Saturday, January 11, 2020
Bagi Seniman Lukis E.S. Edos (Edos: Eman Dalam Olah Seni) pameran tidak hanya sebatas digelar di galeri, museum atau ruangan pamer lainnya, tapi di seluruh tempat yang ada di jagad ini adalah tempat pameran. Hal ini sudah dibuktikan oleh Edos, karya lukisnya dipamerkan di pegunungan Himalaya, dibawa keliling Eropa, bahkan di tempat-tempat suci Islam, di depan Masjid Nabawi, Masjidil Harom dan Masjidil Aqso.
Sebelum dipamerkan di Tanah Suci, dibentangkan dulu di Mesjid Agung Bandung (Foto: istimewa) |
Walau Edos belum sekalipun pameran di luar negeri, tapi seniman yang pernah mengenyam bangku kuliah di Fisip Unpas (88) ini, karya lukisnya sudah melanglangbuana, dipamerkan teman-temannya yang membawa misi kebudayaan ke mancanagara, naik gunung, atau ibadah Umroh.
Seperti lukisan Dua Topeng Merah-Putih karya Edos yang dilukis di Jalan Braga Bandung dan dipamerkan bareng di Pameran ”Caina Herang Laukna Beunang” YPK 2013. Setelah dipamerkan di facebook, direspon oleh Penyair Vinny Soemantri, lalu oleh Vinny dengan dua temannya Arry Julian (Penyanyi Balada), dan Ine Arini (Penari) lukisan itu dibawa keliling Eropa. Ke Belanda, Prancis hingga ke batas negara Prancis dan Spanyol di Pegunungan Pirenia, tempat sakral para seniman dunia. Ketiga seniman asal Bandung tersebut membawa misi budaya Indonesia dengan konsep Tambora – Pirenia, Tambora adalah Gunung api di Pulau Sumbawa (NTB) yang pada 5 April 1815 murka dan memakan korban jiwa dan harta yang sangat banyak hingga abunya sampai ke Eropa. Jadi misi ketiga seniman ini ingin menggelar budaya Indonesia agar punya pengaruh di Eropa, seperti abu Tambora yang sampai ke Eropa.
Begitu juga di tahun 2018 lukisan Tapak Kaki Merah-Putih yang berlatar belakang Gunung Everest (MT Everest) dibawa mendaki gunung tertingi di dunia tersebut oleh Andi MDJ, Neng Nurani dan Agung Kangguru, walau tidak sampai puncaknya. Tapi lukisan Edos berhasil dibentangkan ketiga pendaki asal Indonesia tersebut di ketinggian 5000 meter lebih. Sedangkan untuk sampai ke puncak Everest (8.848 m) memerlukan 3 bulan lagi termasuk adaptasi dan persiapan lainnya.
Lukisan Edos berkibar di Puncak Dunia (Foto: istimewa) |
Terus 22 November 2019 lukisan Edos yang berupaTapak Kaki Merah- Putih berlatarkan langit malam bertabur bintang – gemintang sudah dipamerkan di tiga Mesjid Agung Dunia, Mesjidil Haram Mekah, Mesjidil Aqso Yerussalem dan Mesjid Nabawi di Madinah, tiga tempat paling suci umat Islam.
Kejadiannya, ketika Edos bertemu seorang temannya, Ellin RN (mantan wartawan Mangle dan aktivis kasundaan) di konser musik Muktie-Muktie di Selasar Soenaryo. Ellin mampir ke Beranda Edos di Jalan Resort Dago Pakar- Sekepicung Atas RT. 04/05 –samping Wisma Joglo, Dago Atas- Bandung. Ellin saat itu tertarik oleh satu lukisan karya Edos, tapi tidak sesuai dengan uang yang dibawa Ellin. Tapi dasar Edos seniman baik hati, karena konsep Beranda pun adalah “Beranda Senantiasa Bersama Anda”, lukisan tersebut dilepas dengan uang seadanya di saku Ellin. Hitung-hitung sebagai tanda mata dan penghargaan atas apresasi temannya, itu sudah merupakan kebahagian bagi Edos. Uang bukan segalanya, tapi silaturahim yang utama. Nah kebetulan bulan November Ellin mau berangkat Umrah plus dan menawarkan membawa lukisan Edos untuk dipamerkan di tiga Mesjid paling suci yang akan diziarahinya.
Tentu saja Edos suka dan bahagia. Langsung saja dia melukis Tapak Kaki berwarna Merah – Putih berlatarkan langit malam tersebut, dan sebelum diserahkan dan dibawa Umrah, lukisan tersebut dibentangkan dulu di pelataran Mesjid Agung Bandung sebagai tanda titik keberangkatan. Sesampainya di sana, lukisan tersebut berhasil dipamerkan Ellin di ketiga tempat suci umat Islam tersebut. Pengalaman yang mendebarkan dan bertaruh nyawa ketika Ellin harus melewati penjagaan ketat tentara. Tapi Alhamdulillah sambil kucing-kucingan dengan penjaga lukisan yang digulung disatukan dengan mukena tersebut berhasil dibentangkan di Masjidil Aqso.
Lukisan Edos dibentangkan di selasar Mesjidil Aqsa (Foto: istimewa) |
Terakhir Edos bertemu Ceu Ani R. Ningsih yang juga mau berangkat Umroh plus ke Turki. Ceu Ani juga menawarkan akan membawa lukisan Edos dan memamerkannya disana, tentunya lukisan karya baru Edos.
Edos mengakui tujuan semua itu untuk mengapresiasikan bahwa karya lukisnya menjadi inspirasi, jadi cakrawala meluaskan pikiran bahwa apresiasi tidak sebatas di galeri.
Bagi Edos, lukisannya tidak dibatasi oleh aliran. “Dalam lukisan ada kisah hidup pelukisnya, lukisan adalah note book kehidupan saya”, pungkas pelukis yang bernama Eman Suherman, sambil kembali menggoreskan kuasnya di atas kanvas putih yang belum ternoda.
Kuberikan Seikat Petai Buat Teman-Teman Tercinta
Kelakuan seniman memang unik dan nyentrik, hitam-putihnya selalu menonjol, beda dari orang kebanyakan dan kali ini, cerita baiknya.
Di Beranda Edos, Studio Lukis merangkap rumahnya di kawasan Dago yang mulai eksis hari Senin 1 Januari 1993 itu ada sejengkal tanah lebih. Lalu oleh Edos dimanfaatkan dengan menanam petai, labu, duren, markisa dan sebagainya. Dengan tujuan kalau kepetik hasilnya nanti untuk kebutuhan pangan keluarga atau dibagikan ke tetangga.
Dari sekian banyak tanaman produktif yang ada, ternyata hanya petai yang tumbuh subur dan sudah kepetik hasilnya untuk keluarga dan selebihnya dibagikan ke tetangga termasuk tetangga yang suka kukulutus (bersungut-sungut) karena halaman rumahnya terhalang dahan petai. Tapi Edos bingung, ternyata petai tersebut buahnya sangat lebat sehingga masih banyak yang tersisa di pohon. Kalau sudah tua sekali buahnya gak bisa dimakan, sedangkan Edos tidak berniat menjualnya, walaupun sebenarnya harga petai di pasaran cukup mahal. Kalau sedang tidak musim, satu papan bisa mencapai 10-15 rebu perak sedangkan kalau lagi musim, kualitas bagus mencapai Rp. 2.500/papannya.
Lalu Edos ingat teman-teman baiknya. Maka dia tawarkan dan diantar langsung ke rumahnya. Diantaranya yang sudah merasakan hasil kebun Edos itu adalah Ceu Ani (Perintis LBH Bandung), Herry Anta (Drs. Herry Heryanto, Pendiri Padhyangan, alumni Sastra Sunda Unpad), Ellyn RN, Etty RS (Sastrawati Sunda, aktivis kasundaan, alumni Sastra Sunda Unpad), penyanyi balada Muktie-Muktie dan termasuk besannya yang tinggal di Yogya pun, kebagian juga
Mungkin karena sering berbagi dan silaturahim itulah kini Beranda Edos jadi terkenal dan banyak dikunjungi orang. Lukisan Edos pun yang berjumlah ratusan itu kini dikoleksi oleh kolektor dari Belanda, Prancis, China (Tiongkok), Amerika (dalam rencana) dan kolektor lokal-nasional Bandung dan Jakarta, serta menjadi koleksi Museum Konferensi Asia-Afrika. Selain itu ada juga yang dikoleksi oleh keluarga besar Bung karno dan keluarga besar Ali Sastroamidjojo (Ketua KAA Bandung tahun 1995).
“Syukur allhamdulilah, keadaan Beranda Edos masih berdiri dan eksis sampai kini dan itu semua berkat doa dan kesabaran serta rasa sayang keluarga, ibu saya Bu Popong, juga istri saya (Tika Wartika) dan para putra-putri tercinta, Hany Figurhawa, Pandji Alam, Kilat Buana, serta tak lupa teman-teman yang mencintai dan menyayangi alam ini”, demikian pungkas Edos. (Asep GP)***
Pameran Lukisan Gaya E.S. Edos
Posted by
Tatarjabar.com on Saturday, January 11, 2020
Bagi Seniman Lukis E.S. Edos (Edos: Eman Dalam Olah Seni) pameran tidak hanya sebatas digelar di galeri, museum atau ruangan pamer lainnya, tapi di seluruh tempat yang ada di jagad ini adalah tempat pameran. Hal ini sudah dibuktikan oleh Edos, karya lukisnya dipamerkan di pegunungan Himalaya, dibawa keliling Eropa, bahkan di tempat-tempat suci Islam, di depan Masjid Nabawi, Masjidil Harom dan Masjidil Aqso.
Sebelum dipamerkan di Tanah Suci, dibentangkan dulu di Mesjid Agung Bandung (Foto: istimewa) |
Walau Edos belum sekalipun pameran di luar negeri, tapi seniman yang pernah mengenyam bangku kuliah di Fisip Unpas (88) ini, karya lukisnya sudah melanglangbuana, dipamerkan teman-temannya yang membawa misi kebudayaan ke mancanagara, naik gunung, atau ibadah Umroh.
Seperti lukisan Dua Topeng Merah-Putih karya Edos yang dilukis di Jalan Braga Bandung dan dipamerkan bareng di Pameran ”Caina Herang Laukna Beunang” YPK 2013. Setelah dipamerkan di facebook, direspon oleh Penyair Vinny Soemantri, lalu oleh Vinny dengan dua temannya Arry Julian (Penyanyi Balada), dan Ine Arini (Penari) lukisan itu dibawa keliling Eropa. Ke Belanda, Prancis hingga ke batas negara Prancis dan Spanyol di Pegunungan Pirenia, tempat sakral para seniman dunia. Ketiga seniman asal Bandung tersebut membawa misi budaya Indonesia dengan konsep Tambora – Pirenia, Tambora adalah Gunung api di Pulau Sumbawa (NTB) yang pada 5 April 1815 murka dan memakan korban jiwa dan harta yang sangat banyak hingga abunya sampai ke Eropa. Jadi misi ketiga seniman ini ingin menggelar budaya Indonesia agar punya pengaruh di Eropa, seperti abu Tambora yang sampai ke Eropa.
Begitu juga di tahun 2018 lukisan Tapak Kaki Merah-Putih yang berlatar belakang Gunung Everest (MT Everest) dibawa mendaki gunung tertingi di dunia tersebut oleh Andi MDJ, Neng Nurani dan Agung Kangguru, walau tidak sampai puncaknya. Tapi lukisan Edos berhasil dibentangkan ketiga pendaki asal Indonesia tersebut di ketinggian 5000 meter lebih. Sedangkan untuk sampai ke puncak Everest (8.848 m) memerlukan 3 bulan lagi termasuk adaptasi dan persiapan lainnya.
Lukisan Edos berkibar di Puncak Dunia (Foto: istimewa) |
Terus 22 November 2019 lukisan Edos yang berupaTapak Kaki Merah- Putih berlatarkan langit malam bertabur bintang – gemintang sudah dipamerkan di tiga Mesjid Agung Dunia, Mesjidil Haram Mekah, Mesjidil Aqso Yerussalem dan Mesjid Nabawi di Madinah, tiga tempat paling suci umat Islam.
Kejadiannya, ketika Edos bertemu seorang temannya, Ellin RN (mantan wartawan Mangle dan aktivis kasundaan) di konser musik Muktie-Muktie di Selasar Soenaryo. Ellin mampir ke Beranda Edos di Jalan Resort Dago Pakar- Sekepicung Atas RT. 04/05 –samping Wisma Joglo, Dago Atas- Bandung. Ellin saat itu tertarik oleh satu lukisan karya Edos, tapi tidak sesuai dengan uang yang dibawa Ellin. Tapi dasar Edos seniman baik hati, karena konsep Beranda pun adalah “Beranda Senantiasa Bersama Anda”, lukisan tersebut dilepas dengan uang seadanya di saku Ellin. Hitung-hitung sebagai tanda mata dan penghargaan atas apresasi temannya, itu sudah merupakan kebahagian bagi Edos. Uang bukan segalanya, tapi silaturahim yang utama. Nah kebetulan bulan November Ellin mau berangkat Umrah plus dan menawarkan membawa lukisan Edos untuk dipamerkan di tiga Mesjid paling suci yang akan diziarahinya.
Tentu saja Edos suka dan bahagia. Langsung saja dia melukis Tapak Kaki berwarna Merah – Putih berlatarkan langit malam tersebut, dan sebelum diserahkan dan dibawa Umrah, lukisan tersebut dibentangkan dulu di pelataran Mesjid Agung Bandung sebagai tanda titik keberangkatan. Sesampainya di sana, lukisan tersebut berhasil dipamerkan Ellin di ketiga tempat suci umat Islam tersebut. Pengalaman yang mendebarkan dan bertaruh nyawa ketika Ellin harus melewati penjagaan ketat tentara. Tapi Alhamdulillah sambil kucing-kucingan dengan penjaga lukisan yang digulung disatukan dengan mukena tersebut berhasil dibentangkan di Masjidil Aqso.
Lukisan Edos dibentangkan di selasar Mesjidil Aqsa (Foto: istimewa) |
Terakhir Edos bertemu Ceu Ani R. Ningsih yang juga mau berangkat Umroh plus ke Turki. Ceu Ani juga menawarkan akan membawa lukisan Edos dan memamerkannya disana, tentunya lukisan karya baru Edos.
Edos mengakui tujuan semua itu untuk mengapresiasikan bahwa karya lukisnya menjadi inspirasi, jadi cakrawala meluaskan pikiran bahwa apresiasi tidak sebatas di galeri.
Bagi Edos, lukisannya tidak dibatasi oleh aliran. “Dalam lukisan ada kisah hidup pelukisnya, lukisan adalah note book kehidupan saya”, pungkas pelukis yang bernama Eman Suherman, sambil kembali menggoreskan kuasnya di atas kanvas putih yang belum ternoda.
Kuberikan Seikat Petai Buat Teman-Teman Tercinta
Kelakuan seniman memang unik dan nyentrik, hitam-putihnya selalu menonjol, beda dari orang kebanyakan dan kali ini, cerita baiknya.
Di Beranda Edos, Studio Lukis merangkap rumahnya di kawasan Dago yang mulai eksis hari Senin 1 Januari 1993 itu ada sejengkal tanah lebih. Lalu oleh Edos dimanfaatkan dengan menanam petai, labu, duren, markisa dan sebagainya. Dengan tujuan kalau kepetik hasilnya nanti untuk kebutuhan pangan keluarga atau dibagikan ke tetangga.
Dari sekian banyak tanaman produktif yang ada, ternyata hanya petai yang tumbuh subur dan sudah kepetik hasilnya untuk keluarga dan selebihnya dibagikan ke tetangga termasuk tetangga yang suka kukulutus (bersungut-sungut) karena halaman rumahnya terhalang dahan petai. Tapi Edos bingung, ternyata petai tersebut buahnya sangat lebat sehingga masih banyak yang tersisa di pohon. Kalau sudah tua sekali buahnya gak bisa dimakan, sedangkan Edos tidak berniat menjualnya, walaupun sebenarnya harga petai di pasaran cukup mahal. Kalau sedang tidak musim, satu papan bisa mencapai 10-15 rebu perak sedangkan kalau lagi musim, kualitas bagus mencapai Rp. 2.500/papannya.
Lalu Edos ingat teman-teman baiknya. Maka dia tawarkan dan diantar langsung ke rumahnya. Diantaranya yang sudah merasakan hasil kebun Edos itu adalah Ceu Ani (Perintis LBH Bandung), Herry Anta (Drs. Herry Heryanto, Pendiri Padhyangan, alumni Sastra Sunda Unpad), Ellyn RN, Etty RS (Sastrawati Sunda, aktivis kasundaan, alumni Sastra Sunda Unpad), penyanyi balada Muktie-Muktie dan termasuk besannya yang tinggal di Yogya pun, kebagian juga
Mungkin karena sering berbagi dan silaturahim itulah kini Beranda Edos jadi terkenal dan banyak dikunjungi orang. Lukisan Edos pun yang berjumlah ratusan itu kini dikoleksi oleh kolektor dari Belanda, Prancis, China (Tiongkok), Amerika (dalam rencana) dan kolektor lokal-nasional Bandung dan Jakarta, serta menjadi koleksi Museum Konferensi Asia-Afrika. Selain itu ada juga yang dikoleksi oleh keluarga besar Bung karno dan keluarga besar Ali Sastroamidjojo (Ketua KAA Bandung tahun 1995).
“Syukur allhamdulilah, keadaan Beranda Edos masih berdiri dan eksis sampai kini dan itu semua berkat doa dan kesabaran serta rasa sayang keluarga, ibu saya Bu Popong, juga istri saya (Tika Wartika) dan para putra-putri tercinta, Hany Figurhawa, Pandji Alam, Kilat Buana, serta tak lupa teman-teman yang mencintai dan menyayangi alam ini”, demikian pungkas Edos. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment