Friday, September 18, 2020
Masyarakat kita harus mulai membiasakan dirinya dengan menggunakan teknologi, tidak perlu setiap hari datang ke sekolah atau kampus.
“Ya, masa sekarang namanya juga new normal, tatanan baru, jadi jangan terlalu berharap sama persis dengan keadaan sebelumnya, justru kita lah yang harus menyesuaikan dan semakin ke sana makin harus menyesuaikan. Memang orang yang tidak biasa akan merasa tidak efekif tidak seperti biasanya, karena mengukur efektif seperti yang biasa dia lakukan di waktu normal, padahal semakin ke depan nanti yang begini (memakai teknologi informasi, belajar secara online dan modul) yang makin berlangsung dan kalau yang tidak mengikuti bisa ketinggalan.”
Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020, hampir semua gerak kehidupan dan penghidupan pun terbelenggu, termasuk dunia pendidikan. Kegiatan belajar mengajar pun terpaksa dilakukan dengan sistem jarak jauh (PJJ), secara online dari rumah masing-masing (BDR, belajar dari rumah).
Masyarakat kita harus mulai membiasakan dirinya dengan menggunakan teknologi, tidak perlu setiap hari datang ke sekolah atau kampus.
Prof. Obi, masyarakat harus mulai membiasakan diri gunakan teknologi |
“Ya, masa sekarang namanya juga new normal tatanan baru, jadi jangan terlalu berharap sama persis dengan keadaan sebelumnya, justru kita lah yang harus menyesuaikan dan semakin ke sana makin harus menyesuaikan. Memang orang yang tidak biasa akan merasa tidak efekif tidak seperti biasanya, karena mengukur efektif seperti yang biasa dia lakukan di waktu normal, padahal semakin ke depan nanti makin yang begini (memakai teknologi informasi, belajar secara online dan modul) yang berlangsung dan kalau yang tidak mengikuti bisa ketinggalan.”
Hal demikian dikatakan Prof. Dr. H. Obsatar Sinaga S.IP., M.Si, dalam acara dialog Interaktif Pendidikan RRI Bandung di SMAN 3 Kota Bandung Jalan Belitung Kota Bandung, Rabu (16/9/2020). Acara kolaborasi dengan Forum Wartawan Pendidikan (FWP) Jabar dengan tema “Proses Belajar Mengajar di Masa Pandemi” ini dihadiri pula oleh Kepala SMAN 3 Bandung Drs. Iwan setiawan, juga Kasubag Perencanaan Disdik Jabar Edi purwanto M.M. mewakili Kepala Dinas Pendidkan Jabar H. Dedi Supandi S.STP., M.Si.
Obi, Ketua Komite Sekolah SMAN 3 Kota Bandung yang juga sebagai Rektor Universitas Widyatama ini, mencontohkan di kampus yang dipimpinnya sebelum new normal pun sudah diterapkan kuliah 2 hari dalam seminggu dan kalau ini diterapkan di seluruh Indonesia, kuliah dua hari dalam seminggu dengan online ini biayanya akan lebih murah lagi.
Bisa mengurangi beban pengeluaran mahasiswa sehari-harinya seperti makan, transportasi, parkir dan lainnya. Sehingga menurut Obi tidak ada lagi orang tua yang mengeluhkan mahalnya biaya pendidikan.
Jelasnya begini kata Obi, “Jadi kalau 1 hari 9 SKS (Satuan Kredit Semester) berarti 2 hari 18 SKS nah kalau 9 SKS di bagi 3 mata kuliah berarti satu mata kuliah 3 SKS. Jadi kalau 2 hari kuliah dia sudah 18 SKS itu sudah cukup, kalau paket kan 18 SKS satu semester, Jadi gak perlu ngambil sampai 24 SKS toh lulus juga di smester 7 dan pada saat di semester terakhir sama saja dia hanya lakukan tugas akhir yang 6 SKS dan andai ada yang kurang ya tinggal tambah aja di semester akhir ”.
Keuntungan lain dari kuliah satu minggu hanya dua hari tatap muka, sisanya bisa digunakan untuk aktivitas lainnya seperti praktik, kursus, bekerja dan lain-lain. Apalagi dilakukan dilakukan secara online ditambah memakai sistem hybrid memakai server dan modul, orang bisa belajar sambil bekerja di kantor. Tidak perlu bertatap muka langsung dengan dosen dan kalau perlu buku tinggal mencarinya di buku elektronik/ebook, sambil mengerjakan pekerjaan kantor.
Kebiasaan belajar atau kuliah sambil bekerja di universitas ternama dunia ini, menurut Obi bisa diimplementasikan di sekolah pada kondisi pandemi seperti ini.
Iwan Setiawan, terapkan kurikulum penyederhanaan dengan sistem SKS |
Sementara itu Kepala SMAN 3 Bandung, Drs. Iwan Setiawan, mengatakan dalam masa pandemi sekolah yang dipimpinnya sudah menerapkan kurikulum penyederhanaan dengan sistem SKS dengan tetap menggunakan standar Kompetensi Dasar (KD) inti. Dengan adanya sistem SKS itu, sekolahnya memiliki perbedaan secara umum dengan sekolah-sekolah lainnya.
Selain itu, kata Iwan pihaknya telah mendapat pembekalan dari Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar, berupa persiapan Belajar Dari Rumah (BDR) sesuai hasil kajian Pemprov Jabar.
Dari situ pihaknya membuat dan merancang sistem kurikulum menghadapi Belajar Dari Rumah (BDR) di masa-masa awal semester satu, dimana telah dilakukan penyederhanaan kurikulum.
Langkah tersebut kata Iwan, sesuai arahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang melakukan penyederhanaan Kompetensi Dasar (KD). Namun sebelum adanya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) pun, pihaknya dibekali langkah-langkah penyederhanaan sistem pemebelajaran. Tetapi tidak lepas dengan konten yang seharusnya
Iwan mengatakan, ke depan Disdik Jabar juga akan mengeluarkan modul-modul standar untuk pembelajaran, “Nantinya, peserta didik yang menggunakan sistem modul bisa mengetahui hal yang akan dikerjakan pada pembelajaran. Kalau lewat sistem modul siswa tinggal baca modul saja apa yang bisa dilakukan. Sehingga ada penyederhanaan waktu yang efisien untuk anak, jadi waktu mereka tidak akan terbuang.
“Makanya modul yang disampaikan Prof. Obi tadi merupakan langkah yang paling positif dan efisien dalam waktu belajar siswa kami. Namun, untuk pembelajaran materi yang berat seperti matematika dan fisika, tetap memerlukan tatap muka, “ pungkasnya. (Asep GP)***
Cara Efektif Belajar di Masa Pandemi
Posted by
Tatarjabar.com on Friday, September 18, 2020
Masyarakat kita harus mulai membiasakan dirinya dengan menggunakan teknologi, tidak perlu setiap hari datang ke sekolah atau kampus.
“Ya, masa sekarang namanya juga new normal, tatanan baru, jadi jangan terlalu berharap sama persis dengan keadaan sebelumnya, justru kita lah yang harus menyesuaikan dan semakin ke sana makin harus menyesuaikan. Memang orang yang tidak biasa akan merasa tidak efekif tidak seperti biasanya, karena mengukur efektif seperti yang biasa dia lakukan di waktu normal, padahal semakin ke depan nanti yang begini (memakai teknologi informasi, belajar secara online dan modul) yang makin berlangsung dan kalau yang tidak mengikuti bisa ketinggalan.”
Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020, hampir semua gerak kehidupan dan penghidupan pun terbelenggu, termasuk dunia pendidikan. Kegiatan belajar mengajar pun terpaksa dilakukan dengan sistem jarak jauh (PJJ), secara online dari rumah masing-masing (BDR, belajar dari rumah).
Masyarakat kita harus mulai membiasakan dirinya dengan menggunakan teknologi, tidak perlu setiap hari datang ke sekolah atau kampus.
Prof. Obi, masyarakat harus mulai membiasakan diri gunakan teknologi |
“Ya, masa sekarang namanya juga new normal tatanan baru, jadi jangan terlalu berharap sama persis dengan keadaan sebelumnya, justru kita lah yang harus menyesuaikan dan semakin ke sana makin harus menyesuaikan. Memang orang yang tidak biasa akan merasa tidak efekif tidak seperti biasanya, karena mengukur efektif seperti yang biasa dia lakukan di waktu normal, padahal semakin ke depan nanti makin yang begini (memakai teknologi informasi, belajar secara online dan modul) yang berlangsung dan kalau yang tidak mengikuti bisa ketinggalan.”
Hal demikian dikatakan Prof. Dr. H. Obsatar Sinaga S.IP., M.Si, dalam acara dialog Interaktif Pendidikan RRI Bandung di SMAN 3 Kota Bandung Jalan Belitung Kota Bandung, Rabu (16/9/2020). Acara kolaborasi dengan Forum Wartawan Pendidikan (FWP) Jabar dengan tema “Proses Belajar Mengajar di Masa Pandemi” ini dihadiri pula oleh Kepala SMAN 3 Bandung Drs. Iwan setiawan, juga Kasubag Perencanaan Disdik Jabar Edi purwanto M.M. mewakili Kepala Dinas Pendidkan Jabar H. Dedi Supandi S.STP., M.Si.
Obi, Ketua Komite Sekolah SMAN 3 Kota Bandung yang juga sebagai Rektor Universitas Widyatama ini, mencontohkan di kampus yang dipimpinnya sebelum new normal pun sudah diterapkan kuliah 2 hari dalam seminggu dan kalau ini diterapkan di seluruh Indonesia, kuliah dua hari dalam seminggu dengan online ini biayanya akan lebih murah lagi.
Bisa mengurangi beban pengeluaran mahasiswa sehari-harinya seperti makan, transportasi, parkir dan lainnya. Sehingga menurut Obi tidak ada lagi orang tua yang mengeluhkan mahalnya biaya pendidikan.
Jelasnya begini kata Obi, “Jadi kalau 1 hari 9 SKS (Satuan Kredit Semester) berarti 2 hari 18 SKS nah kalau 9 SKS di bagi 3 mata kuliah berarti satu mata kuliah 3 SKS. Jadi kalau 2 hari kuliah dia sudah 18 SKS itu sudah cukup, kalau paket kan 18 SKS satu semester, Jadi gak perlu ngambil sampai 24 SKS toh lulus juga di smester 7 dan pada saat di semester terakhir sama saja dia hanya lakukan tugas akhir yang 6 SKS dan andai ada yang kurang ya tinggal tambah aja di semester akhir ”.
Keuntungan lain dari kuliah satu minggu hanya dua hari tatap muka, sisanya bisa digunakan untuk aktivitas lainnya seperti praktik, kursus, bekerja dan lain-lain. Apalagi dilakukan dilakukan secara online ditambah memakai sistem hybrid memakai server dan modul, orang bisa belajar sambil bekerja di kantor. Tidak perlu bertatap muka langsung dengan dosen dan kalau perlu buku tinggal mencarinya di buku elektronik/ebook, sambil mengerjakan pekerjaan kantor.
Kebiasaan belajar atau kuliah sambil bekerja di universitas ternama dunia ini, menurut Obi bisa diimplementasikan di sekolah pada kondisi pandemi seperti ini.
Iwan Setiawan, terapkan kurikulum penyederhanaan dengan sistem SKS |
Sementara itu Kepala SMAN 3 Bandung, Drs. Iwan Setiawan, mengatakan dalam masa pandemi sekolah yang dipimpinnya sudah menerapkan kurikulum penyederhanaan dengan sistem SKS dengan tetap menggunakan standar Kompetensi Dasar (KD) inti. Dengan adanya sistem SKS itu, sekolahnya memiliki perbedaan secara umum dengan sekolah-sekolah lainnya.
Selain itu, kata Iwan pihaknya telah mendapat pembekalan dari Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar, berupa persiapan Belajar Dari Rumah (BDR) sesuai hasil kajian Pemprov Jabar.
Dari situ pihaknya membuat dan merancang sistem kurikulum menghadapi Belajar Dari Rumah (BDR) di masa-masa awal semester satu, dimana telah dilakukan penyederhanaan kurikulum.
Langkah tersebut kata Iwan, sesuai arahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang melakukan penyederhanaan Kompetensi Dasar (KD). Namun sebelum adanya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) pun, pihaknya dibekali langkah-langkah penyederhanaan sistem pemebelajaran. Tetapi tidak lepas dengan konten yang seharusnya
Iwan mengatakan, ke depan Disdik Jabar juga akan mengeluarkan modul-modul standar untuk pembelajaran, “Nantinya, peserta didik yang menggunakan sistem modul bisa mengetahui hal yang akan dikerjakan pada pembelajaran. Kalau lewat sistem modul siswa tinggal baca modul saja apa yang bisa dilakukan. Sehingga ada penyederhanaan waktu yang efisien untuk anak, jadi waktu mereka tidak akan terbuang.
“Makanya modul yang disampaikan Prof. Obi tadi merupakan langkah yang paling positif dan efisien dalam waktu belajar siswa kami. Namun, untuk pembelajaran materi yang berat seperti matematika dan fisika, tetap memerlukan tatap muka, “ pungkasnya. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment