Home
» Seni Budaya
» Dosen Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI – Ajarkan Teknik Dasar Rancang Motif Batik Berbasis Kelokalan Budaya Bagi Masyarakat Babakan Sarjambe Desa Cangkuang, Leles -Garut
Sunday, October 4, 2020
Membangun suatu kepercayaan masyarakat akan kebudayaannya sendiri merupakan fondasi dasar sebuah peradaban yang membuat kemapanan bagi masyarakat itu sendiri. Dengan demikian maka masyarakat yang memiliki akar budaya yang kuat bisa dipastikan kehidupan masyarakatnya pun lebih mapan dalam mengatasi kebutuhan pokok hidupnya sehari-hari, hal ini bisa terjadi apabila masyarakat tersebut lebih sedikit tingkat ketergantungan dengan industri yang ada di luar wilayahnya. Hal ini dapat dijelaskan sebab beberapa bentuk kebutuhan pokok hidupnya dapat dipenuhi oleh olahan hasil pertanian maupun industri yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri (Warli Haryana).
Dipilihnya daerah ini sebagai tempat pengabdian masyarakat oleh beberapa dosen dari Departemen Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI, menurut Ketua Pengabdian, Warli Haryana, M.Pd, karena selain terkenal dengan daerah wisata Candi Cangkuang yang terletak di Kampung Pulo, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, daerah ini juga sangat menarik suasana alamnya, dikelilingi oleh empat gunung besar, seperti Gunung Haruman, Gunung Kaledong, Gunung Mandalawangi dan Gunung Guntur.
Candi Cangkuang ini menjadi salah satu Cagar budaya Jawa Barat yang terletak di sebuah daratan di tengah danau kecil (bahasa Sunda: Situ), sehingga untuk mencapai tempat tersebut orang harus menggunakan rakit. Selain candi, di pulau itu juga terdapat pemukiman adat Kampung Pulo, dan makam Embah Dalem Arief Muhammad yang juga menjadi bagian dari kawasan cagar budaya.
Berdasarkan keterangan dari beberapa sumber Candi Cangkuang ditemukan oleh Tim Sejarah Leles pada tanggal 9 Desember 1966. Tim peneliti disponsori oleh Bapak Idji Hatadji (CV. Haruman) dan diketuai oleh Prof. Harsoyo, Uka Tjandrasasmita (Ketua Penelitian Sejarah Islam dan Lembaga Kepurbakalaan), serta mahasiswa dari IKIP Bandung (UPI). Penelitian dilakukan berdasarkan tulisan Vorderman dalam buku Notulen Bataviaasch Genotschap terbitan tahun 1893 yang menyatakan bahwa di Desa Cangkuang terdapat makam kuno dan sebuah arca yang sudah rusak. Pada buku notulen disebutkan bahwa temuan itu berlokasi di bukit Kampung Pulo.
Dari sejarah yang menarik inilah beberapa dosen Departemen Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI didukung Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM UPI), tertarik untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu melaksanakan pengabdian masyarakat mengajak masyarakat di sekitar Cangkuang untuk ikut peduli melestarikan budaya Nusantara melalui pembelajaran batik dan belajar dasar-dasar perancangan motif batik yang diharapkan nantinya bermanfaat bagi warga masyarakat sekitar Desa Cangkuang untuk turut aktif dalam mengenalkan daerahnya melalui pembuatan batik dan motif batik yang memiliki ciri khusus daerah tersebut. Harapan Warli selaku ketua kedepannya kegiatan ini bisa menjadi sebuah komunitas masyarakat kreatif yang mampu membangun industri kreatif, sekaligus sebagai pengenalan daerah atau yang sering disebut dengan istilah brand image daerah Cangkuang Leles Garut.
Kegiatan pembelajaran yang dimulai bulan Mei sampai dengan akhir Agustus 2020 ini kata Warli, dilaksanakan melalui sistem blended learning, tidak lain untuk memudahkan keleluasaan dalam memberikan materi ajar kepada masyarakat agar mudah untuk berkomunikasi dan disosialisasikan. Tentunya dalam pembelajaran luring dilakukan tetap dengan mengikuti protokol kesehatan menggunakan masker.
Adapun kegiatan daring dapat dilakukan dengan media WhatsApp Group dan video youtube, termasuk workshop dengan Zoom Meeting yang didukung Departemen Seni Rupa FPSD UPI dan LPPM UPI yang akan digelar pada bulan Oktober 2020 ini.
“Dalam pembelajarannya membuat desain motif batik masyarakat Kampung Babakan Sarjambe diajak untuk mengenal lokasi daerahnya dan mengenal potensi yang ada di wilayah tersebut untuk diamati dan dijadikan landasan awal belajar menggambar. Pada pendataan objek yang ada di daerah Cangkuang ini didapat beberapa objek yang dapat dijadikan dasar objek menggambar motif batik diantaranya ada situ Cangkuang (danau), rakit bambu, pohon, bangunan candi dan museum serta rumah adat kampung pulau dan alam pegunungan dan persawahan yang ada di sekitar wilayah ini”, jelas Warli.
Adapun dosen yang turut membantu Warli Haryana dalam Pengabdian Masyarakat ini diantaranya adalah Gumilar Pratama, M.Pd., dan tenaga pendidikan Umam Haeruman, sedangkan mahasiswa yang aktif mendukung diantarannya, Maulana GM dan beberapa mahasiswa lain seperti Sintiya Widi, Fachri Yusuf, Widi Aditya, Jevan Ibnu S, Segi Mega, yang telah turut berpartisipasi melalui beberapa contoh karya tugas yang dikerjakan pada saat perkuliahan dan dikirimkan melalui e-mail atau whatsapp. (hal ini dilakukan dalam rangka pembelajaran daring dan proteksi untuk kesehatan mahasiswa yang memang jarak lokasi berjauhan sehingga selama pembelajaran daring ini para mahasiswa kecenderungan tinggal di daerah mereka masing-masing ada yang di Ciamis, Tasikmalaya, Kuningan, dan Sumedang).
Pada awal kegiatan, Warli dan kawan-kawan mengalami sedikit kendala, peserta latihan kebanyakan sama sekali belum mengenal proses membatik dan belum memiliki dasar pengetahuan tentang desain atau menggambar, sehingga dalam proses awal yang dilakukan oleh Warli Haryana dkk, lebih ke arah pengenalan dasar menggambar dengan tema dekoratif, dan tidak dituntut hasil yang bagus untuk beberapa kali latihan. Hal ini dilakukan dengan tujuan perserta menjadi tidak takut untuk membuat gambar dan tidak merasa malu jika gambarnya belum bagus benar. Setelah gambar yang dibuat selesai dapat dipindahkan ke media kain sebagai gambar motif batik yang nantinya dipraktikan dalam proses membatik dari awal pencantingan sampai pewarnaan.
Menariknya kegiatan tersebut diikuti oleh beberapa kelompok usia dari mulai anak usia Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas, ibu-ibu rumah tangga, pemuda dan orang tua yang ada di kampung Babakan Sarjambe. Sehingga karya desain motif batik dan batik dari pelatihan ini cukup bervariasi jika dilihat dari hasil yang telah dibuat.
Kegiatan ini pun kata Warli didukung para pimpinan di kampung Babakan Sarjambe dan masyarakat yang ada di desa Cangkuang. Pelaksanaan awal mula di dukung oleh Ade Saepulloh selaku Ketua RW, Aep Saepudin selaku tokoh masyarakat, Nenden Suryati Guru SMA 2 Garut selaku koordinator masyarakat kreatif di kampung Babakan Sarjambe dan Agus Sutisna selaku perwakilan dari UPTD Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut yang mengelola Situs Kampung Pulo dan Candi Cangkuang Leles Garut.
Pada proses menggambar masyarakat diberikan gambaran tentang objek yang boleh dibuat yaitu objek bunga, binatang, pemandangan alam sekitar dan gambar bebas dengan bahan kertas hvs, baru selanjutnya konsep gambar tersebut dilanjutkan dipindahkan ke kain batik dengan cara digambar ulang maupun di contoh melalui diteplak untuk menghasilkan gambar yang diinginkan tanpa harus mengulang dari awal.
Pada kegiatan selanjutnya masyarakat diajarkan cara mencanting dari gambar yang dibuat hingga proses mewarnai melalui bahan naftol maupun warna alam. Pada proses awal teknik pewarnaan diajarkan dengan teknik pencelupan warna naftol sebab ini merupakan dasar agar masyarakat benar-benar memahami proses membatik dengan baik.
“Alhamdulillah kegiatan ini sangat disenangi oleh masyarakat, dengan antusiasnya mereka belajar. Karena pembelajaran batik menjadi salah satu alternatif dalam membuka peluang baru usaha sekaligus hiburan di sela-sela waktunya yang kecenderungan masyarakat sekitar bekerja sebagai petani, peternak dan bekerja di pabrik, “, kata Warli gembira.
Begitu juga masyarakat sangat bersyukur mendapat tambahan ilmu dan keterampilan yang bisa menaikan tarap ekonomi keluarganya. Warli Haryana selaku Ketua Pengabdian yang juga menjadi Dosen Seni Rupa dari Departemen Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), menurut catatan wartawan, memiliki segudang pengalaman di bidang desain atau rancangan dan praktisi seni rupa, secara sekilas pekerjaan membuat desain sudah dilakukannya sejak tahun 1986, pada awal mula sekolah di Seni Rupa Yogyakarta mengambil jurusan Desain Grafis Komunikasi (DKV), sejak saat itulah dia aktif sebagai desainer dan praktisi seni. Kepercayaannya mucul dalam bidang desain pada saat tahun 1989 dan 1990 mendapatkan penghargaan “Pratita Adhikarya” di sekolahnya dalam bidang Desain Poster Sosial dan Budaya. Desain cover buku pun telah banyak dia buat, termasuk pekerjaan desain grafis lainnya seperti bidang desain poster yaitu pernah dipercaya oleh Direktorat Perbekalan/DITBEKANG AD tahun 1993 dan 1994 dipercayai oleh Brigjen Nasep Rahmat untuk membuat Poster Raksasa dalam rangka hari Ulang Tahun Angkatan Darat. Kemudian prestasi lainnya dipercaya membuat beberapa desain logo untuk event-event Nasional seperti pembuatan Desain Kejuaraan Tenis Meja Kapolri CUP 2012, pembuatan Logo dan Maskot POPNAS 2014, pembuatan Desain Piktogram PON XIX 2016, dan pembuatan desain Maskot Porwarnas 2016, Pembuatan Logo Yayasan Tenis Meja Jawa Barat 2019, serta aktif dalam kegiatan berkesenian baik dalam pameran tunggal dan pameran bersama baik yang ada di Indonesia dan beberapa negara.
Dalam Pengabdian Masyarakat ini Warli Haryana berharap, pada tahun pertama ini masyarakat memahami teknik merancang secara sederhana tentang motif batik yang mengambil tema budaya setempat sekitar Candi Cangkuang, juga diharapkan masyarakat mampu membatik dengan baik sehingga kegiatan ini nantinya akan diterapkan juga kepada masyarakat Kampung Adat yang ada di Kampung Pulo Candi Cangkuang sebagai sarana pengenalan belajar merancang motif batik dan belajar membatik. “Tujuannya masyarakat Babakan Sarjambe menjadi salah satu kampung percontohan yang lebih dulu sudah belajar berkolaborasi membentuk komunitas masyarakat kreatif yang menekuni bidang batik dan mampu membuat rancangan motif yang memiliki ciri khusus daerahnya, “ kata Warli pasti.
Pada tahun pertama ini masyarakat tidak dituntut untuk menghasilkan produk rancangan motif batik dan produk batik yang sudah siap untuk dipasarkan, tetapi penekanannya lebih pada belajar dulu, kemudian menjadi menyukai dan mau untuk mengembangkan produk desain motif batik dan produk batik dengan membawa ciri khas daerahnya.
“Semoga kegiatan ini dapat berlanjut terus hingga masyarakat mampu membuat dan berproduksi dan dapat dijadikan salah satu unggulan produk kreatif dan mendukung pariwisata khususnya di Candi Cangkuang serta dapat menjadi brand image daerah Garut, terutama di desa Cangkuang sebagai modal dasar pembangunan ekonomi dan industri pariwisata yang memiliki kebermanfaatan nyata bagi masyarakat. Sehingga kerjasama antara masyarakat, pemerintah dan perguruan tinggi seperti dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang dilakukan ini semakin dapat ditingkatkan dan dapat membangun ekonomi kemasyarakatan,” demikian pungkas Warli Haryana. (Asep GP)
Foto Kegiatan:
Proses pencantingan yang diikuti oleh peserta workshop. |
Proses pencantingan menuju proses pewarnaan oleh peserta workshop. |
Hasil pembuatan desain motif batik dari proses 1 warna oleh peserta workshop. |
Dosen Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI – Ajarkan Teknik Dasar Rancang Motif Batik Berbasis Kelokalan Budaya Bagi Masyarakat Babakan Sarjambe Desa Cangkuang, Leles -Garut
Posted by
Tatarjabar.com on Sunday, October 4, 2020
Membangun suatu kepercayaan masyarakat akan kebudayaannya sendiri merupakan fondasi dasar sebuah peradaban yang membuat kemapanan bagi masyarakat itu sendiri. Dengan demikian maka masyarakat yang memiliki akar budaya yang kuat bisa dipastikan kehidupan masyarakatnya pun lebih mapan dalam mengatasi kebutuhan pokok hidupnya sehari-hari, hal ini bisa terjadi apabila masyarakat tersebut lebih sedikit tingkat ketergantungan dengan industri yang ada di luar wilayahnya. Hal ini dapat dijelaskan sebab beberapa bentuk kebutuhan pokok hidupnya dapat dipenuhi oleh olahan hasil pertanian maupun industri yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri (Warli Haryana).
Dipilihnya daerah ini sebagai tempat pengabdian masyarakat oleh beberapa dosen dari Departemen Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI, menurut Ketua Pengabdian, Warli Haryana, M.Pd, karena selain terkenal dengan daerah wisata Candi Cangkuang yang terletak di Kampung Pulo, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, daerah ini juga sangat menarik suasana alamnya, dikelilingi oleh empat gunung besar, seperti Gunung Haruman, Gunung Kaledong, Gunung Mandalawangi dan Gunung Guntur.
Candi Cangkuang ini menjadi salah satu Cagar budaya Jawa Barat yang terletak di sebuah daratan di tengah danau kecil (bahasa Sunda: Situ), sehingga untuk mencapai tempat tersebut orang harus menggunakan rakit. Selain candi, di pulau itu juga terdapat pemukiman adat Kampung Pulo, dan makam Embah Dalem Arief Muhammad yang juga menjadi bagian dari kawasan cagar budaya.
Berdasarkan keterangan dari beberapa sumber Candi Cangkuang ditemukan oleh Tim Sejarah Leles pada tanggal 9 Desember 1966. Tim peneliti disponsori oleh Bapak Idji Hatadji (CV. Haruman) dan diketuai oleh Prof. Harsoyo, Uka Tjandrasasmita (Ketua Penelitian Sejarah Islam dan Lembaga Kepurbakalaan), serta mahasiswa dari IKIP Bandung (UPI). Penelitian dilakukan berdasarkan tulisan Vorderman dalam buku Notulen Bataviaasch Genotschap terbitan tahun 1893 yang menyatakan bahwa di Desa Cangkuang terdapat makam kuno dan sebuah arca yang sudah rusak. Pada buku notulen disebutkan bahwa temuan itu berlokasi di bukit Kampung Pulo.
Dari sejarah yang menarik inilah beberapa dosen Departemen Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI didukung Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM UPI), tertarik untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu melaksanakan pengabdian masyarakat mengajak masyarakat di sekitar Cangkuang untuk ikut peduli melestarikan budaya Nusantara melalui pembelajaran batik dan belajar dasar-dasar perancangan motif batik yang diharapkan nantinya bermanfaat bagi warga masyarakat sekitar Desa Cangkuang untuk turut aktif dalam mengenalkan daerahnya melalui pembuatan batik dan motif batik yang memiliki ciri khusus daerah tersebut. Harapan Warli selaku ketua kedepannya kegiatan ini bisa menjadi sebuah komunitas masyarakat kreatif yang mampu membangun industri kreatif, sekaligus sebagai pengenalan daerah atau yang sering disebut dengan istilah brand image daerah Cangkuang Leles Garut.
Kegiatan pembelajaran yang dimulai bulan Mei sampai dengan akhir Agustus 2020 ini kata Warli, dilaksanakan melalui sistem blended learning, tidak lain untuk memudahkan keleluasaan dalam memberikan materi ajar kepada masyarakat agar mudah untuk berkomunikasi dan disosialisasikan. Tentunya dalam pembelajaran luring dilakukan tetap dengan mengikuti protokol kesehatan menggunakan masker.
Adapun kegiatan daring dapat dilakukan dengan media WhatsApp Group dan video youtube, termasuk workshop dengan Zoom Meeting yang didukung Departemen Seni Rupa FPSD UPI dan LPPM UPI yang akan digelar pada bulan Oktober 2020 ini.
“Dalam pembelajarannya membuat desain motif batik masyarakat Kampung Babakan Sarjambe diajak untuk mengenal lokasi daerahnya dan mengenal potensi yang ada di wilayah tersebut untuk diamati dan dijadikan landasan awal belajar menggambar. Pada pendataan objek yang ada di daerah Cangkuang ini didapat beberapa objek yang dapat dijadikan dasar objek menggambar motif batik diantaranya ada situ Cangkuang (danau), rakit bambu, pohon, bangunan candi dan museum serta rumah adat kampung pulau dan alam pegunungan dan persawahan yang ada di sekitar wilayah ini”, jelas Warli.
Adapun dosen yang turut membantu Warli Haryana dalam Pengabdian Masyarakat ini diantaranya adalah Gumilar Pratama, M.Pd., dan tenaga pendidikan Umam Haeruman, sedangkan mahasiswa yang aktif mendukung diantarannya, Maulana GM dan beberapa mahasiswa lain seperti Sintiya Widi, Fachri Yusuf, Widi Aditya, Jevan Ibnu S, Segi Mega, yang telah turut berpartisipasi melalui beberapa contoh karya tugas yang dikerjakan pada saat perkuliahan dan dikirimkan melalui e-mail atau whatsapp. (hal ini dilakukan dalam rangka pembelajaran daring dan proteksi untuk kesehatan mahasiswa yang memang jarak lokasi berjauhan sehingga selama pembelajaran daring ini para mahasiswa kecenderungan tinggal di daerah mereka masing-masing ada yang di Ciamis, Tasikmalaya, Kuningan, dan Sumedang).
Pada awal kegiatan, Warli dan kawan-kawan mengalami sedikit kendala, peserta latihan kebanyakan sama sekali belum mengenal proses membatik dan belum memiliki dasar pengetahuan tentang desain atau menggambar, sehingga dalam proses awal yang dilakukan oleh Warli Haryana dkk, lebih ke arah pengenalan dasar menggambar dengan tema dekoratif, dan tidak dituntut hasil yang bagus untuk beberapa kali latihan. Hal ini dilakukan dengan tujuan perserta menjadi tidak takut untuk membuat gambar dan tidak merasa malu jika gambarnya belum bagus benar. Setelah gambar yang dibuat selesai dapat dipindahkan ke media kain sebagai gambar motif batik yang nantinya dipraktikan dalam proses membatik dari awal pencantingan sampai pewarnaan.
Menariknya kegiatan tersebut diikuti oleh beberapa kelompok usia dari mulai anak usia Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas, ibu-ibu rumah tangga, pemuda dan orang tua yang ada di kampung Babakan Sarjambe. Sehingga karya desain motif batik dan batik dari pelatihan ini cukup bervariasi jika dilihat dari hasil yang telah dibuat.
Kegiatan ini pun kata Warli didukung para pimpinan di kampung Babakan Sarjambe dan masyarakat yang ada di desa Cangkuang. Pelaksanaan awal mula di dukung oleh Ade Saepulloh selaku Ketua RW, Aep Saepudin selaku tokoh masyarakat, Nenden Suryati Guru SMA 2 Garut selaku koordinator masyarakat kreatif di kampung Babakan Sarjambe dan Agus Sutisna selaku perwakilan dari UPTD Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut yang mengelola Situs Kampung Pulo dan Candi Cangkuang Leles Garut.
Pada proses menggambar masyarakat diberikan gambaran tentang objek yang boleh dibuat yaitu objek bunga, binatang, pemandangan alam sekitar dan gambar bebas dengan bahan kertas hvs, baru selanjutnya konsep gambar tersebut dilanjutkan dipindahkan ke kain batik dengan cara digambar ulang maupun di contoh melalui diteplak untuk menghasilkan gambar yang diinginkan tanpa harus mengulang dari awal.
Pada kegiatan selanjutnya masyarakat diajarkan cara mencanting dari gambar yang dibuat hingga proses mewarnai melalui bahan naftol maupun warna alam. Pada proses awal teknik pewarnaan diajarkan dengan teknik pencelupan warna naftol sebab ini merupakan dasar agar masyarakat benar-benar memahami proses membatik dengan baik.
“Alhamdulillah kegiatan ini sangat disenangi oleh masyarakat, dengan antusiasnya mereka belajar. Karena pembelajaran batik menjadi salah satu alternatif dalam membuka peluang baru usaha sekaligus hiburan di sela-sela waktunya yang kecenderungan masyarakat sekitar bekerja sebagai petani, peternak dan bekerja di pabrik, “, kata Warli gembira.
Begitu juga masyarakat sangat bersyukur mendapat tambahan ilmu dan keterampilan yang bisa menaikan tarap ekonomi keluarganya. Warli Haryana selaku Ketua Pengabdian yang juga menjadi Dosen Seni Rupa dari Departemen Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), menurut catatan wartawan, memiliki segudang pengalaman di bidang desain atau rancangan dan praktisi seni rupa, secara sekilas pekerjaan membuat desain sudah dilakukannya sejak tahun 1986, pada awal mula sekolah di Seni Rupa Yogyakarta mengambil jurusan Desain Grafis Komunikasi (DKV), sejak saat itulah dia aktif sebagai desainer dan praktisi seni. Kepercayaannya mucul dalam bidang desain pada saat tahun 1989 dan 1990 mendapatkan penghargaan “Pratita Adhikarya” di sekolahnya dalam bidang Desain Poster Sosial dan Budaya. Desain cover buku pun telah banyak dia buat, termasuk pekerjaan desain grafis lainnya seperti bidang desain poster yaitu pernah dipercaya oleh Direktorat Perbekalan/DITBEKANG AD tahun 1993 dan 1994 dipercayai oleh Brigjen Nasep Rahmat untuk membuat Poster Raksasa dalam rangka hari Ulang Tahun Angkatan Darat. Kemudian prestasi lainnya dipercaya membuat beberapa desain logo untuk event-event Nasional seperti pembuatan Desain Kejuaraan Tenis Meja Kapolri CUP 2012, pembuatan Logo dan Maskot POPNAS 2014, pembuatan Desain Piktogram PON XIX 2016, dan pembuatan desain Maskot Porwarnas 2016, Pembuatan Logo Yayasan Tenis Meja Jawa Barat 2019, serta aktif dalam kegiatan berkesenian baik dalam pameran tunggal dan pameran bersama baik yang ada di Indonesia dan beberapa negara.
Dalam Pengabdian Masyarakat ini Warli Haryana berharap, pada tahun pertama ini masyarakat memahami teknik merancang secara sederhana tentang motif batik yang mengambil tema budaya setempat sekitar Candi Cangkuang, juga diharapkan masyarakat mampu membatik dengan baik sehingga kegiatan ini nantinya akan diterapkan juga kepada masyarakat Kampung Adat yang ada di Kampung Pulo Candi Cangkuang sebagai sarana pengenalan belajar merancang motif batik dan belajar membatik. “Tujuannya masyarakat Babakan Sarjambe menjadi salah satu kampung percontohan yang lebih dulu sudah belajar berkolaborasi membentuk komunitas masyarakat kreatif yang menekuni bidang batik dan mampu membuat rancangan motif yang memiliki ciri khusus daerahnya, “ kata Warli pasti.
Pada tahun pertama ini masyarakat tidak dituntut untuk menghasilkan produk rancangan motif batik dan produk batik yang sudah siap untuk dipasarkan, tetapi penekanannya lebih pada belajar dulu, kemudian menjadi menyukai dan mau untuk mengembangkan produk desain motif batik dan produk batik dengan membawa ciri khas daerahnya.
“Semoga kegiatan ini dapat berlanjut terus hingga masyarakat mampu membuat dan berproduksi dan dapat dijadikan salah satu unggulan produk kreatif dan mendukung pariwisata khususnya di Candi Cangkuang serta dapat menjadi brand image daerah Garut, terutama di desa Cangkuang sebagai modal dasar pembangunan ekonomi dan industri pariwisata yang memiliki kebermanfaatan nyata bagi masyarakat. Sehingga kerjasama antara masyarakat, pemerintah dan perguruan tinggi seperti dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang dilakukan ini semakin dapat ditingkatkan dan dapat membangun ekonomi kemasyarakatan,” demikian pungkas Warli Haryana. (Asep GP)
Foto Kegiatan:
Proses pencantingan yang diikuti oleh peserta workshop. |
Proses pencantingan menuju proses pewarnaan oleh peserta workshop. |
Hasil pembuatan desain motif batik dari proses 1 warna oleh peserta workshop. |
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment