Home
» Serba-Serbi
» Ngobrol Bareng Teh Dete Seputar UMKM : UMKM Adalah Tapak Dasar Kekuatan Kemasyarakatan
Sunday, September 6, 2020
Teh Dete, UMKM Alumni Unpad banyak dicontoh alumni Perguruan Tinggi lainnya
Di masa pandemi ternyata pemerintah menjadikan UMKM ini sebagai leader lagi, dan ini berlaku di Negara manapun saat krisis UMKM selalu menjadi garda terdepan. Tapi di saat krisis mereda, konglomerasi malah dikasih karpet merah, UMKM terpingirkan lagi, dan itu selalu berulang
Kalau mau mengembalikan lagi kekuatan UMKM sekarang lah saatnya mumpung masih pandemi, kita kuatkan hingga mengakar, agar nanti pada saat kembali normal UMKM sudah jadi tuan rumah di negaranya sendiri.
UMKM Alumni Unpad adalah UMKM berpendidikan dan di Kementerian Koperasi di tempatkan di klaster tersendiri dan pihak kementerian dengan senang hati untuk terus bekerjasama.
Kelak kalau UMKM Alumni Unpad ini sudah besar akan menjadi UMKM Alumni semua perguruan tinggi dan sekarang pun sudah banyak yang mencontoh program-programnya.
Ada yang menarik untuk diamati dari sepak terjang Dr. Ary Zulfikar, S.H., M.H., (Kang Azoo), salah satu calon Ketua Umum IKA Unpad untuk periode 2020-2024. Sepertinya Kang Azoo adalah salah satu dari enam calon Ketua Umum IKA Unpad yang paling rajin mengadakan kegiatan dengan segenap alumni Unpad, bahkan merealisasikan visi-misinya. Bahkan dia sering blusukan ke beberapa daerah termasuk Garut, Tasik, Sumedang, untuk menghimpun alumni yang punya bakat luar biasa.
Salah satu gebrakan nyata dari alumni Fakultas Hukum Unpad 89 yang kini menjabat Direktur Eksekutif Hukum Lembaga Penjamin Simpanan - LPS, yaitu membuat program jejaring alumni dengan wadah UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) untuk membangun kekuatan alumni, ekonomi alumni dan mengharumkan almamater tercintanya.
Hingga masa pandemi datang pun tak menjadi halangan untuk terus merealisasikan program-programnya. Bahkan Kang Azoo sering mengatakan bahwa bencana pandemi Covid-19 ini bisa dijadikan pijakan untuk mengembangkan industri rumahan. Disaat industri besar menjadi terganggu, karyawan banyak yang dirumahkan, ekonomi menjadi lesu karena orang tidak bebas keluar rumah, ada social distancing untuk memutus rantai penyebaran virus Corona, maka bisnis UMKM lah yang jadi solusinya.
Kebetulan istrinya, Dr. Dewi Tenty Septi Artiany, S.H., MH, Mkn adalah Pemerhati Koperasi, UMKM dan Ekonomi Kreatif. Nah Teh Dete, demikian alumni Fakultas Hukum Unpad Angkatan 88 ini akrab disapa, Rabu kemarin (2/9/2020) mengadakan acara “Ngobrol Bareng Teh Dete Seputar UMKM” di Warung Ayam Penyet Ibu Tris Jalan Braga No. 60 Kota Bandung. Acara ngariung yang diikuti oleh puluhan anggota dan peminat UMKM Alumni Unpad dari berbagai fakultas dan angkatan ini, dihadiri pula oleh Inda D. Hasman, SH. MM, Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan.
Acara ngariung ini kata Teh Dete, adalah evaluasi setelah mendapatkan undangan dari kementerian ketenagakerjaan. “Jadi evaluasi apa yang telah kita kerjakan beberapa lama ini kemudian juga bicara tentang beberapa oportunity yang sudah diberikan pemrintah dan non pemerintah,” katanya.
Dalam keadaan pandemi seperti sekarang, kata Teh Dete, banyak isu UMKM, baik yang menyangkut pendanaan, pelatihan, atau pembinaan. “Ternyata mereka (pemerintah terkait) itu agak kesulitan kenapa daya serapnya hanya 10% dari yang seharusnya, mereka juga kebingungan, jangan sampai salah memberikan hal-hal seperti itu kepada yang kurang tepat, yang disasar adalah komunitas-komunitas. Nah, mereka melihat kelompok UMKM alumni ini adalah sebagai salah satu komunitas yang pantas untuk dilirik karena selain memang adalah para UMKM, komunitasnya juga terjaga saling mengenal, saling memberikan proteksi. Kalau tidak saling mengenal kan kemungkinannya akan saling menipu dan saling menjatuhklan. Tapi kalau UMKM Alumni ini tidak. Seperti tadi acara ini yang punya ilmu memberikan ilmunya pada yang lain. Jadi pola-pola seperti ini yang menarik buat mereka. Jadi Insya Allah pelatihan, pembinaan, atau bantuan apapun sepertinya akan tepat sasaran”, demikian papar Teh Dete.
Selain itu, dengan adanya kumpul-kumpul seperti ini, selain membahas dan mengevaluasi juga bisa mengetahui apa yang menjadi kebutuhan semua anggota. Misalnya untuk membangun produktivitasnya banyak yang meminta dilatih packaging, apalagi di masa pandemi ini packaging sangat penting agar konsumen tidak menerima produk yang rusak dan kebetulan kementerian ketenagakerjaan ternyata punya program pelatihan itu. “Jadi Insya Allah tanggal 28 September 2020 akan dikasih pelatihan packaging khusus buat UMKM alumni secara online. Itu kan sesuatu yang sudah bagus, “ terang Teh Dete gembira
Inda Hasman, mendorong UMKM Alumni Unpad jadi komunitas wirausaha |
Tapi ada juga kekesalannya. Sebagai Pemerhati Koperasi dan UMKM ketika sebelum pandemi banyak sekali konsen yang Teh Dete berikan pada koperasi yang kadang-kadang koperasi itu terdiri dari pelaku UMKM, di masa pandemi ternyata pemerintah menjadikan UMKM ini jadi leader lagi, dan ini berlaku di Negara manapun saat krisis UMKM selalu menjadi garda terdepan. “Tapi lama-lama saya kesal kenapa kita hanya diingat saat krisis, tapi saat krisis mereda konglomerasi malah dikasih karpet merah, UMKM terpingirkan lagi, dan itu selalu berulang, “ katanya kesal.
Untuk itu dia minta ke semua pihak, kalau mau mengembalikan lagi kekuatan UMKM sekarang lah saatnya mumpung masih pandemi, kita kuatkan hingga mengakar, agar nanti pada saat kembali normal UMKM sudah jadi tuan rumah di negaranya sendiri. “Caranya kita harus menguatkan barisan, apa yang kita lakukan simpel, membeli produk alumni, saling meng-endorse, saling mepromosikan, itu hal-hal simpel yang ternyata meningkatkan produktivitas dan pemasaran,” tegasnya.
Di UMKM Alumni sendiri kata Teh Dete ada 700 produk dan kebanyakan 65% Food and Beverages/ frozen food (makanan beku) karena mudah dikerjakan dan paling dicari oleh konsumen/pasar di masa Covid-19, ketika orang tidak bisa pergi ke restoran kemudian mencari produk yang bisa dikontek dan dikirim ke rumahnya masing-masing.
Selain makanan dan minuman banyak produk lain juga yang bisa dikembangkan, dari mulai batu akik, sapi sampai ikan cupang pun ada.
“Mereka saya lihat pergerakannya luar biasa, contohnya ada 3 pelaku UMKM yang belum saling kenal menjual tiga produk berbeda, yang satu menjual madu dan dua orang lainnya jual sayuran dan yoghurt, besoknya di grup (WAG) mereka menjual kolaborasi tiga poduk tersebut, yoghurt campur sayuran dan madu. Itu ide gila, luar biasa kreativitasnya,” pujinya.
Selain itu, kata Teh Dete, di UMKM Alumni berlaku sitem “Barter” (tukar-menukar barang) misalnya bila tidak punya uang Madu bisa dibarter dengan barang lainnya. Pola barter ini ternyata di Negara lain pun sekarang lagi trend.
UMKM Alumni Banyak Dicontoh Para Ahli Dari Luar
Agar produk UMKM laku tidak perlu meng-endors artis, itu bisa dilakukan oleh si pelaku UMKM dengan membangun kepercayaan konsumen. Jadi kata Teh Dete, pola-pola komunitas inilah yang harus dibangun tetapi harus konsisten agar kuat, setelah kuat akan jadi brand yang dikenal masyarakat.
Di Jepang dulu ada koperasi pertanian “Zen-Noh” (koperasi terbaik di dunia), hingga sekarang dari 4 Orang jepang 1 diantaranya menjadi anggota koperasi karena mereka sangat percaya pada produk koperasi. “Nah sekarang kita membagun kepercayaan masyarakat terhadap brand UMKM alumni. Apabila ini jadi brand yang sangat dikenal masyarakat, maka mereka akan bilang kalau beli makananan mah di UMKM alumni saja enak dan murah. Nah sekarang kita sedang menitinya agar mencapai brand tersebut, “ terang Teh Dete.
Teh Dete juga mengatakan, UMKM Alumni Unpad adalah UMKM berpendidikan dan di Kementerian Koperasi di tempatkan di klaster tersendiri dan pihak kementerian dengan senang hati untuk terus bekerjasama.
Dan nantinya kalau UMKM Alumni Unpad ini sudah besar akan menjadi UMKM Alumni semua perguruan tinggi dan sekarang pun sudah banyak yang mencontoh program-programnya. “Temen-temen saya bilang banyak gerakan saya yang menginisiasi alumni perguruan tinggi lainnya. Padahal ini gerakan simple dan spontanitas hanya mungkin pas saja dengan keadaan sekarang,“ kata alumni Fakultas Hukum Unpad (S1-S3) sekaligus UI (Kenotariatan-S2) dan UGM (Hukum Bisnis-S2) ini merendah.
Teh Dete di kementerian koperasi dikenal sebagai pencetus one brand merk kolektif, bukunya jadi panduan karena Indonesia belum punya one brand kalah dengan dunia luar. Maka UMKM alumni Unpad pun akan diupayakan supaya jadi pilot projek pertama di indonesia yang menggunakan one brand untuk komunitas, dan akan membikin satu merk bersama dimana isinya barang-barang produksi alumni.
Selain itu dia pun dikenal sebagai Notaris, dari pekerjaan Notaris itulah Teh Dete banyak membina bagaimana koperasi didirikan dan berkembang hidup, makanya perempuan tangguh urutan 10 dari “17 Perempuan Tangguh 2019” ini dikenal di kementerian koperasi sebagai Notaris yang memperhatikan koperasi UMKM dan Ekonomi Kreatif.
Sementara itu Inda D. Hasman, SH., MM, Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan, menilai gerakan UMKM Alumni Unpad ini bagus karena dari BPJS ketenagakerjaan sendiri mendata orang-orang yang beralih dari yang tadinya pekerja biasa kantoran kemudian jadi UMKM, wiraswasta.
“Dan itu makin hari makin banyak apalagi di saat pandemi seperti sekarang karena mereka kehilangan pekerjaan tapi punya uang karena uangnya dari kami juga dari jamsostek, dapat JHT (Jaminan Hari Tua), uang pensiun, kalau di karyawan dapat pesangon. Nah uangnya itu mereka bingung mau diapakan karena biasa terima gaji. Nah mereka itu butuh organisasi seperti ini, yang bisa memberikan ide- ide bahwa uangnya tidak tergerus habis buat makan dan akhirnya bisa menjadi suatu usaha yang mengantikan gajinya sekarang. Nah terlihat sekali bahwa gelombang komunitas itu begitu besarnya. Nah karena ada Kang Azoo dan Teh Dete ini yang sama visinya, saya diajak sembari mengumpulkan angkatan di bawah saya, ternyata animonya luar biasa sudah ada yang gabung 700-an dari semua fakultas padahal awalnya hanya di Fakultas Hukum, Fakultas lain malah lebih banyak. Dulu kami berpusat di Jakarta ternyata di Bandung pun tumbuh juga mungkin daerah lainnya akan tumbuh juga, pelan-pelan berproses, “ paparnya.
Para pelaku UMKM Alumni Unpad |
Ciri-ciri peserta UMKM alumni kata Inda, kalau tidak ibu rumah tangga mereka mantan pegawai (suami). Mereka tidak sungkan untuk belajar bagaimana berbisnis lebih baik. Jadi UMKM ke depan lebih canggih, terdiri dari para sarjana hingga S2, mereka pun bisa menyalurkan pengalaman-pengalamannya sewaktu masih bekerja dengan cara yang lebih kreatif untuk bisa membikin usaha.
“Menurut saya pelaku-pelaku UMKM seperti inilah yang membuat kami di BPJS Ketenagakerjaan lebih optimis lagi. Tadinya kan mereka keluar dari pekerjaan dan mengambil JHT nya, jadi kami tergerus, kehilangan uang iuran sudah hampir satu jutaan dari mulai Pandemi Maret lalu (1,6 jt). Nah sekarang di UMKM tinggal mereka berhasil, Insya Alloh akan balik lagi menjadi peserta. Makanya saya akan dukung orang-orang seperti ini mereka jangan berprinsip selesai bekerja artinya selesai hidup-tapi harus berpikir pekerjaannya selesai tapi hidupnya belum selesai, jadi mereka harus bangkit lagi diberi wawasan, diberi pelatihan, diberi Semangat, “ terangnya, gamblang.
Ya, semangat itu kata Inda penting tapi lebih penting lagi orang yang mau dan mampu, kalaupun ada orang yang tidak mampu tapi mau bisa dibuat jadi mampu dilatih dimotivasi, tapi kalau yang mampu tapi tidak mau itu seperti mendorong mobil mogok, didorong mati lagi mati lagi. ”Jadi kami cari orang-orang yang meskipun tidak mampu tapi mau dari awal lagi, start lagi dari nol bersama-sama”, imbuhnya.
Untuk memasarkan produk UMKM, dulu 10 tahun yang lalu harus dari pintu ke pintu (dor to dor) tapi sekarang dengan kecanggihan digitalisasi bisa dengan hape dan sekali pajang cepat terjual. Dari mulai dorokdok (kerupuk kulit), sandal jepit laris manis, dan bisa barter juga.
Manfaat BPJS Ketenagakerjaan
"Sebagai dewan pengawas di BPJS ketenagakerjaan saya bilang sama Kakanwil dan cabang-cabang ayo tanggapilah komunitas seperti itu, mereka kan tidak cuma ngumpul reuni, tapi berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan mereka", jelas Indra.
Inda pun memperkenalan produk BPJS Ketenagakerjaan yang murah-meriah tapi besar manfaatnya, hanya dengan membayar Rp. 16.800 si peserta akan dapat jaminan kematian sebesar 42 juta belum jaminan hari tua (JHT) atau untuk beasiswa putra-putrinya.
Bayar 2 program Rp. 16.800 ini berlaku untuk umum namanya Peserta Mandiri (Mandiri, seperti BPJS kesehatan). Jadi saya punya usaha, saya menjamin diri saya sendiri untuk dua program, saya bayar 16.800.
Kebanyakan masyarakat belum tahu terutama ibu rumah tangga tentang BPJS Ketenagakerjaan ini, karena hanya suaminya yang tersentuh karena mencari nafkah, pekerja kantoran. Padahal orang yang tidak bekerja pun bisa jadi peserta, asal punya pemasukan untuk membayar iuran secara rutin.
“Mana ada asuransi semurah itu. Bagi karyawan yang dapat uang jaminan pensiun, jaminan hari tua dari kantornya kadang mereka tidak tahu kartunya dapat diperpanjang lagi menjadi Peserta Mandiri dapat bayaran lagi, terlindungi. Jadi zaman sekarang kalau (tapi amit-amit) tiba-tiba ada yang meninggal kena Covid-19 kalau jadi peserta istri atau anaknya dijamin bea siswa 2-3 anak sebesar ratusan juta, “ terangnya.
Inda optimis kalau UMKM mereka berkembang mereka akan kembali untuk menjadi peserta mandiri dan setia membayar rutin karena ada usaha yang lama-lama akan menjadi besar dari pasar lokal hingga bisa merambah ekspor .
Di Jabar sendiri menurut Inda, UMKM bagus dan berkembang. “Insya Alloh oleh pemerintah disini juga dibina, jangan sampai dibiarkan kasihan mereka juga pingin hidup, apalagi mereka sudah kehilangan pekerjaan. Untuk itu kami juga mengadakan pelatihan-pelatihan, sharing seperti yang dipasilitasi Teh Dete seperti sekarang, yang tadinya tidak tahu jadi tahu – yang sudah pandai berbagi pada yang belum tahu – yang belum tahu bertanya tentang masalahnya, jadi saling memberi, ini bagus programnya,” pungkas Inda. (Asep GP)***
Ngobrol Bareng Teh Dete Seputar UMKM : UMKM Adalah Tapak Dasar Kekuatan Kemasyarakatan
Posted by
Tatarjabar.com on Sunday, September 6, 2020
Teh Dete, UMKM Alumni Unpad banyak dicontoh alumni Perguruan Tinggi lainnya
Di masa pandemi ternyata pemerintah menjadikan UMKM ini sebagai leader lagi, dan ini berlaku di Negara manapun saat krisis UMKM selalu menjadi garda terdepan. Tapi di saat krisis mereda, konglomerasi malah dikasih karpet merah, UMKM terpingirkan lagi, dan itu selalu berulang
Kalau mau mengembalikan lagi kekuatan UMKM sekarang lah saatnya mumpung masih pandemi, kita kuatkan hingga mengakar, agar nanti pada saat kembali normal UMKM sudah jadi tuan rumah di negaranya sendiri.
UMKM Alumni Unpad adalah UMKM berpendidikan dan di Kementerian Koperasi di tempatkan di klaster tersendiri dan pihak kementerian dengan senang hati untuk terus bekerjasama.
Kelak kalau UMKM Alumni Unpad ini sudah besar akan menjadi UMKM Alumni semua perguruan tinggi dan sekarang pun sudah banyak yang mencontoh program-programnya.
Ada yang menarik untuk diamati dari sepak terjang Dr. Ary Zulfikar, S.H., M.H., (Kang Azoo), salah satu calon Ketua Umum IKA Unpad untuk periode 2020-2024. Sepertinya Kang Azoo adalah salah satu dari enam calon Ketua Umum IKA Unpad yang paling rajin mengadakan kegiatan dengan segenap alumni Unpad, bahkan merealisasikan visi-misinya. Bahkan dia sering blusukan ke beberapa daerah termasuk Garut, Tasik, Sumedang, untuk menghimpun alumni yang punya bakat luar biasa.
Salah satu gebrakan nyata dari alumni Fakultas Hukum Unpad 89 yang kini menjabat Direktur Eksekutif Hukum Lembaga Penjamin Simpanan - LPS, yaitu membuat program jejaring alumni dengan wadah UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) untuk membangun kekuatan alumni, ekonomi alumni dan mengharumkan almamater tercintanya.
Hingga masa pandemi datang pun tak menjadi halangan untuk terus merealisasikan program-programnya. Bahkan Kang Azoo sering mengatakan bahwa bencana pandemi Covid-19 ini bisa dijadikan pijakan untuk mengembangkan industri rumahan. Disaat industri besar menjadi terganggu, karyawan banyak yang dirumahkan, ekonomi menjadi lesu karena orang tidak bebas keluar rumah, ada social distancing untuk memutus rantai penyebaran virus Corona, maka bisnis UMKM lah yang jadi solusinya.
Kebetulan istrinya, Dr. Dewi Tenty Septi Artiany, S.H., MH, Mkn adalah Pemerhati Koperasi, UMKM dan Ekonomi Kreatif. Nah Teh Dete, demikian alumni Fakultas Hukum Unpad Angkatan 88 ini akrab disapa, Rabu kemarin (2/9/2020) mengadakan acara “Ngobrol Bareng Teh Dete Seputar UMKM” di Warung Ayam Penyet Ibu Tris Jalan Braga No. 60 Kota Bandung. Acara ngariung yang diikuti oleh puluhan anggota dan peminat UMKM Alumni Unpad dari berbagai fakultas dan angkatan ini, dihadiri pula oleh Inda D. Hasman, SH. MM, Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan.
Acara ngariung ini kata Teh Dete, adalah evaluasi setelah mendapatkan undangan dari kementerian ketenagakerjaan. “Jadi evaluasi apa yang telah kita kerjakan beberapa lama ini kemudian juga bicara tentang beberapa oportunity yang sudah diberikan pemrintah dan non pemerintah,” katanya.
Dalam keadaan pandemi seperti sekarang, kata Teh Dete, banyak isu UMKM, baik yang menyangkut pendanaan, pelatihan, atau pembinaan. “Ternyata mereka (pemerintah terkait) itu agak kesulitan kenapa daya serapnya hanya 10% dari yang seharusnya, mereka juga kebingungan, jangan sampai salah memberikan hal-hal seperti itu kepada yang kurang tepat, yang disasar adalah komunitas-komunitas. Nah, mereka melihat kelompok UMKM alumni ini adalah sebagai salah satu komunitas yang pantas untuk dilirik karena selain memang adalah para UMKM, komunitasnya juga terjaga saling mengenal, saling memberikan proteksi. Kalau tidak saling mengenal kan kemungkinannya akan saling menipu dan saling menjatuhklan. Tapi kalau UMKM Alumni ini tidak. Seperti tadi acara ini yang punya ilmu memberikan ilmunya pada yang lain. Jadi pola-pola seperti ini yang menarik buat mereka. Jadi Insya Allah pelatihan, pembinaan, atau bantuan apapun sepertinya akan tepat sasaran”, demikian papar Teh Dete.
Selain itu, dengan adanya kumpul-kumpul seperti ini, selain membahas dan mengevaluasi juga bisa mengetahui apa yang menjadi kebutuhan semua anggota. Misalnya untuk membangun produktivitasnya banyak yang meminta dilatih packaging, apalagi di masa pandemi ini packaging sangat penting agar konsumen tidak menerima produk yang rusak dan kebetulan kementerian ketenagakerjaan ternyata punya program pelatihan itu. “Jadi Insya Allah tanggal 28 September 2020 akan dikasih pelatihan packaging khusus buat UMKM alumni secara online. Itu kan sesuatu yang sudah bagus, “ terang Teh Dete gembira
Inda Hasman, mendorong UMKM Alumni Unpad jadi komunitas wirausaha |
Tapi ada juga kekesalannya. Sebagai Pemerhati Koperasi dan UMKM ketika sebelum pandemi banyak sekali konsen yang Teh Dete berikan pada koperasi yang kadang-kadang koperasi itu terdiri dari pelaku UMKM, di masa pandemi ternyata pemerintah menjadikan UMKM ini jadi leader lagi, dan ini berlaku di Negara manapun saat krisis UMKM selalu menjadi garda terdepan. “Tapi lama-lama saya kesal kenapa kita hanya diingat saat krisis, tapi saat krisis mereda konglomerasi malah dikasih karpet merah, UMKM terpingirkan lagi, dan itu selalu berulang, “ katanya kesal.
Untuk itu dia minta ke semua pihak, kalau mau mengembalikan lagi kekuatan UMKM sekarang lah saatnya mumpung masih pandemi, kita kuatkan hingga mengakar, agar nanti pada saat kembali normal UMKM sudah jadi tuan rumah di negaranya sendiri. “Caranya kita harus menguatkan barisan, apa yang kita lakukan simpel, membeli produk alumni, saling meng-endorse, saling mepromosikan, itu hal-hal simpel yang ternyata meningkatkan produktivitas dan pemasaran,” tegasnya.
Di UMKM Alumni sendiri kata Teh Dete ada 700 produk dan kebanyakan 65% Food and Beverages/ frozen food (makanan beku) karena mudah dikerjakan dan paling dicari oleh konsumen/pasar di masa Covid-19, ketika orang tidak bisa pergi ke restoran kemudian mencari produk yang bisa dikontek dan dikirim ke rumahnya masing-masing.
Selain makanan dan minuman banyak produk lain juga yang bisa dikembangkan, dari mulai batu akik, sapi sampai ikan cupang pun ada.
“Mereka saya lihat pergerakannya luar biasa, contohnya ada 3 pelaku UMKM yang belum saling kenal menjual tiga produk berbeda, yang satu menjual madu dan dua orang lainnya jual sayuran dan yoghurt, besoknya di grup (WAG) mereka menjual kolaborasi tiga poduk tersebut, yoghurt campur sayuran dan madu. Itu ide gila, luar biasa kreativitasnya,” pujinya.
Selain itu, kata Teh Dete, di UMKM Alumni berlaku sitem “Barter” (tukar-menukar barang) misalnya bila tidak punya uang Madu bisa dibarter dengan barang lainnya. Pola barter ini ternyata di Negara lain pun sekarang lagi trend.
UMKM Alumni Banyak Dicontoh Para Ahli Dari Luar
Agar produk UMKM laku tidak perlu meng-endors artis, itu bisa dilakukan oleh si pelaku UMKM dengan membangun kepercayaan konsumen. Jadi kata Teh Dete, pola-pola komunitas inilah yang harus dibangun tetapi harus konsisten agar kuat, setelah kuat akan jadi brand yang dikenal masyarakat.
Di Jepang dulu ada koperasi pertanian “Zen-Noh” (koperasi terbaik di dunia), hingga sekarang dari 4 Orang jepang 1 diantaranya menjadi anggota koperasi karena mereka sangat percaya pada produk koperasi. “Nah sekarang kita membagun kepercayaan masyarakat terhadap brand UMKM alumni. Apabila ini jadi brand yang sangat dikenal masyarakat, maka mereka akan bilang kalau beli makananan mah di UMKM alumni saja enak dan murah. Nah sekarang kita sedang menitinya agar mencapai brand tersebut, “ terang Teh Dete.
Teh Dete juga mengatakan, UMKM Alumni Unpad adalah UMKM berpendidikan dan di Kementerian Koperasi di tempatkan di klaster tersendiri dan pihak kementerian dengan senang hati untuk terus bekerjasama.
Dan nantinya kalau UMKM Alumni Unpad ini sudah besar akan menjadi UMKM Alumni semua perguruan tinggi dan sekarang pun sudah banyak yang mencontoh program-programnya. “Temen-temen saya bilang banyak gerakan saya yang menginisiasi alumni perguruan tinggi lainnya. Padahal ini gerakan simple dan spontanitas hanya mungkin pas saja dengan keadaan sekarang,“ kata alumni Fakultas Hukum Unpad (S1-S3) sekaligus UI (Kenotariatan-S2) dan UGM (Hukum Bisnis-S2) ini merendah.
Teh Dete di kementerian koperasi dikenal sebagai pencetus one brand merk kolektif, bukunya jadi panduan karena Indonesia belum punya one brand kalah dengan dunia luar. Maka UMKM alumni Unpad pun akan diupayakan supaya jadi pilot projek pertama di indonesia yang menggunakan one brand untuk komunitas, dan akan membikin satu merk bersama dimana isinya barang-barang produksi alumni.
Selain itu dia pun dikenal sebagai Notaris, dari pekerjaan Notaris itulah Teh Dete banyak membina bagaimana koperasi didirikan dan berkembang hidup, makanya perempuan tangguh urutan 10 dari “17 Perempuan Tangguh 2019” ini dikenal di kementerian koperasi sebagai Notaris yang memperhatikan koperasi UMKM dan Ekonomi Kreatif.
Sementara itu Inda D. Hasman, SH., MM, Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan, menilai gerakan UMKM Alumni Unpad ini bagus karena dari BPJS ketenagakerjaan sendiri mendata orang-orang yang beralih dari yang tadinya pekerja biasa kantoran kemudian jadi UMKM, wiraswasta.
“Dan itu makin hari makin banyak apalagi di saat pandemi seperti sekarang karena mereka kehilangan pekerjaan tapi punya uang karena uangnya dari kami juga dari jamsostek, dapat JHT (Jaminan Hari Tua), uang pensiun, kalau di karyawan dapat pesangon. Nah uangnya itu mereka bingung mau diapakan karena biasa terima gaji. Nah mereka itu butuh organisasi seperti ini, yang bisa memberikan ide- ide bahwa uangnya tidak tergerus habis buat makan dan akhirnya bisa menjadi suatu usaha yang mengantikan gajinya sekarang. Nah terlihat sekali bahwa gelombang komunitas itu begitu besarnya. Nah karena ada Kang Azoo dan Teh Dete ini yang sama visinya, saya diajak sembari mengumpulkan angkatan di bawah saya, ternyata animonya luar biasa sudah ada yang gabung 700-an dari semua fakultas padahal awalnya hanya di Fakultas Hukum, Fakultas lain malah lebih banyak. Dulu kami berpusat di Jakarta ternyata di Bandung pun tumbuh juga mungkin daerah lainnya akan tumbuh juga, pelan-pelan berproses, “ paparnya.
Para pelaku UMKM Alumni Unpad |
Ciri-ciri peserta UMKM alumni kata Inda, kalau tidak ibu rumah tangga mereka mantan pegawai (suami). Mereka tidak sungkan untuk belajar bagaimana berbisnis lebih baik. Jadi UMKM ke depan lebih canggih, terdiri dari para sarjana hingga S2, mereka pun bisa menyalurkan pengalaman-pengalamannya sewaktu masih bekerja dengan cara yang lebih kreatif untuk bisa membikin usaha.
“Menurut saya pelaku-pelaku UMKM seperti inilah yang membuat kami di BPJS Ketenagakerjaan lebih optimis lagi. Tadinya kan mereka keluar dari pekerjaan dan mengambil JHT nya, jadi kami tergerus, kehilangan uang iuran sudah hampir satu jutaan dari mulai Pandemi Maret lalu (1,6 jt). Nah sekarang di UMKM tinggal mereka berhasil, Insya Alloh akan balik lagi menjadi peserta. Makanya saya akan dukung orang-orang seperti ini mereka jangan berprinsip selesai bekerja artinya selesai hidup-tapi harus berpikir pekerjaannya selesai tapi hidupnya belum selesai, jadi mereka harus bangkit lagi diberi wawasan, diberi pelatihan, diberi Semangat, “ terangnya, gamblang.
Ya, semangat itu kata Inda penting tapi lebih penting lagi orang yang mau dan mampu, kalaupun ada orang yang tidak mampu tapi mau bisa dibuat jadi mampu dilatih dimotivasi, tapi kalau yang mampu tapi tidak mau itu seperti mendorong mobil mogok, didorong mati lagi mati lagi. ”Jadi kami cari orang-orang yang meskipun tidak mampu tapi mau dari awal lagi, start lagi dari nol bersama-sama”, imbuhnya.
Untuk memasarkan produk UMKM, dulu 10 tahun yang lalu harus dari pintu ke pintu (dor to dor) tapi sekarang dengan kecanggihan digitalisasi bisa dengan hape dan sekali pajang cepat terjual. Dari mulai dorokdok (kerupuk kulit), sandal jepit laris manis, dan bisa barter juga.
Manfaat BPJS Ketenagakerjaan
"Sebagai dewan pengawas di BPJS ketenagakerjaan saya bilang sama Kakanwil dan cabang-cabang ayo tanggapilah komunitas seperti itu, mereka kan tidak cuma ngumpul reuni, tapi berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan mereka", jelas Indra.
Inda pun memperkenalan produk BPJS Ketenagakerjaan yang murah-meriah tapi besar manfaatnya, hanya dengan membayar Rp. 16.800 si peserta akan dapat jaminan kematian sebesar 42 juta belum jaminan hari tua (JHT) atau untuk beasiswa putra-putrinya.
Bayar 2 program Rp. 16.800 ini berlaku untuk umum namanya Peserta Mandiri (Mandiri, seperti BPJS kesehatan). Jadi saya punya usaha, saya menjamin diri saya sendiri untuk dua program, saya bayar 16.800.
Kebanyakan masyarakat belum tahu terutama ibu rumah tangga tentang BPJS Ketenagakerjaan ini, karena hanya suaminya yang tersentuh karena mencari nafkah, pekerja kantoran. Padahal orang yang tidak bekerja pun bisa jadi peserta, asal punya pemasukan untuk membayar iuran secara rutin.
“Mana ada asuransi semurah itu. Bagi karyawan yang dapat uang jaminan pensiun, jaminan hari tua dari kantornya kadang mereka tidak tahu kartunya dapat diperpanjang lagi menjadi Peserta Mandiri dapat bayaran lagi, terlindungi. Jadi zaman sekarang kalau (tapi amit-amit) tiba-tiba ada yang meninggal kena Covid-19 kalau jadi peserta istri atau anaknya dijamin bea siswa 2-3 anak sebesar ratusan juta, “ terangnya.
Inda optimis kalau UMKM mereka berkembang mereka akan kembali untuk menjadi peserta mandiri dan setia membayar rutin karena ada usaha yang lama-lama akan menjadi besar dari pasar lokal hingga bisa merambah ekspor .
Di Jabar sendiri menurut Inda, UMKM bagus dan berkembang. “Insya Alloh oleh pemerintah disini juga dibina, jangan sampai dibiarkan kasihan mereka juga pingin hidup, apalagi mereka sudah kehilangan pekerjaan. Untuk itu kami juga mengadakan pelatihan-pelatihan, sharing seperti yang dipasilitasi Teh Dete seperti sekarang, yang tadinya tidak tahu jadi tahu – yang sudah pandai berbagi pada yang belum tahu – yang belum tahu bertanya tentang masalahnya, jadi saling memberi, ini bagus programnya,” pungkas Inda. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment