Wednesday, September 16, 2020
Panitia Kongres Sunda diterima di Gedung Negara |
Pengorbanan dan Sumbangsih Warga Sumedang Kepada NKRI
Dan bupati pun menjelaskan sejak Bendungan Jatigede berdiri walaupun airnya tidak mengairi Sumedang, malah lebih ke Majalengka, Indramayu dan jauh ke Berebes, tapi Sumedang tetap surplus padi. Jadi kata bupati, Jatigede ini adalah sumbangan orang Sumedang dan pemerintah Sumedang kepada pemerintah RI.
Karena memang Sumedang ini tidak bisa dipungkiri jadi pusat intelektual Sunda, apalagi sekarang beberapa Universitas terkenal (Unpad, ITB, juga STPDN, Ikopin, Unwim) pindah dan berada di Sumedang (kawasan Jatinangor). Maka Sumedang Jadi pusat cahaya, ilmu pengetahuan, pusat pencerahan, mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara.
Setelah sukses menggelar beberapa seri webinar Sunda atau Sawalamaya Pra Kongres Sunda, seperti “Revitalisasi Pelaksanaan Tujuan Bernegara – Mendorong Masyarakat Sunda Jauh ke Depan dalam Menghadapi Perang Modern”, yang dihadiri para Jenderal dan intelektual Sunda (16/7/2020), juga “Jawa Barat di Resesi 2020 : Sikap, Tantangan dan Solusi ke Masa Depan” (12/8/2020), yang diikuti para pakar ekonomi dan pengusaha dari Sunda, serta SAWANDA (Sawala Aksi Wanoja Sunda) yang digelar 17 Agustus 2020, Sekarang Panitia Kongres Sunda 2020 tengah gencar-gencarnya mempersiapkan Sawala Daerah.
Seperti beberapa hari ke belakang (8/9/2020). Panitia Kongres Sunda 2020 bersilaturahmi, audiensi dengan Bupati Sumedang H. Dony Ahmad Munir, ST., MM, untuk sosialisasi Kongres Sunda 2020 dan merencanakan Sawala Daerah tentang Kedaulatan Pangan.
Avi Hidayat memberi Iket Sunda Walangsungsang kepada Bupati Sumedang |
“Alhamdulillah kami diterima ramah di gedung Negara oleh Pak Doni dan kami mempresentasikan apa itu Kongres Sunda sebagai wadah konsolidasi elit tokoh warga dengan membawa berbagai macam diskursus atau pemikiran-pemikiran yang dibawa atau agenda. Ini berkat komunikasi Kang Ahmad Najib Qudratullah (Anggota DPR RI) dibantu Dr. Iwa Kuswaeri (Pupuhu Rukun Wargi Sumedang/ RWS)", demikian kata Andri Perkasa Kantaprawira, Panitia Pengarah Kongres Sunda 2020, dalam siaran persnya yang sampai ke meja redaksi.
Sebagaimana diketahui, kata Andri, ada tiga agenda Kongres Sunda diantaranya, soal adeg-adeg, tangtungan Sunda atau jatidiri Sunda atau stategi kebudayaan. Terkait dengan hal ini Pak Bupati menjelaskan bahwa di Sumedang pokok-pokok pemikiran kebudayaan daerah itu sudah sampai ke tingkat perda dan itu berarti memang Pak Bupati melanjutkan aspirasi masyarakat untuk menjadikan Sumedang sebagai puseur (pusat) Kebudayaan Sunda (Sumedang Puseur Budaya Sunda / SPBS) menjadi public policy yang lebih riil.
Ditambahkan Andri, dalam dialog ada sedikit senda gurau, pihak panitia Kongres Sunda mengusulkan ada tambahan di dalam bet Sumedang dari yang tertulis “Sumedang Insun Medal”, diusulkan ditambah “Insun Madangan”. Jadi tidak hanya lahir (medal), tapi memberi cahaya (Arti kata Sumedang memang pada zaman Prabu Tadjimalela, putra Prabu Adji Putih Raja Kerajaan Tembong Agung cikal bakal Kerajaan Sumedang Larang, berasal dari kata Insun Medal/Insun Medangan – aku dilahirkan aku menerangi dan Larang: sesuatu yang tidak ada tandingannya).
Karena memang Sumedang ini tidak bisa dipungkiri jadi pusat intelektual Sunda, apalagi sekarang beberapa Universitas terkenal (Unpad, ITB, juga STPDN, Ikopin, Unwim) pindah dan berada di Sumedang (kawasan Jatinangor). Jadi pusat cahaya, ilmu pengetahuan, pusat pencerahan, mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara. Dalam gunem catur kemarin kata Andri, dibahas juga tentang strategi kebudayaan dan itu patut disyukuri karena Sumedang dari dulu luhung budayanya dan sekarang pun menjadi Puseur Budaya Sunda.
Lalu, dalam dialog tersebut Avi Taufik Hidayat sebagai Ketua Panitia Kongres Sunda, menjelaskan agenda kedua Sunda Sarakan dan Nagara. Terutama tentang kedaulatan pangan dan bupati pun menjelaskan bahwa memang sejak Bendungan Jatigede berdiri, walaupun airnya tidak mengairi Sumedang, malah lebih ke Majalengka, Indramayu dan jauh ke Berebes, tapi Sumedang tetap surplus padi. Jadi kata bupati, Jatigede ini adalah sumbangan orang Sumedang dan pemerintah Sumedang kepada pemerintah RI.
Tentu dengan pengorbanan ini bupati pun tidak ingin masyarakat Sumedang miskin karena kehilangan mata pencaharian dan lain-lain. Karena itu, masyarakat di sekitar Jadigede dipikirkan nasibnya. Dan Bupati bersyukur daerah di sekitar Jatigede ini sangat strategis untuk menunjang pariwisata – ada yang bisa dijadikan untuk Paralayang dan untuk beberapa wisata air dan itu sudah ditinjau pihak Kepariwisataan internasional dan ini bisa dikembangkan menjadi wilayah pariwisata apalagi dari bandara Internasional Kertajati bisa dicapai hanya 50 menit.
Jadi intinya kata Bupati, pemerintah provinsi mendukung tentang hal itu dan itu dibuktikan dengan akan berdirinya sebuah masjid yang cukup mewah di Sumedang yang didesain sendiri oleh Gubernur Ridwan Kamil, juga ditambah dengan menara Kujang Kembar.
“Nah dalam hal ini Panitia Kongres Sunda memberi masukan, mohon disampaikan Pak Bupati kepada Pak Gubernur, sebaiknya nama untuk menara “Kujang Kembar” diganti dengan Kujang Papasangan, karena tidak ada istilah Kujang Kembar dalam kebudayaan Sunda yang ada Kujang Papasangan (dalam Pantun Bogor, bendera Pajajaran berwarna hitam-putih bersulam gambar kujang dan pakujajar lalayanan/papasangan). Kesatuan energi, kolaborasi indung-bapa, lalaki-awewe, beurang-peuting, yang akan memancarkan dangiang, frekwensi, wibawa,
Pada prinsipnya, Panitia Kongres Sunda 2020 mangapresiasi kolaborasi antara pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi dalam mengembangkan daerah Sumedang, karena itu sesuatu hal yang positif. Tapi kata Andri, pihaknya juga mengingatkan dalam pariwisata harus bebabasis kesejahteraan penduduk lokal, proteksi pertanahan dan lain-lain.
Kata Andri, Bupati juga menjelaskan tentang wilayah Rancakalong yang sedang dibuat menjadi pusat kebudayaan dan kata Bupati ada cerita menarik ketika tiba-tiba duta besar Prancis mendatangi pemkab Sumedang dan ternyata dubes Prancis tersebut tertarik dengan Gamelan Sarioneng Parakan Salak yang dibuat di Sumedang pada abad ke 18 yang telah ikut menyemarakan peresmian menara Eifel di Paris, Perancis tahun 1889 (menurut beberapa sumber Gamelan Sarioneng tidak bisa dilepaskan dari Parakansalak-Sukabumi, karena ketika magelaran di Prancis dalam peresmian menara Eifel tersebut seluruh nayaga dan penarinya berasal dari Parakansalak. Gamelan ini juga dibuat atas pesanan Adriaan Walrafen Holle, Administratur Perkebunan Teh di daerah tersebut kepada pandai besi di Sumedang, sedangkan ancag (dudukan/rangka) dari Thailand (Muang Thai), lalu dititipkan di Sumedang hingga kini berada di Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang.
Dan uniknya, ketika Bupati lagi dialog dengan dubes Perancis tersebut sambil nawarangsa (Tarawangsa/Jentreng. Tarawangsa adalah alat musik gesek mirip rebab sedangkan Jentreng, Kecapi khas Rancakalong – kasenian khas Rancakalong Sumedang) ini menunjukan bahwa kasenian dari Sumedang sudah kakoncara (terkenal) ke Mancanagara, hingga bisa menarik duta besar Perancis untuk datang ke Sumedang.
Dan ini menjadi semacam wangsit/petunjuk bagi panitia Kongres Sunda hingga menimbulkan suatu ide/gagasan, alangkah baiknya kalau nanti dalam peresmian “Menara Kujang Papasangan” ini gamelan Sarioneng pun ikut ngareuah-reuah, hingga ada frekwensi yang sama dengan peristiwa peresmian Menara Eeifel, di Paris Perancis.
Dan tentu saja kata Andri semua itu perlu persiapan, apakah ada revitaslisai, ada restorasi, kalau perlu dibuat replika yang baru.
“Ini kan gawe rukun, kebersamanan antara pemkab dan pemprov merestorasi gamelan, dan nantinya setelah jadi akan ada pelatihan dari ahlinya yang profesional, seperti dari ISBI (ASTI) dibantu sanggar seni Sunda lainnya. Mudah-mudahan totonden ini menjadi kenyataan bahwa dangiang Sunda Sumedang Madangan, benar-benar menunjukkan cahayanya kepada Nusantara, “ kata Andri pasti.
***
Panitia Kongres Sunda 2020 melihat bahwa silaturahmi ini bisa menjadi titik awal adanya sawala-sawala daerah lainnya. Kerja sama antara pemerintah daerah dengan Kongres Sunda ini diharapkan akan teus berlangsung dan akan bermanfaat badi kedua pihak. Terutama untuk daerah-daerah potensial yang ada di Jawa Barat karena Panitia Kongres Sunda punya kelebihan di bidang networking terutama para pakar di semua bidang. Sebagai contoh untuk Sawala Kedaulatan Pangan di Sumedang yang thor-nya dibuat oleh Eep S. Maqdir salah satunya akan mengundang Ramdhani Eka Putra, Ph.D., dari ITB yang meneliti unggulnya sektor pertanian di Thailand dan Vietnam”, demkian jelas Andri.
“Dan di Sumedang alhamdulillah Pak Doni menyambut baik, hasil audiensi prinsipnya Bupati berterima kasih dan siap berkolaborasi dengan Panitia Kongres Sunda karena ini sesuatu yang positif dan kami waktu itu memberikan cinderamata iket Sunda Walangsungsang bermotif emas kepada beliau. Mudah-mudahan apa-apa yang sudah disetujui, Pak Doni cepat menjadwalkan kapan punya waktu senggang untuk melakukan sawala maya dan nanti diharapkan selain dihadiri masyarakat Sumedang juga dihadiri birokrat Sumedang, camat, lurah. Sementara kita akan undang stakeholder, ahli pertanian Entang Satraatmadja, Agus Pakpahan, Surahman Al Hajj atau Hadiguna Cilembu termasuk para alumni IPB dan ITB juga para stakeholder dari Karawang, Subang, Indramayu, Garut diharap bisa ikut hadir walau pusat sawala maya di Sumedang kan sistemnya pake zoom, “ harap Andri.
Jadi nanti Pak Bupati, kata Andri diharapkan menjadi keynote speaker tentang public policy, kebijakan umum Sumedang ini mau seperti apa dan khusus di bidang pertanian kedaulatan pangannya seperti apa.
Sawala Derah lainnya akan silaturahmi dengan Bupati Garut, ngobrol UKMK (Usaha Kecil Menengah dan Koperasi), juga dengan Bupati Ciamis membicarakan rekonstruksi Keraton Galuh Pakuan dan konservasi Gunung Sawal dan di Bogor dengan Bima Arya membicarakan soal Keraton Pakuan Pajajaran yang belum tergali tata ruangnya kalau terungkap akan meningkatkan posisi tawar Bogor sebagai Kota Pariwisata. Sementara di Subang akan dibicarakan masalah tata ruang dan pertanian, digitalisasi desa dan posisi strategis Patimban serta di Majalengka soal Bandara Internasional Kertajati, dan posisi tata ruang Majalengka secara keseluruhan seperti apa dan sebagainya.
“Jadi pada prinsipnya sawala-sawala daerah ini melibatkan kepala daerah di dalam pemikiran-pemikiran strategis, terobosan di masa covid ini kita gunakan untuk tafakur, untuk memikirkan sesuatu hal yang strategis sehingga ketika covid berlalu kita sudah memliki ancang-ancang lompatan jauh ke depan- mundur satu langkah ke belakang untuk melangkah jauh ke depan, istilahnya kebijakan lompatan jauh ke depan. Mudah-mudahan disamping kesibukannya para kepala daerah, para stakeholder Sunda di dalam Kongres Sunda melakukan diskursus positif karena Kongres Sunda bagaimana pun satu-satunya kongres kesukubangsaan yang sedang berlangsung serta didukung oleh banyak stakeholder, “ pungkas Andri. (Rls/ AGP)***
Sawala Daerah Dimulai Dari Sumedang Tentang Kedaulatan Pangan
Posted by
Tatarjabar.com on Wednesday, September 16, 2020
Panitia Kongres Sunda diterima di Gedung Negara |
Pengorbanan dan Sumbangsih Warga Sumedang Kepada NKRI
Dan bupati pun menjelaskan sejak Bendungan Jatigede berdiri walaupun airnya tidak mengairi Sumedang, malah lebih ke Majalengka, Indramayu dan jauh ke Berebes, tapi Sumedang tetap surplus padi. Jadi kata bupati, Jatigede ini adalah sumbangan orang Sumedang dan pemerintah Sumedang kepada pemerintah RI.
Karena memang Sumedang ini tidak bisa dipungkiri jadi pusat intelektual Sunda, apalagi sekarang beberapa Universitas terkenal (Unpad, ITB, juga STPDN, Ikopin, Unwim) pindah dan berada di Sumedang (kawasan Jatinangor). Maka Sumedang Jadi pusat cahaya, ilmu pengetahuan, pusat pencerahan, mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara.
Setelah sukses menggelar beberapa seri webinar Sunda atau Sawalamaya Pra Kongres Sunda, seperti “Revitalisasi Pelaksanaan Tujuan Bernegara – Mendorong Masyarakat Sunda Jauh ke Depan dalam Menghadapi Perang Modern”, yang dihadiri para Jenderal dan intelektual Sunda (16/7/2020), juga “Jawa Barat di Resesi 2020 : Sikap, Tantangan dan Solusi ke Masa Depan” (12/8/2020), yang diikuti para pakar ekonomi dan pengusaha dari Sunda, serta SAWANDA (Sawala Aksi Wanoja Sunda) yang digelar 17 Agustus 2020, Sekarang Panitia Kongres Sunda 2020 tengah gencar-gencarnya mempersiapkan Sawala Daerah.
Seperti beberapa hari ke belakang (8/9/2020). Panitia Kongres Sunda 2020 bersilaturahmi, audiensi dengan Bupati Sumedang H. Dony Ahmad Munir, ST., MM, untuk sosialisasi Kongres Sunda 2020 dan merencanakan Sawala Daerah tentang Kedaulatan Pangan.
Avi Hidayat memberi Iket Sunda Walangsungsang kepada Bupati Sumedang |
“Alhamdulillah kami diterima ramah di gedung Negara oleh Pak Doni dan kami mempresentasikan apa itu Kongres Sunda sebagai wadah konsolidasi elit tokoh warga dengan membawa berbagai macam diskursus atau pemikiran-pemikiran yang dibawa atau agenda. Ini berkat komunikasi Kang Ahmad Najib Qudratullah (Anggota DPR RI) dibantu Dr. Iwa Kuswaeri (Pupuhu Rukun Wargi Sumedang/ RWS)", demikian kata Andri Perkasa Kantaprawira, Panitia Pengarah Kongres Sunda 2020, dalam siaran persnya yang sampai ke meja redaksi.
Sebagaimana diketahui, kata Andri, ada tiga agenda Kongres Sunda diantaranya, soal adeg-adeg, tangtungan Sunda atau jatidiri Sunda atau stategi kebudayaan. Terkait dengan hal ini Pak Bupati menjelaskan bahwa di Sumedang pokok-pokok pemikiran kebudayaan daerah itu sudah sampai ke tingkat perda dan itu berarti memang Pak Bupati melanjutkan aspirasi masyarakat untuk menjadikan Sumedang sebagai puseur (pusat) Kebudayaan Sunda (Sumedang Puseur Budaya Sunda / SPBS) menjadi public policy yang lebih riil.
Ditambahkan Andri, dalam dialog ada sedikit senda gurau, pihak panitia Kongres Sunda mengusulkan ada tambahan di dalam bet Sumedang dari yang tertulis “Sumedang Insun Medal”, diusulkan ditambah “Insun Madangan”. Jadi tidak hanya lahir (medal), tapi memberi cahaya (Arti kata Sumedang memang pada zaman Prabu Tadjimalela, putra Prabu Adji Putih Raja Kerajaan Tembong Agung cikal bakal Kerajaan Sumedang Larang, berasal dari kata Insun Medal/Insun Medangan – aku dilahirkan aku menerangi dan Larang: sesuatu yang tidak ada tandingannya).
Karena memang Sumedang ini tidak bisa dipungkiri jadi pusat intelektual Sunda, apalagi sekarang beberapa Universitas terkenal (Unpad, ITB, juga STPDN, Ikopin, Unwim) pindah dan berada di Sumedang (kawasan Jatinangor). Jadi pusat cahaya, ilmu pengetahuan, pusat pencerahan, mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara. Dalam gunem catur kemarin kata Andri, dibahas juga tentang strategi kebudayaan dan itu patut disyukuri karena Sumedang dari dulu luhung budayanya dan sekarang pun menjadi Puseur Budaya Sunda.
Lalu, dalam dialog tersebut Avi Taufik Hidayat sebagai Ketua Panitia Kongres Sunda, menjelaskan agenda kedua Sunda Sarakan dan Nagara. Terutama tentang kedaulatan pangan dan bupati pun menjelaskan bahwa memang sejak Bendungan Jatigede berdiri, walaupun airnya tidak mengairi Sumedang, malah lebih ke Majalengka, Indramayu dan jauh ke Berebes, tapi Sumedang tetap surplus padi. Jadi kata bupati, Jatigede ini adalah sumbangan orang Sumedang dan pemerintah Sumedang kepada pemerintah RI.
Tentu dengan pengorbanan ini bupati pun tidak ingin masyarakat Sumedang miskin karena kehilangan mata pencaharian dan lain-lain. Karena itu, masyarakat di sekitar Jadigede dipikirkan nasibnya. Dan Bupati bersyukur daerah di sekitar Jatigede ini sangat strategis untuk menunjang pariwisata – ada yang bisa dijadikan untuk Paralayang dan untuk beberapa wisata air dan itu sudah ditinjau pihak Kepariwisataan internasional dan ini bisa dikembangkan menjadi wilayah pariwisata apalagi dari bandara Internasional Kertajati bisa dicapai hanya 50 menit.
Jadi intinya kata Bupati, pemerintah provinsi mendukung tentang hal itu dan itu dibuktikan dengan akan berdirinya sebuah masjid yang cukup mewah di Sumedang yang didesain sendiri oleh Gubernur Ridwan Kamil, juga ditambah dengan menara Kujang Kembar.
“Nah dalam hal ini Panitia Kongres Sunda memberi masukan, mohon disampaikan Pak Bupati kepada Pak Gubernur, sebaiknya nama untuk menara “Kujang Kembar” diganti dengan Kujang Papasangan, karena tidak ada istilah Kujang Kembar dalam kebudayaan Sunda yang ada Kujang Papasangan (dalam Pantun Bogor, bendera Pajajaran berwarna hitam-putih bersulam gambar kujang dan pakujajar lalayanan/papasangan). Kesatuan energi, kolaborasi indung-bapa, lalaki-awewe, beurang-peuting, yang akan memancarkan dangiang, frekwensi, wibawa,
Pada prinsipnya, Panitia Kongres Sunda 2020 mangapresiasi kolaborasi antara pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi dalam mengembangkan daerah Sumedang, karena itu sesuatu hal yang positif. Tapi kata Andri, pihaknya juga mengingatkan dalam pariwisata harus bebabasis kesejahteraan penduduk lokal, proteksi pertanahan dan lain-lain.
Kata Andri, Bupati juga menjelaskan tentang wilayah Rancakalong yang sedang dibuat menjadi pusat kebudayaan dan kata Bupati ada cerita menarik ketika tiba-tiba duta besar Prancis mendatangi pemkab Sumedang dan ternyata dubes Prancis tersebut tertarik dengan Gamelan Sarioneng Parakan Salak yang dibuat di Sumedang pada abad ke 18 yang telah ikut menyemarakan peresmian menara Eifel di Paris, Perancis tahun 1889 (menurut beberapa sumber Gamelan Sarioneng tidak bisa dilepaskan dari Parakansalak-Sukabumi, karena ketika magelaran di Prancis dalam peresmian menara Eifel tersebut seluruh nayaga dan penarinya berasal dari Parakansalak. Gamelan ini juga dibuat atas pesanan Adriaan Walrafen Holle, Administratur Perkebunan Teh di daerah tersebut kepada pandai besi di Sumedang, sedangkan ancag (dudukan/rangka) dari Thailand (Muang Thai), lalu dititipkan di Sumedang hingga kini berada di Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang.
Dan uniknya, ketika Bupati lagi dialog dengan dubes Perancis tersebut sambil nawarangsa (Tarawangsa/Jentreng. Tarawangsa adalah alat musik gesek mirip rebab sedangkan Jentreng, Kecapi khas Rancakalong – kasenian khas Rancakalong Sumedang) ini menunjukan bahwa kasenian dari Sumedang sudah kakoncara (terkenal) ke Mancanagara, hingga bisa menarik duta besar Perancis untuk datang ke Sumedang.
Dan ini menjadi semacam wangsit/petunjuk bagi panitia Kongres Sunda hingga menimbulkan suatu ide/gagasan, alangkah baiknya kalau nanti dalam peresmian “Menara Kujang Papasangan” ini gamelan Sarioneng pun ikut ngareuah-reuah, hingga ada frekwensi yang sama dengan peristiwa peresmian Menara Eeifel, di Paris Perancis.
Dan tentu saja kata Andri semua itu perlu persiapan, apakah ada revitaslisai, ada restorasi, kalau perlu dibuat replika yang baru.
“Ini kan gawe rukun, kebersamanan antara pemkab dan pemprov merestorasi gamelan, dan nantinya setelah jadi akan ada pelatihan dari ahlinya yang profesional, seperti dari ISBI (ASTI) dibantu sanggar seni Sunda lainnya. Mudah-mudahan totonden ini menjadi kenyataan bahwa dangiang Sunda Sumedang Madangan, benar-benar menunjukkan cahayanya kepada Nusantara, “ kata Andri pasti.
***
Panitia Kongres Sunda 2020 melihat bahwa silaturahmi ini bisa menjadi titik awal adanya sawala-sawala daerah lainnya. Kerja sama antara pemerintah daerah dengan Kongres Sunda ini diharapkan akan teus berlangsung dan akan bermanfaat badi kedua pihak. Terutama untuk daerah-daerah potensial yang ada di Jawa Barat karena Panitia Kongres Sunda punya kelebihan di bidang networking terutama para pakar di semua bidang. Sebagai contoh untuk Sawala Kedaulatan Pangan di Sumedang yang thor-nya dibuat oleh Eep S. Maqdir salah satunya akan mengundang Ramdhani Eka Putra, Ph.D., dari ITB yang meneliti unggulnya sektor pertanian di Thailand dan Vietnam”, demkian jelas Andri.
“Dan di Sumedang alhamdulillah Pak Doni menyambut baik, hasil audiensi prinsipnya Bupati berterima kasih dan siap berkolaborasi dengan Panitia Kongres Sunda karena ini sesuatu yang positif dan kami waktu itu memberikan cinderamata iket Sunda Walangsungsang bermotif emas kepada beliau. Mudah-mudahan apa-apa yang sudah disetujui, Pak Doni cepat menjadwalkan kapan punya waktu senggang untuk melakukan sawala maya dan nanti diharapkan selain dihadiri masyarakat Sumedang juga dihadiri birokrat Sumedang, camat, lurah. Sementara kita akan undang stakeholder, ahli pertanian Entang Satraatmadja, Agus Pakpahan, Surahman Al Hajj atau Hadiguna Cilembu termasuk para alumni IPB dan ITB juga para stakeholder dari Karawang, Subang, Indramayu, Garut diharap bisa ikut hadir walau pusat sawala maya di Sumedang kan sistemnya pake zoom, “ harap Andri.
Jadi nanti Pak Bupati, kata Andri diharapkan menjadi keynote speaker tentang public policy, kebijakan umum Sumedang ini mau seperti apa dan khusus di bidang pertanian kedaulatan pangannya seperti apa.
Sawala Derah lainnya akan silaturahmi dengan Bupati Garut, ngobrol UKMK (Usaha Kecil Menengah dan Koperasi), juga dengan Bupati Ciamis membicarakan rekonstruksi Keraton Galuh Pakuan dan konservasi Gunung Sawal dan di Bogor dengan Bima Arya membicarakan soal Keraton Pakuan Pajajaran yang belum tergali tata ruangnya kalau terungkap akan meningkatkan posisi tawar Bogor sebagai Kota Pariwisata. Sementara di Subang akan dibicarakan masalah tata ruang dan pertanian, digitalisasi desa dan posisi strategis Patimban serta di Majalengka soal Bandara Internasional Kertajati, dan posisi tata ruang Majalengka secara keseluruhan seperti apa dan sebagainya.
“Jadi pada prinsipnya sawala-sawala daerah ini melibatkan kepala daerah di dalam pemikiran-pemikiran strategis, terobosan di masa covid ini kita gunakan untuk tafakur, untuk memikirkan sesuatu hal yang strategis sehingga ketika covid berlalu kita sudah memliki ancang-ancang lompatan jauh ke depan- mundur satu langkah ke belakang untuk melangkah jauh ke depan, istilahnya kebijakan lompatan jauh ke depan. Mudah-mudahan disamping kesibukannya para kepala daerah, para stakeholder Sunda di dalam Kongres Sunda melakukan diskursus positif karena Kongres Sunda bagaimana pun satu-satunya kongres kesukubangsaan yang sedang berlangsung serta didukung oleh banyak stakeholder, “ pungkas Andri. (Rls/ AGP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment