diangkat, yaitu pemikiran kebangsaan dan kenegaraan PM Juanda dari Pasundan ini yang pernah membawa kita menjadi kepala pemerintahan tersukses disaat krisis.
Lalu pemikiran-pemikiran apa yang akan tereksplor dalam Sawala Maya kali ini, kata Andri tergantung para pembicara. Makanya pihaknya mengundang khusus Prof. Dr. Sri Edi Suwarsono sebagai keluarga Bung Hatta juga mendapat support dari intelektual Aceh Dr. Fachry Ali juga dari Surabaya Dr. Airlangga Pribadi dsb. Jadi, ini melibatkan intelektual dari berbagai suku bangsa.
“Jadi mudah-mudahan acara ini sukses memberi kecerahan kepada bangsa ini yang nanti dalam kepemimpinan kedepan misalnya ada reshuffle kabinet, ya pilih Kabinet Zaken (Kabinet yang jajaran menterinya berasal dari kalangan ahli bukan dari parpol) – yang profesional bukan kaya sekarang kabinet-kabinet partai politik yang penuh dengan kepentingan-kepentingan pragmatis yang dimana akhirnya bukannya melahirkan lompatan jauh ke depan – di dalam krisis ini menetapkan pondasi-pondasi ke depan, malah istilahnya buta-buta garelut (para raksasa berkelahi) - jadi si oligarki-oligarki ini berkelahi memperebutkan tulang belulang republik yang resources-nya (sumber daya) sudah berkurang, korupsi meninggi, perkelahian, keributan meninggi”, tegas Andri.
Harapan Andri, contohlah Juanda, karena sekarang bangsa ini juga memerlukan tindakan-tindakan rekonsiliatif dan tentunya ini memerlukan tokoh yang jernih, sehebat Juanda. “Ya tokoh-tokoh keagamaan, tokoh-tokoh kebangsaan, tokoh-tokoh kedaerahan di Indonesia ini harus bersama-sama membuat kesepakatan-kesepakatan baru. Makanya kongres Sunda ini akan kita lanjutkan dengan pertemuan Kesukubangsaan”, pungkas Andri. (Asep GP)***
Panitia Kongres Sunda Gelar Sawala Maya: Reaktualisasi Pemikiran Kebangsaan dan Kenegaraan Ir. Djuanda Kartawijaya
Posted by
Tatarjabar.com on Saturday, December 12, 2020
Juanda adalah seorang teknokrat mumpuni di republik ini. Menurut saya dalam sejarah republik ini beliau best of the best, pemimpin kepala pemerintahan terbaik dari yang terbaik bagi orang Sunda.
Kalau kita bicara kemaritiman tidak terlepas dari peran orang Sunda yang benama Ir. H. Juanda. Ketika kita merdeka, luas Indonesia sekitar 1,7 km, belum sebesar sekarang. Tapi akibat adanya Deklarasi Juanda 13 Desember 1957, luas Indonesia bertambah menjadi 3 kali lipatnya, jadi 5,4 juta km.
Dengan adanya peran orang Sunda terhadap Wawasan Nusantara, mematahkan claim Belanda yang menganggap wilayah Indonesia hanya daratan ditambah 3 mil laut dan di luar itu perairan internasional. Dengan adanya Deklarasi Juanda, wilayah Indonesia terdiri dari daratan dan perairan yang ada diantara daratan. Jadi semuanya menjadi milik Indonesia plus ditambah ZEE 200 mil. Jadi, 12 mil itu kedaulatan dan kita punya hak mengolah sampai 200 mil laut.
Juanda juga pernah menjabat Perdana Menteri dan Menteri Perekonomian. Juanda jua lah yang menelorkan konsep rekonsiliasi Soekarno-Hatta, dimana dua proklamator ini sedang tidak akur, termasuk upah minimum pun sudah beliau pikirkan saat itu. Juanda adalah pemimpin hebat!
Dalam rangka memperingati Hari Nusantara ke XX pada 13 Desember 2020, Panitia Kongres Sunda menggelar Sawala Maya “Reaktualisasi Pemikiran Kebangsaan dan Kenegaraan Sang Perdana Menteri NKRI dari Pasundan Ir. Djuanda Kartawijaya”, yang berlangsung Minggu (13/12/2020), Jam 10.00 sd 13.00 melalui Join Zoom Meeting.
Panitia Kongres Sunda melihat bahwa tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara ini adalah momentum strategis bagi Kongres Sunda untuk mewujudkan visi Kongres Sunda, yaitu “Sunda Mulya – Nusantara Jaya”.
Karena peringatan Hari Nusantara ke-20 ini pondasinya adalah Deklarasi Juanda tentang UNCLOS (konvensi hukum laut). Perjuangan panjang pemimpin perceka dari Pasundan yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri pada saat demokrasi parlementer sebelum dekrit, Juanda juga pernah menjabat Menteri Perekonomian sehingga beliau disebut Menteri Marathon karena dari taun 45 sampai tahun 63 hingga beliau meninggal, selalu berada di Kabinet.
Pernah juga menjadi pejabat presiden, beliau orang yang sangat dipercaya oleh Soekarno waktu itu, tapi meninggalnya cukup tragis diberitakan serangan jantung. “Ya ga jelas, pokoknya kita sangat berduka, orang Sunda kehilangan tokoh non partai terbaik yang tidak ada duanya. Jadi pemikiran- pemikiran kebangsaan dan kenegaraan Juanda ini harus direaktualisasi karena sesuai dengan kondisi zaman sekarang. Zaman dulu itu zaman dinamika politik tinggi apalagi zaman demokrasi parlementer, zaman ekonomi belum membaik. Kalau sekarang zaman krisis dan pandemi, tapi Juanda dengan kejernihan berpikir keprofesionalitasannya, integritasnya, berhasil membuat pondasi-pondasi perekonomian“, demikian dikatakan Panitia SC Kongres Sunda Andri Perkasa Kantaprawira, di Unpad.
Menurut Andri, Juanda ini seorang teknokrat mumpuni di republik ini. “Menurut saya di sejarah republik ini beliau best of the best, beliau adalah pemimpin kepala pemerintahan terbaik dari yang terbaik bagi orang sunda”, tegasnya.
Untuk itu menurutnya harus ada reaktualisasi, harus selalu diperingati sehingga dangiangnya tidak hanya untuk kepemimpinan orang Sunda tapi untuk seluruh Nusanatara sesuai visi Kongres Sunda, “Sunda Mulya - Nusantara Jaya”.
Pemikiran tentang upah minimum pun sudah dipikirkan oleh Juanda saat itu, social security sudah, termasuk Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), malah ketika republik ini dalam situasi carut-marut politik, Juanda lah yang menelorkan konsep rekonsiliasi soekarno-Hatta dimana dua proklamator ini sedang tidak akur. “Tapi Soekarno dan Hatta mau didamaikan oleh seorang Juanda berarti kan kapasitasnya luar biasa”, kata Andri bangga.
Jadi menurut Andri, kapasitas kepemimpinan ini yang ingin diangkat, yaitu pemikiran kebangsaan dan kenegaraan PM Juanda dari Pasundan ini yang pernah membawa kita menjadi kepala pemerintahan tersukses disaat krisis.
Lalu pemikiran-pemikiran apa yang akan tereksplor dalam Sawala Maya kali ini, kata Andri tergantung para pembicara. Makanya pihaknya mengundang khusus Prof. Dr. Sri Edi Suwarsono sebagai keluarga Bung Hatta juga mendapat support dari intelektual Aceh Dr. Fachry Ali juga dari Surabaya Dr. Airlangga Pribadi dsb. Jadi, ini melibatkan intelektual dari berbagai suku bangsa.
“Jadi mudah-mudahan acara ini sukses memberi kecerahan kepada bangsa ini yang nanti dalam kepemimpinan kedepan misalnya ada reshuffle kabinet, ya pilih Kabinet Zaken (Kabinet yang jajaran menterinya berasal dari kalangan ahli bukan dari parpol) – yang profesional bukan kaya sekarang kabinet-kabinet partai politik yang penuh dengan kepentingan-kepentingan pragmatis yang dimana akhirnya bukannya melahirkan lompatan jauh ke depan – di dalam krisis ini menetapkan pondasi-pondasi ke depan, malah istilahnya buta-buta garelut (para raksasa berkelahi) - jadi si oligarki-oligarki ini berkelahi memperebutkan tulang belulang republik yang resources-nya (sumber daya) sudah berkurang, korupsi meninggi, perkelahian, keributan meninggi”, tegas Andri.
Harapan Andri, contohlah Juanda, karena sekarang bangsa ini juga memerlukan tindakan-tindakan rekonsiliatif dan tentunya ini memerlukan tokoh yang jernih, sehebat Juanda. “Ya tokoh-tokoh keagamaan, tokoh-tokoh kebangsaan, tokoh-tokoh kedaerahan di Indonesia ini harus bersama-sama membuat kesepakatan-kesepakatan baru. Makanya kongres Sunda ini akan kita lanjutkan dengan pertemuan Kesukubangsaan”, pungkas Andri. (Asep GP)***
Dalam rangka memperingati Hari Nusantara ke XX pada 13 Desember 2020, Panitia Kongres Sunda menggelar Sawala Maya “Reaktualisasi Pemikiran Kebangsaan dan Kenegaraan Sang Perdana Menteri NKRI dari Pasundan Ir. Djuanda Kartawijaya”, yang berlangsung Minggu (13/12/2020), Jam 10.00 sd 13.00 melalui Join Zoom Meeting.
Panitia Kongres Sunda melihat bahwa tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara ini adalah momentum strategis bagi Kongres Sunda untuk mewujudkan visi Kongres Sunda, yaitu “Sunda Mulya – Nusantara Jaya”.
Karena peringatan Hari Nusantara ke-20 ini pondasinya adalah Deklarasi Juanda tentang UNCLOS (konvensi hukum laut). Perjuangan panjang pemimpin perceka dari Pasundan yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri pada saat demokrasi parlementer sebelum dekrit, Juanda juga pernah menjabat Menteri Perekonomian sehingga beliau disebut Menteri Marathon karena dari taun 45 sampai tahun 63 hingga beliau meninggal, selalu berada di Kabinet.
Pernah juga menjadi pejabat presiden, beliau orang yang sangat dipercaya oleh Soekarno waktu itu, tapi meninggalnya cukup tragis diberitakan serangan jantung. “Ya ga jelas, pokoknya kita sangat berduka, orang Sunda kehilangan tokoh non partai terbaik yang tidak ada duanya. Jadi pemikiran- pemikiran kebangsaan dan kenegaraan Juanda ini harus direaktualisasi karena sesuai dengan kondisi zaman sekarang. Zaman dulu itu zaman dinamika politik tinggi apalagi zaman demokrasi parlementer, zaman ekonomi belum membaik. Kalau sekarang zaman krisis dan pandemi, tapi Juanda dengan kejernihan berpikir keprofesionalitasannya, integritasnya, berhasil membuat pondasi-pondasi perekonomian“, demikian dikatakan Panitia SC Kongres Sunda Andri Perkasa Kantaprawira, di Unpad.
Menurut Andri, Juanda ini seorang teknokrat mumpuni di republik ini. “Menurut saya di sejarah republik ini beliau best of the best, beliau adalah pemimpin kepala pemerintahan terbaik dari yang terbaik bagi orang sunda”, tegasnya.
Untuk itu menurutnya harus ada reaktualisasi, harus selalu diperingati sehingga dangiangnya tidak hanya untuk kepemimpinan orang Sunda tapi untuk seluruh Nusanatara sesuai visi Kongres Sunda, “Sunda Mulya - Nusantara Jaya”.
Pemikiran tentang upah minimum pun sudah dipikirkan oleh Juanda saat itu, social security sudah, termasuk Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), malah ketika republik ini dalam situasi carut-marut politik, Juanda lah yang menelorkan konsep rekonsiliasi soekarno-Hatta dimana dua proklamator ini sedang tidak akur. “Tapi Soekarno dan Hatta mau didamaikan oleh seorang Juanda berarti kan kapasitasnya luar biasa”, kata Andri bangga.
Jadi menurut Andri, kapasitas kepemimpinan ini yang ingin diangkat, yaitu pemikiran kebangsaan dan kenegaraan PM Juanda dari Pasundan ini yang pernah membawa kita menjadi kepala pemerintahan tersukses disaat krisis.
Lalu pemikiran-pemikiran apa yang akan tereksplor dalam Sawala Maya kali ini, kata Andri tergantung para pembicara. Makanya pihaknya mengundang khusus Prof. Dr. Sri Edi Suwarsono sebagai keluarga Bung Hatta juga mendapat support dari intelektual Aceh Dr. Fachry Ali juga dari Surabaya Dr. Airlangga Pribadi dsb. Jadi, ini melibatkan intelektual dari berbagai suku bangsa.
“Jadi mudah-mudahan acara ini sukses memberi kecerahan kepada bangsa ini yang nanti dalam kepemimpinan kedepan misalnya ada reshuffle kabinet, ya pilih Kabinet Zaken (Kabinet yang jajaran menterinya berasal dari kalangan ahli bukan dari parpol) – yang profesional bukan kaya sekarang kabinet-kabinet partai politik yang penuh dengan kepentingan-kepentingan pragmatis yang dimana akhirnya bukannya melahirkan lompatan jauh ke depan – di dalam krisis ini menetapkan pondasi-pondasi ke depan, malah istilahnya buta-buta garelut (para raksasa berkelahi) - jadi si oligarki-oligarki ini berkelahi memperebutkan tulang belulang republik yang resources-nya (sumber daya) sudah berkurang, korupsi meninggi, perkelahian, keributan meninggi”, tegas Andri.
Harapan Andri, contohlah Juanda, karena sekarang bangsa ini juga memerlukan tindakan-tindakan rekonsiliatif dan tentunya ini memerlukan tokoh yang jernih, sehebat Juanda. “Ya tokoh-tokoh keagamaan, tokoh-tokoh kebangsaan, tokoh-tokoh kedaerahan di Indonesia ini harus bersama-sama membuat kesepakatan-kesepakatan baru. Makanya kongres Sunda ini akan kita lanjutkan dengan pertemuan Kesukubangsaan”, pungkas Andri. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment